NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 11

Dara memandang tajam ke arah wajah kakakku, hati ini terasa perih mendengar kata-kata yang ia ucapkan. "Aku mencoba menghindari pembicaraan buruk mereka, orang-orang yang tidak pernah segan merendahkan seseorang. Tapi kenyataannya, malah keluargaku sendiri yang melakukannya. Anak kecil tidak bersalah seperti Livia pun jadi bahan gunjingan kalian. Apa begitu rendahnya kalian memandang kami?" Ia menarik napas, dada terasa sesak. "Kalau bukan karena amanah orang tua kita, mungkin aku sudah pergi dari rumah ini!" ucapnya dengan suara yang hampir bergetar. 

Namun Rekha, dengan senyum sinis di wajahnya, membalas tanpa rasa iba. "Oh, jadi kamu memang ingin pergi dari rumah ini? Kalau begitu, silakan saja! Pergi sejauh mungkin dari sini!" 

Telinga Dara seolah berdengung mendengar ucapan itu, seakan udara di sekitarnya menjadi lebih berat. Rasa tersinggung itu bercampur dengan kepahitan yang tidak terjelaskan.

Suara Livia tiba-tiba pecah di sela percakapan mereka, dengan penuh keberanian yang tidak pernah diduga darinya. "Kalau Tante Rekha memang bicara seperti itu, Mama memang harus pergi dari sini. Buat apa bertahan di tempat yang sudah mengusir kita? Tante Rekha seorang Kakak, tetapi tega melanggar amanah Kakek dan Nenek. Bukan salah Mama kalau kita pergi. Ayo, Ma! Harga diri Mama lebih penting dari apapun!" 

Mata Livia kini menatap ibunya penuh harapan, wajahnya mencerminkan keberanian yang ibunya sendiri merasa hampir kehilangan. 

Dara hanya bisa diam sejenak, merenungi semuanya. Bisakah aia benar-benar melepaskan diri dari tempat yang terus menghujamkan luka pada keluarga kecilnya?. 

Dara berdiri dari duduknya. Ada senyum kecil di sudut bibirnya, tapi ia bisa merasakan aura dingin dari keputusannya. "Terima kasih, Kak, sudah mengusirku dari rumah ini. Mulai sekarang, apa pun yang ada di rumah ini jadi tanggung jawabmu. Jangan pernah cari aku lagi," ucapnya dengan nada yang seolah telah melepaskan beban berat. Kata-kata itu menyayat telinga, menusuk lebih dalam daripada pisau tajam. 

Rekha mengepalkan tangan dengan kuat, dada terasa sesak oleh amarah yang memuncak. Namun, bagaimana mungkin ia menarik kembali perkataannya? Harga diri ini tak mengizinkan ia untuk memohon. "Kamu kira aku tidak mampu mengatur semuanya sendirian? Jangan berpura-pura kuat di hadapanku, Dara. Aku bisa! Aku bisa sendiri tanpa bantuanmu!" Bentaknya, suara melengking menahan ketakutan yang tidak ingin diakui. Belum sempat emosinya mereda, Livia datang mendekat dengan senyuman seakan dia menikmati drama ini.

Senyum Livia terlalu sumringah, membuat amarah Tante-nya mendidih semakin panas. "Wah, Tante, siap-siap pusing mengurus semuanya ya! Seru juga lihat kalian bertengkar seperti ini. Babay~!" katanya dengan nada ceria yang terasa menusuk tajam. 

Rekha langsung menoleh ke arahnya, pandangan beradu dengan sorot mata yang memancarkan rasa puas. "Apa kamu puas, hah? Kamu sudah memisahkan aku dengan adikku! Atau jangan-jangan, memang ini maumu sejak awal? Kamu ingin menghancurkan keluarga ini?" tanyanya dengan suara bergetar, bukan hanya karena marah, tetapi karena takut kalau dugaan benar. 

Livia hanya mengangkat alis dan memberikan senyum smirk, senyum penuh ejekan yang membuat Rekha semakin terpojok. "Bukan Tante yang hancur karena kami. Tante sendiri yang akan menghancurkan diri sendiri," jawabnya dengan nada dingin tapi tajam. "Oh, dan mamaku, dia baik-baik saja," tambahnya dengan angkuh. 

Rekha menggigit bibir sendiri, tidak bisa menerima kenyataan bahwa mungkin ada sepotong kebenaran dalam kata-katanya. Semua ini terasa seperti perang yang ia ciptakan sendiri, namun ia tetap ingin menyangkalnya. "Tidak mungkin aku hancur. Tidak mungkin … kan?" 

"Tapi aku juga tidak sabar, Tante yang katanya begitu membanggakan keluarga itu, apakah nanti mereka mau menolong saat Tante terpuruk? Yang ada ... mereka malah ogah membantu, Tante." Nada suara Livia penuh ejekan, wajahnya menyiratkan kepuasan saat melihat Rekha mulai menahan amarahnya. Ia meninggalkan Rekha seorang diri di meja makan, sementara pikiran Rekha terus berkecamuk. 

Rekha meremas-remas jemari, menyadari kenyataan yang mulai menghimpit. Pengeluaran semakin bertumpuk: membayar koki, beberapa art, tagihan listrik, semuanya menjadi beban yang tidak terelakkan. 

Kepala Rekha berdenyut hebat. "Aku tidak bisa diam saja ... haruskah aku meminta bantuan Dara?" Ia menggumam, suara kecil itu seperti menggema di dalam pikiran yang semakin kalut. "Tidak ada pilihan lain!" desaknya pada diri sendiri, hampir meyakinkan hati yang sudah penuh ketakutan.

"Bagaimana nasibku kalau begini terus?" Rekha mendesah keras, kemudian bergegas menuju kamar adiknya. Ketukan pintu terdengar berkali-kali sebelum akhirnya pintu itu terbuka. 

Rekha berdiri di ambang pintu, rasa malu dan segan berkelindan, tapi ia memaksa bibirnya untuk berbicara. "Aku ... aku minta maaf soal ucapan di meja makan tadi. Aku tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu, Dara." Suaranya nyaris pecah. "Kamu memaafkan aku, kan? Kasihan kedua orang tua kita, Dara ... mereka pasti terluka melihat anak-anaknya saling bertengkar seperti ini."

Rekha memandang Dara dengan hati yang berat. Ia tahu kata-katanya tidak bisa langsung memperbaiki semuanya, tapi apa lagi yang bisa dilakukan? 

Namun, Dara sudah kecewa dengan kakaknya. "Aku mau memberikan kunci rumah ini kepadamu, Kak. Serta buku yang harus di penuhi setiap bulannya, jangan lupa membayar gaji art, penjaga , koki dan lainnya. Aku sudah tidak peduli dengan semua, anakku berubah dan bisa berpikir dewasa. Sudah waktunya menikmati masa tuaku."

Rekha menggeleng kepalanya. "Jangan seperti itu, Dara. Aku serahkan semuanya kepadamu, jangan pergi dari rumah ini. Aku memohon kepadamu."

Dara tidak peduli dengan saudaranya lagi, menghempas kasar tangan kakaknya. "Minta maaf? Untuk apa, kak? Bukankah Kak Rekha yang salah selama ini, iyakan? Aku diam saja, bukan berarti menerima hinaanmu untuk anakku! Ada saatnya juga, aku melawan dan benci dengan saudaraku! Jangan ganggu aku membereskan barang-barang milikku!"

Rekha terdiam membisu mendengar bentakan adiknya. Sadar Dara berubah total saat ini. 

Livia dan ibunya sibuk merapikan barang-barang mereka. Meletakan ke dalam kardus, siap di bawa ke alamat tujuan.

"Lho ... ada apa ini? Kenapa banyak kardus diluar?" tanya Jeni, menatap ke arah Dara yang memberikan perintah kepada orang bayaran membawa barangnya. "Tante apa ini?"

"Kami mau pindah dari sini, sepupuku. Kaget, ya?" Livia langsung menjawab pertanyaan itu, ada kepuasaan melihat raut wajah mereka.

"Pi-pindah bagaimana? Apa pindah ke rumah orang tuanya Alex?" tanya Jeni, mengigit bibir bawahnya. Rasanya mau ikutan pergi ke sana, tentu ada seseorang yang diincarnya.

"Iy-iya .... aku dan ibuku mau pindah ke rumah keluarga suamiku. Emang ada yang salah?" Livia sengaja berbohong kepada sepupunya, ingin tahu bagaimana reaksinya.

"Tidak mungkin! Pasti kamu bohong!" Jeni masuk ke dalam rumah, jelas mau berbicara dengan ibunya. "Kenapa kita tidak ajak, Ma?"

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!