King Of Destruction

Beberapa saat kemudian, pertandingan pun dimulai kembali. Pertarungan di koloseum berlangsung semakin sengit. Bahkan, para petarung selalu berakhir dalam kondisi bersimbah darah. Saat mengamati pertarungan antar non kultivator, Lei Feng merasa bosan. Baginya, para petarung ini hanya bertarung seperti binatang buas. Mereka hanya mengandalkan naluri dasar yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Lei Feng merasa pertarungan antara orang biasa ternyata tidak semenarik seperti yang ia bayangkan. Dalam pandangannya, gerakan mereka sangat lambat dan tidak mengandung teknik apapun. Setelah menyaksikan pertempuran, Lei Feng merasa penasaran dengan tujuan didirikannya koloseum tempur.

"Apakah kamu tahu tujuan khusus dari berdirinya koloseum tempur? tentunya kerajaan gagak hitam memiliki motif khusus selain untuk meraup keuntungan." ucap Lei Feng dengan nada santai. Ia menjaga volume suaranya agar hanya bisa didengar oleh Awei yang berada tepat disampingnya.

"Tebakan anda memang tidak salah, tuan muda. Selain untuk meraup keuntungan, koloseum tempur ini didirikan untuk mencari calon prajurit yang berbakat. Kerajaan gagak hitam menjadikan koloseum ini sebagai wadah untuk memperkuat kekuatan militer mereka sendiri. Lagipula, metode ini sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak. Para petarung bisa meningkatkan taraf hidup mereka, sedangkan kerajaan gagak hitam mendapatkan tenaga baru untuk militer." jawab Awei dengan nada rendah. Ia takut menyinggung keberadaan sosok pasangan di ruangan tersebut. Ia menduga keduanya adalah anggota bangsawan kerajaan gagak hitam.

"Sungguh menarik. Tapi, apakah ada kualifikasi tertentu bagi para petarung untuk direkrut oleh militer kerajaan? misalnya, seorang petarung harus meraih beberapa kemenangan beruntun untuk menarik minat militer kerajaan." tanya Lei Feng dengan penasaran.

"Aku tidak begitu mengerti soal kualifikasi yang ditetapkan. Lagipula, sangat jarang bagiku untuk memasuki koloseum tempur karena tarif masuknya sangat mahal. Biasanya, saya hanya datang kesini saat bekerja sebagai pemandu. Jadi tidak banyak informasi yang saya ketahui. Menurut rumor yang sering saya dengar di bar, militer merekrut petarung berdasarkan bakat dan potensi yang mereka miliki. Selain itu, karakter mereka juga sangat dipertimbangkan. Militer kerajaaan biasanya cenderung mengabaikan seorang ahli dengan kepribadian yang liar. Namun tidak jelas tentang kebenaran dari rumor tersebut, lagipula itu hanyalah sebatas rumor." jelas Awei.

Setelah mendengarkan penjelasan Awei, Lei Feng pun kembali mengalihkan perhatiannya ke pertempuran. Ia menunggu giliran pertandingan penutup yang mempertemukan antar kultivator. Setelah menyaksikan beberapa pertempuran yang membuatnya bosan, akhirnya saat yang ditunggu-tunggu Lei Feng pun tiba. Sang pembawa acara pun dengan antusias memperkenalkan kedua petarung.

Petarung pertama adalah seorang pria dewasa dengan jubah merah. Wajahnya masih relatif muda, namun dipenuhi dengan aura haus darah yang pekat. Tangannya pasti berlumuran darah dan menuai banyak nyawa. Dia dipanggil He Wuqi. Aura miliknya memancarkan tingkat prajurit bintang 5. Sedangkan lawannya adalah sosok pria paruh baya berjubah hitam, Yu Moshi. Wajahnya tampak halus dan tenang, namun samar-samar ia mengeluarkan aura misterius dan berbahaya. Dia memiliki aura seorang serdadu bintang 1.

"Mari kita sambut pertandingan utama hari ini, He Wuqi dengan catatan kemenangan delapan kali secara beruntun melawan Yu Moshi yang tidak terkalahkan selama sepuluh pertandingan. Pertarungan ini adalah pertandingan hidup mati. Pertarungan tidak akan dihentikan sampai salah satu diantara mereka kehilangan nyawa. Pertama-tama, untuk kedua petarung, silahkan menuju sudut arena." pembawa acara berteriak dengan penuh semangat.

Keduanya pun menuju sudut yang berlawanan. Saat pertandingan dinyatakan telah dimulai, keduanya langsung melesat dan berhadapan langsung. Gaya bertarung mereka sangat mirip, karena keduanya mengandalkan mana mereka untuk pertarungan jarak dekat. Namun, keduanya masing-masing mengandalkan teknik pertempuran. He Wuqi memiliki gerak kaki yang aneh dan tidak dapat diprediksi, sehingga memungkinkan dirinya untuk bergerak dengan lincah. Sedangkan Yu Moshi memiliki kekuatan ledakan yang kuat. Terlihat pukulannya memiliki kekuatan ledakan yang sangat kuat. Dia juga memiliki daya tahan yang lumayan kuat.

Serangan yang dilancarkan Yu Moshi selalu meleset karena gerakan He Wuqi yang tidak biasa. Bahkan, He Wuqi terkadang memanfaatkan kecepatannya untuk menyerang Yu Moshi. Namun, serangan He Wuqi tidak memiliki dampak yang besar terhadap Yu Moshi.

"hahaha, mari kita lihat sampai kapan tubuhmu mampu menahan seranganku." He Wuqi berusaha memprovokasi Yu Moshi. Ia ingin agar lawannya melakukan kesalahan agar pertarungan ini berakhir dengan cepat. Lagipula, kuantitas mananya memang lebih sedikit dari lawannya. Dia menyadari kesenjangan antar tingkat tidak bisa diabaikan begitu saja.

Meski diprovokasi oleh He Wuqi, Yu Moshi tetap tenang dan mempertahankan intensitas serangannya. Dia tidak terburu-buru untuk melancarkan serangan fatal. Ia sadar bahwa lawannya pasti tidak dapat bertarung dalam jangka waktu yang panjang.

Menyadari Yu Moshi masih tetap tenang dan tidak terpengaruh, He Wuqi pun memutuskan untuk segera melancarkan serangan pamungkas miliknya. Usai menghindari salah satu serangan Yu Moshi, He Wuqi tiba-tiba memusatkan mananya menyebar ke jari-jari tangannya. Ia pun melakukan gerakan menusuk ke dada Yu Moshi dan mengerahkan energi mana yang besar sehingga menciptakan ledakan yang besar.

"Tusukan jari, meledak." teriak He Wuqi saat melancarkan serangan. Yu Moshi pun terlempar belasan meter ke belakang.

Meski terlempar jauh usai menerima serangan fatal dari He Wuqi, Yu Moshi masih berdiri dengan kaki yang agak bergetar. Dia bahkan memuntahkan seteguk darah dari mulutnya. Dadanya memiliki luka berbentuk lubang akibat serangan He Wuqi. Meski berada dalam kondisi yang mengerikan, ia langsung menyeringai saat melihat wajah pucat lawannya usai melancarkan serangan pamungkas.

"Sialan, bagaimana bisa kamu bertahan dari serangan pamungkasku?" menyadari lawannya masih hidup meski terluka fatal, He Wuqi berteriak dengan wajah pucat. Ia telah mengerahkan semua energinya untuk serangan tadi, sehingga ia sangat kelelahan dan kehabisan mana.

"Ini adalah akhir untukmu, He Wuqi. Kamu bisa bangga karena mati di tanganku." ucap Yu Moshi sambil tertawa liar. Ia pun melesat ke arah He Wuqi dan melancarkan serangkaian serangan pukulan.

"Teknik pukulan bayangan, bunuh." Yu Moshi melancarkan serangkaian pukulan cepat dengan kedua tangannya. Saking cepatnya, gerakan tangannya bahkan terlihat seperti bayangan.

He Wuqi pun terlempar jauh hingga menabrak dinding arena. Ia tergeletak begitu saja usai menerima serangan tersebut. Badannya penuh dengan luka penyok akibat pukulan Yu Moshi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa dari He Wuqi. Yu Moshi pun dinyatakan sebagai pemenang dan disambut oleh sorakan para penonton.

Melihat hasil pertempuran, Lei Feng hanya bisa mendecakkan lidahnya. Sejujurnya, dia berharap He Wuqi mampu memenangi pertempuran. Tapi sayangnya, ia harus mengakui memang sulit untuk bertarung menembus tingkatan. He Wuqi sudah mengerahkan seluruh tenaganya, namun serangannya hanya bisa melukai Yu Moshi. Usai menyaksikan pertempuran penutup, Lei Feng pun bangkit dan meninggalkan ruangan terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, sosok pasangan di ruangan tersebut juga ikut meninggalkan ruang tribun timur dengan kawalan tiga penjaga. Setelah itu, Kelompok empat orang dengan wajah garang pun ikut meninggalkan ruangan. Selama pertandingan, mereka tidak mengucapkan satu kata pun dan hanya menyaksikan pertempuran dengan tenang.

Tidak lama usai meninggalkan ruangan, Lei Feng mendengarkan panggilan dari belakangnya.

"harap tunggu sebentar, teman muda. Pemimpin saya ingin mengundang anda untuk mendiskusikan suatu masalah." orang yang memanggil Lei Feng adalah salah satu diantara empat orang dengan wajah garang. Meski berbicara dengan nada sopan, ia masih memasang wajah yang dapat menakuti orang lain.

"Tidak tertarik. Lagipula, jika dia memang ingin berdiskusi dengan baik, kenapa ia tidak datang langsung menemuiku." balas Lei Feng dengan nada malas. Ia pun bersiap untuk melanjutkan langkahnya sebelum mendengarkan geraman dari pria di belakangnya.

"Hei, sebaiknya kamu ikut denganku. Lagipula, jangan terlalu sombong, anak muda. Terkadang, kamu harus tahu untuk merendah dan tidak bersikap arogan." geram pria tersebut.

"Hei, enyahlah sekarang juga. Jika kamu terus mengucapkan omong kosong, jangan ragu untuk menanggung akibatnya. Sampaikan kepada pemimpinmu, datang temui aku secara langsung. Jangan bertindak terlalu perkasa." Lei Feng terus berjalan sambil melambaikan tangannya.

Lei Feng dengan mudah mengabaikan ancaman dari pria tersebut. Awei yang berjalan mengikutinya pun memasang wajah cemas saat menyaksikan konflik tersebut. Sedangkan pria yang mengundang Lei Feng memasang wajah gelap usai diabaikan begitu saja.