Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Sudah 5 hari Syahira melakukan pulang pergi dari rumah kiyai, selama itu juga tidak ada yang curiga padanya dan juga Zaidan.
Seperti hari sebelumnya Syahira bangun lebih pagi, melakukan rutinitas pagi seperti mandi. Pagi ini Syahira sudah bisa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Syahira mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke asrama pondok, namun ada yang berbeda kali sang suami masih tidur pulas.
Syahira menyelipkan sebuah surat di meja yang ada di samping Zaidan tidur, ia tidak akan membangunkan Zaidan yang masih tidur karena masih terlalu pagi, ia juga sangat yakin kalau Zaidan pasti bangun di waktu yang tepat sebelum shalat subuh.
Syahira mencium kening Zaidan untuk pertama kalinya, lalu keluar dari kamar. Ummi Aminah maupun kiyai Ahmad sama-sama tidak mempermasalahkan apa yang Syahira lakukan mereka mengikuti kemauan dari menantu mereka selama tidak merugikan siapapun dan Zaidan mengizinkannya bukan masalah untuk keduanya.
Setelah Syahira keluar dari rumah, Zaidan baru membuka matanya tidak mendapati sang istri di sampingnya. Zaidan pikir Syahira berada di kamar mandi, jadi ia tidak mencarinya.
Dari arah mesjid sudah terdengar suara azan berkumandang tapi belum ada tanda-tanda Syahira akan keluar. Zaidan turun dari ranjang, baru satu kaki menginjak lantai ia melihat ada selembar kertas putih di atas meja yang ada di sampingnya.
Zaidan mengambil dan mulai membaca tulisan yang tertera di atas kertas tersebut. Setelah membacanya Zaidan turun dari tempat tidur menuju kamar mandi dengan semangat, aada satu kalimat dalam surat tersebut yang membuat seorang Zaidan bersemangat. Ia membersihkan diri lalu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim juga sebagai seorang laki-laki yang lebih bagus shalat di mesjid ketimbang di rumah.
Zaidan berangkat ke mesjid dengan penuh semangat, ia seperti mendapat vitamin hari ini. Meskipun sang istri meninggalkan ia seorang diri tali tidak masalah baginya karena mereka juga akan ketemu di mesjid pikirnya.
Benar! Baru saja ia memasuki area mesjid yang ada di dalam pondok lebih tepatnya mushalla tapi karena bentuk dan ukurannya yang luas dan juga besar terlihat seperti mesjid bukan mushalla. Zaidan sudah melihat sang istri bersama sahabatnya Alana, meskipun Syahira memakai cadar dan ia sendiri tidak tau baju seperti apa yang sang istri gunakan pagi ini tali ia bisa mengenali Syahira dengan sangat baik.
Subuh ini Syahira bisa melihat langsung bagaimana respon teman-temannya ketika melihat Zaidan ada di depan mereka, dengan terang-terangan mereka memuji dan juga menginginkan Zaidan menjadi suami mereka.
Ketika Zaidan melewati mereka, banyak bisikan-bisikan dari teman-teman yang bersamanya, kecuali Alana yang sudah tau hubungan mereka berdua.
Syahira bukan cemburu hanya saja dia merasa risih dengan bisikan dari teman-temannya yang terlalu memuji sang suami.
Zaidan yang melewati mereka juga tersenyum ramah pada mereka, TIDAK! Lebih tepatnya tersenyum untuk sang istri tercinta tapi mereka salah memahaminya dan ke GR an, Syahira juga salah mengartikan hal yang dilakukan Zaidan merasa kesal dengan tingkah sang suami yang tebar pesona di depan para santriwati.
Setelah mereka melaksanakan shalat subuh, seperti biasa Syahira selalu sang sahabat. Ketika mereka sudah keluar dari mushalla Zaki menghampiri mereka dengan dalih ingin bicara dengan Syahira mengenai lomba yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.
" Assalamualaikum," ucap Zaki menghampiri Syahira dan Alana.
" Waalaikumsalam, ustadz" jawab keduanya kompak.