NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandiwara

Pintu kamar mandi terbuka dimana dia telah melangkah keluar dari dalam nya. Matanya menatap menyelidik pada ku yang sudah rapi dengan setelan baju dan pasmina warna senada. Dia mengambil baju kerja yang ada di atas ranjang seraya memakainya.

"Kau mau masuk kerja?" tanya kemudian. Aku menggeleng.

"Aku akan ke rumah sakit, Emir ada jadwal kontrol hari ini" balas ku. Dia terdiam mendengar penjelasan ku. Aku memilih mengambil tas lalu keluar kamar terlebih dahulu. Di ruang makan Emir sudah duduk nampak di depan nya ada semangkuk bubur ayam yang di buat bibi. Kadang aku merasa bersalah pada bibi pekerjaan yang harusnya ku kerjakan kini bibi yang beralih mengerjakan semua karena kondisi ku yang sakit beberapa hari. Di atas meja makan juga sudah berjejer menu makanan mulai dari ayam goreng, rendang dan beberapa tumis sayuran juga sambal.

"Pagi anak ibu" sapa ku mencium kepala Emir.

"Pagi Bu.." balas Emir mengulas senyum. Senyum Emir memudar ketika melihat kedatangan pak Yoga. Tak ada kata ataupun sapaan seperti biasa dia duduk dan menikmati sarapan di piring yang aku ambilkan. Aku pun mulai menyantap makanan ku begitu juga dengan Emir yang menikmati bubur ayam buatan bibi, jika di lihat orang mungkin kita adalah keluarga yang utuh dan harmonis padahal semua ini serasa penderitaan bagiku, bukan sebuah siksaan yang dia berikan melainkan jawaban apa yang akan ku berikan jika buah hatiku bertanya tentang sebuah status ku bersama pria asing yang bahkan tak pernah dia tahu sedari kecil.

"Bu, Emil sudah selesai" kata Emir membuyarkan ku.

"Oh, ini minum dulu sayang" ujar ku hendak mengambilkan air. Tapi Emir menggeleng.

"Emil sudah minum Bu" tolak Emir. Ya, aku melihat di depan Emir sudah ada gelas berisi air tinggal sedikit.

"Oh,," aku meletakan kembali gelas yang ku pegang di tangan ku di atas meja. Dia terlihat melirik ku.

"Kalau makan jangan bengong" cibir nya. Aku hanya menghela nafas panjang.

"Ibu, Emil ke depan dulu boleh?"

"Boleh, tapi hati-hati nak ya!" balas ku lembut, Emir gegas keluar menemui pak satpam dan bibi yang ada di halaman rumah. Sedangkan aku membereskan sisa makanan yang ada di meja makan.

"Emir" panggilku pada Emir yang duduk bersama pak satpam di taman, mereka melihat bibi sedang menanam bunga.

"Tuh, di panggil ibu" ujar bibi memberitahu Emir, Emir pun melihat ke arah ku yang ada di teras rumah lalu dia berlari menghampiri ku.

"Ada apa Bu?" tanya nya.

"Jangan berlari sayang, nanti Emir capek!" ujar ku khawatir.

"Emil kan kuat Bu" balas Emir.

"Sekarang kita berangkat dulu ya, waktunya Emir kontrol" ajak ku lembut. Emir mengangguk. Sebelum berangkat kita berpamitan pada bibi dan pak satpam. Tak berselang lama taksi online yang ku pesan sudah sampai kita segera masuk menuju rumah sakit.

"Ok, perkembangan nya cukup baik, tapi ingat Emir jangan kelelahan dan harus istirahat yang cukup ok Emir!" tutur dokter Riki.

"Baik dokter"

"Good boy!" ucap dokter pada Emir.

"Ini resep obat yang harus anda tebus Bu Yumna, diminum jika kondisi Emir kurang sehat saja!" pesan dokter seraya menyerahkan secarik kertas pada ku.

"Terima kasih dok" timpal ku seraya menerima kertas tersebut.

Aku pun menuntun Emir menuju apotek untuk menebus obat ketika sampai di resepsionis, aku berhenti sejenak untuk bertanya sesuatu.

"Maaf sus, apakah pasien yang bernama bapak Idris masih di rawat disini ya?" tanyaku pada perawat yang berjaga di bagian resepsionis.

"Sebentar mbak saya cek kan" kata perawat itu.

"Oh, sudah di bawah kembali ke lapas mbak dua jari yang lalu" kata perawat itu. Aku pun mengangguk dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada perawat itu.

"Ibu kita mau kemana?" tanya Emir saat aku menuntunnya menuju apotek yang ada di samping gedung rumah sakit.

"Tebus obat dulu sayang ke apotek. apa Emir capek?" tanya ku lembut. Emir mengangguk.

"Oh, kalau begitu ayo ibu gendong nak" ajak ku mulai berjongkok ingin menggendong Emir.

"Kalau ibu sakit lagi gimana?" tanya Emir, aku mengulas senyum dan meyakinkan Emir jika baik-baik saja.

"Ibu kan sudah sehat dan kuat. Mau bukti?" tawar ku dengan menggoda. Emir menatap ku intens.

"Lihat ibu kuat kan yech..?" aku segera mengangkat tubuh Emir dalam gendongan ku. Kita pun tertawa bersama. Usai menebus obat dari apotek kita segera beranjak untuk pulang.

"Yumna, Emir" panggil seseorang dari depan ternyata itu Gala bersama teman nya.

"Om Gala.." sapa Emir riang. Gala pun menghampiri kita sedangkan teman nya memilih masuk terlebih dahulu ke dalam lobi rumah sakit.

"Hai Emir, duh,, ganteng nya" ujar Gala lembut seraya mengelus kepala Emir dengan sayang.

"Ganteng dong, siapa dulu Emil kan anak ibu" balas Emir. Gala tertawa lucu melihat tingkah Emir.

"Sudah selesai kontrolnya?" kini Gala beralih pada ku. Aku mengangguk.

"Ini mau pulang, kamu sedang apa disini?" tanya ku.

"Mau jenguk paman sakit" jawab Gala.

"Emir Abang Brian kangen lho kapan-kapan main ke cafe ya!" lanjut Gala pada Emir. Emir mengangguk.

"Ok om, jika ibu tidak sakit dan sibuk" balas Emir. Gala sontak menatap ku.

"Kamu sakit Yumna?" tanya Gala terlihat khawatir. Aku menggeleng.

"Tidak-"

"Kemalin ibu sakit bebelapa hali om" sela Emir memberitahu Gala. Gala mencoba memperhatikan ku sejenak.

"Pantesan wajah kamu agak pucat kemarin" keluh Gala.

"Hanya kecapean saja" elak ku. Tiba-Tiba ada mobil berhenti di depan kita. Sontak kita bertiga mendongak melihat ke arah mobil tersebut.

Deg

Darah ini seolah membeku ketika melihat siapa yang turun dari dalam mobil itu kini berjalan ke arah kita dan berhenti tepat di hadapan kita bertiga.

"Ayo pulang!" katanya tajam. Aku bergeming, sekali lagi mencoba memastikan penglihatan ku ya benar pak Prayoga tapi dia tidak memakai mobil yang biasanya, sedangkan Gala menatap nampak bingung.

"Emir, sini!" serunya memanggil Emir dan Emir pun menurut menghampiri nya. Dia menggendong Emir, dan ku lihat Emir pun mengulas senyum pada nya, lalu dia seperti membisikan sesuatu pada Emir.

"Om gala, kita pulang duluan ya, ayo ibu!" ujar Emir. Gala pun mengangguk kikuk.

"Ibu, ayo!" ajak Emir lagi ketika diri ini masih bergeming. Apakah dia mengancam Emir?

"Ayo.." katanya seraya menarik lengan ku.

"Em,, Gala, kita pergi duluan ya" pamit ku tak enak pada Gala sebelum masuk ke dalam pintu mobil sedangkan Emir masih dalam gendongan nya. Pemandangan yang tak pernah ku bayangkan selama ini, apalagi melihat Emir yang terlihat begitu nyaman dengan nya, tak ada ketakutan, seperti mereka sudah sangat akrab satu sama lain. Ataukah ini hanyalah sandiwara belaka.

"Emir sama ibu dulu ya!" ujarnya ketika dia sudah ada di belakangn kursi kemudi. Emir pun mengangguk dan beralih ke pangkuan ku.

"Mobil nya balu ya, bagus banget" celetuk Emir bertanya, dia hanya mengangguk seraya mulai melajukan mobil nya.

"Wah,, Kelen.. kayak di tipi ya Bu" lagi Emir nampak begitu mengagumi mobil sport yang kita tumpangi ini. Di dalam mobil hanya suara Emir yang mengisi sampai lima belas menit dia terlelap di pangkuan ku. Hening, baik dia maupun aku masih terdiam, aku yang lebih berfikir takut akan kemarahan nya lagi dan juga tubuh ini yang sudah cukup lelah membuatku mengantuk dan ikut terlelap bersama dengan Emir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!