[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Keesokan paginya, sinar matahari lembut masuk melalui jendela istana, menerangi taman kecil yang dipenuhi bunga mekar. Jian Yu sudah menunggu di sana, mengenakan jubah sederhana namun tetap memancarkan wibawa.
Tak lama, langkah ringan terdengar. Xiao Ying datang dengan gaun putih yang anggun, wajahnya sedikit memerah begitu melihat Jian Yu yang menatapnya lekat.
“Pagi yang indah, Xiao Ying,” sapa Jian Yu dengan senyum hangat.
Xiao Ying menunduk sedikit, jantungnya berdebar. “Pagi… juga, Jian Yu.”
Beberapa saat keduanya hanya diam, angin lembut mengayun rambut Xiao Ying. Jian Yu akhirnya melangkah mendekat, menatapnya lebih dalam.
“Kemarin malam, ayahmu menyebut soal pertunangan. Aku tahu hal ini datang terlalu cepat bagimu, dan tentu saja bagiku juga.” Jian Yu berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara rendah. “Namun aku ingin mendengar dari bibirmu langsung… bagaimana perasaanmu?”
Pipi Xiao Ying memerah semakin jelas. Ia menunduk, lalu menjawab lirih, “Jika itu memang takdir untuk kita bersama… aku tidak keberatan.”
Mata Jian Yu berkilat lega. Ia tersenyum tipis. “Walaupun nanti ke depannya bukan hanya kau yang menjadi istriku, tapi kau akan tetap yang pertama di hatiku.”
Xiao Ying terdiam, lalu mendengus kesal. “Dasar laki-laki, tidak cukup satu istri…” Namun kemudian ia tersenyum malu-malu. “Hmph, tapi aku akan senang jika ada saudari nanti. Benar begitu, sayang?”
Jian Yu hanya tersenyum tidak karuan. “Ya, begitulah.” Lalu ia teringat sesuatu. “Oh ya, Xiao Ying. Aku akan pergi ke Benua Qianmu hari ini. Kau mau ikut?”
Xiao Ying menatapnya semangat. “Tentu saja aku ikut! Aku paling suka bepergian, apalagi mencari hal-hal baru. Dan aku juga ingin menjadi lebih kuat, supaya tidak membebanimu nantinya.”
Jian Yu mengangguk puas. Ia lalu menemui Lin Lin dan Lin Shi, mengatakan hal yang sama soal perjalanan. Mereka pun langsung ingin ikut. Ratu Xiao Mei sempat melarang Lin Lin, meminta anak itu tinggal di istana, tapi Lin Lin malah bergelantungan di kaki Jian Yu sambil merajuk. Akhirnya Jian Yu hanya bisa menghela napas. Tanpa menunggu lama, ia merobek ruang di depannya dan menyuruh Lin Lin serta Lin Shi masuk ke dalam ruang dimensinya agar aman selama perjalanan.
Jian Yu pun keluar dari istana, diikuti Xiao Ying dari belakang. Ia menoleh sebentar. “Kau bisa terbang? Kalau tidak, masuk saja ke ruang dimensiku.”
Xiao Ying mengangguk malu. “Tentu saja aku bisa terbang. Tapi… Qi-ku tidak cukup untuk terbang lama, karena aku masih di ranah Penyerapan Qi. Kira-kira aku hanya bisa sampai Pelabuhan Selatan jika seharian penuh.”
“Kalau begitu, nanti kalau sudah tidak sanggup, bilang saja. Kita akan beristirahat,” ucap Jian Yu tenang, lalu langsung melesat terbang. Xiao Ying pun mengejarnya dari belakang.
Dalam perjalanan, Jian Yu berinisiatif bertanya. “Xiao Ying, apakah kau pernah masuk sekte atau perguruan?”
Xiao Ying menoleh dan tersenyum tipis. “Kalau sekte tidak pernah, tapi aku sempat belajar di Perguruan Pedang Teratai. Namun aku keluar setelah menguasai semua tekniknya, lalu kembali ke istana.”
Mereka melanjutkan perjalanan hingga matahari mulai condong ke barat. Sesekali mereka berbicara kecil agar tidak bosan.
Tiba-tiba, keduanya berhenti di udara ketika terdengar teriakan dan suara benturan pedang dari bawah hutan lebat. Jian Yu dan Xiao Ying saling pandang, lalu turun perlahan. Mereka berdiri di atas dahan pohon besar, memperhatikan pertarungan di jalan setapak hutan.
Di sisi kiri, sekelompok pemuda berseragam biru bergaris putih tampak babak belur. Pedang mereka patah, tubuh penuh luka, bahkan beberapa mengalami patah tulang. Di sisi lain, lawan mereka adalah sekelompok pria berbadan besar dan berotot, mengenakan seragam merah.
“Hahaha! Kalian terlalu lemah! Pedang kalian bahkan tidak bisa melukai tubuh kami yang keras ini!” teriak salah satu dari mereka yang paling besar.
“Benar, Senior Hong! Mereka bahkan tidak berkutik meski baru dipukul beberapa kali!” timpal rekannya sambil tertawa.
Salah satu pemuda berseragam biru yang masih berdiri menggenggam pedangnya erat. “Tutup mulut kalian, dasar bajingan! Jangan salahkan aku kalau kau mati karena kesombonganmu sendiri!” Dengan terhuyung, ia maju walau tubuhnya penuh luka.
“Heh, keras kepala!” pria berbaju merah yang dipanggil Hong Feng mengangkat tinjunya, Qi berputar di sekelilingnya, siap menghantam.
Melihatnya, kawan si pemuda panik. “Kak Wang Yu! Jangan gegabah! Lebih baik kita pergi saja!” teriaknya. Yang lain menambahkan, “Kalau terkena tinju Hong Feng, Kak Wang pasti cedera parah!” Suara mereka bergetar, bahkan beberapa menangis ketakutan.
Xiao Ying melirik Jian Yu, tapi pria itu sudah tidak ada di sampingnya.
Di saat yang sama, saat tinju Hong Feng hampir menghantam, terdengar suara ledakan energi. “BOOMMM!” Serangan itu tertahan oleh pedang bercahaya emas kebiruan.
“Apa… siapa kau?!” Hong Feng melotot kaget melihat Jian Yu berdiri di hadapannya.
Wang Yu juga terkejut dan segera mundur beberapa langkah. Xiao Ying menghampiri kelompok yang terluka. “Kalian tidak apa-apa, kan?” tanyanya lembut.
Wang Yu menatapnya lega, lalu duduk lemas. Sementara itu, Hong Feng terpental ke belakang, memuntahkan darah.
“Berani sekali kau ikut campur! Pergi sekarang, atau perguruan kami akan membuatmu menyesal!” teriak salah satu dari kelompok merah sambil mengancam.
Jian Yu tetap tenang, menatap mereka satu per satu. Tiba-tiba, suara sistem muncul di kepalanya.
Sistem: “Harap tuan berhati-hati. Mereka berkultivasi dengan teknik tubuh, sehingga tubuh mereka keras dan pukulannya sangat berat.”
Jian Yu mengerutkan alis. “Jadi aku tidak bisa melawan mereka dengan pedang?” tanyanya dalam hati.
Sistem: “Benar. Tapi tubuh tuan jauh lebih keras. Setelah dimurnikan oleh kolam darah Naga Langit, kekuatan fisik tuan berada di atas mereka. Jika ingin menguji tubuhmu… mereka adalah samsak bergerak yang cocok.”
Mendengar itu, Jian Yu tersenyum miring. Ia mengejek, “Hah, ternyata kalian selemah ini. Kalau saja aku tahu, aku tidak akan repot-repot menggunakan pedang bagusku.” Ia mengelus bilah pedangnya.
Kelompok Hong Feng langsung memerah karena marah.
Hong Feng bangkit, menyeka darah di mulutnya. “Dasar sombong! Kalau kau memang berani, lawan aku dengan fisikmu saja! Meskipun ranahmu lebih tinggi dua tingkat dariku, aku tidak takut pada bajingan sepertimu!” teriaknya sambil menunjuk Jian Yu.
Dengan santai, Jian Yu memasukkan pedangnya kembali ke cincin penyimpanan. “Ingin menantangku dengan fisik? Baiklah… kebetulan aku juga berlatih teknik pemurnian tubuh.”
Dengan senyum percaya diri, Jian Yu melepaskan bajunya. Tubuhnya kekar, otot perutnya six-pack dan ramping. Ia melempar bajunya ke arah Xiao Ying.
Tanpa sengaja, baju itu menutupi wajah Xiao Ying. “Sayaaangg!! Kenapa kau lempar bajumu ke wajahku?!” teriaknya kesal tanpa sadar.
Kedua kelompok lawan dan kawan langsung membeku, mematung tak percaya.
Wang Yu melongo. “Jadi… mereka berdua sudah menjadi pasangan suami istri?!” tanyanya dengan mata terbelalak.
Xiao Ying langsung sadar dengan ucapannya sendiri. Wajahnya merah padam. “Aduh… apa yang baru saja aku katakan… memalukan sekali…” gumamnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan.
Sementara Jian Yu hanya tersenyum kaku.
Salah satu dari kelompok Hong Feng ikut bengong. “Itu… beneran istrinya?” tanyanya polos. Jian Yu hanya mengangguk singkat, lalu kembali menatap mereka tajam.
“Sudah sampai di mana tadi? Oh ya… maju kalian semua. Akan kutunjukkan apa itu kekuatan fisik yang sesungguhnya.” Ucapnya penuh percaya diri, aura sombong nya keluar dan menakutkan terpancar jelas dari tubuhnya.
Hong Feng menggeram marah. “Jangan sombong dulu, bocah! Aku akan hancurkan wajahmu dengan tinjuku!” teriaknya lantang. Otot-otot di lengannya menegang, lalu ia melesat maju dengan kecepatan tinggi.
“BOOMMM!”
Tinju raksasanya menghantam ke arah dada Jian Yu.
Namun, Jian Yu hanya mengangkat lengannya, menahan dengan telapak tangan terbuka. “BRAKKK!!” Tubrukan itu mengguncang udara, membuat tanah di bawah mereka retak. Tetapi Jian Yu tidak bergeser sedikit pun, sedangkan Hong Feng terpental ke belakang, matanya membelalak tak percaya.
“Apa… bagaimana mungkin tubuhnya sekeras baja?! Padahal aku sudah menguatkan pukulanku dengan Qi penuh!”
Jian Yu hanya menyeringai. “Itu tadi? Hanya begitu saja?”
Seketika, tubuh Jian Yu menghilang dari pandangan. SWUSHH! Dalam sekejap ia sudah di depan Hong Feng. Satu pukulan siku mendarat tepat di dada Hong Feng.
“DUUARRR!!”
Suara dentuman bergema, tubuh Hong Feng terlempar jauh, menabrak batang pohon besar hingga pohon itu patah jadi dua.
“Senior Hong Feng!!” teriak anak buahnya panik.
Empat pria berbadan besar lain langsung maju bersamaan, wajah mereka dipenuhi amarah. Salah satunya berteriak, “Kita serang bersama-sama! Hancurkan dia!”
Mereka berempat melompat serentak, tinju, lutut, dan tendangan mengarah ke tubuh Jian Yu.
Namun Jian Yu berdiri tenang, lalu bergerak seolah tubuhnya tanpa bobot. Ia memiringkan badan, menunduk, lalu berputar. SWUSHH! Gerakannya lincah, menghindari semua serangan hanya dengan langkah ringan.
Begitu satu pukulan melintas di sampingnya, Jian Yu menangkap tangan lawan, memutar tubuhnya, dan melemparkan pria itu ke tanah. “BRAKKK!!” Tanah bergetar, debu beterbangan.
Pria kedua mencoba menendang ke arah kepalanya. Jian Yu merunduk rendah, lalu menghantamkan bahunya ke perut pria itu. “BUUUKK!!” Tubuh besar itu terangkat dari tanah dan terlempar ke udara sebelum jatuh menghantam tanah keras.
Dua yang tersisa menyerang bersamaan dari kanan dan kiri. Jian Yu mengangkat kedua lengannya, menahan tinju mereka di masing-masing sisi. “DUGGG!!” Dua pasang otot keras menghantamnya, namun tubuh Jian Yu sama sekali tidak bergeming.
Dengan senyum tipis, ia menarik kedua tangan itu bersamaan, lalu menubrukkan kepala kedua pria itu.
“BRAAAKKK!!”
Suara benturan kepala terdengar nyaring. Keduanya menjerit kesakitan dan jatuh tersungkur, pingsan di tempat.
Xiao Ying yang masih menundukkan dan mengangkat kepalanya dan tekjut dengn kekuatan suaminya . Dia cuman mengeluarkan qi nya sedikit tapi tubuhnya sudah seperti monster.
Sementara itu, Jian Yu melangkah santai menuju Hong Feng yang berusaha bangun dengan terhuyung. Tubuhnya penuh luka, darah mengalir dari sudut bibirnya.
“Kau… siapa sebenarnya kau…” Hong Feng terengah, wajahnya pucat.
Jian Yu meraih kerah bajunya, mengangkatnya dengan satu tangan. “Aku? Hanya seorang kultivator yang tubuhnya lebih keras daripada tubuh mu yang kau banggakan.”
Lalu, tanpa ragu, Jian Yu menghantamkan kepalan tangannya ke perut Hong Feng.
“DUUUMMMM!!!”
Udara bergetar, tanah di bawah mereka pecah membentuk retakan panjang. Hong Feng memuntahkan darah segar, tubuhnya lemas, lalu terjatuh tak berdaya.
Semua murid berseragam biru yang sebelumnya babak belur menatap Jian Yu dengan mata berbinar penuh rasa kagum.
“Itu… itu kekuatan fisik yang sesungguhnya…” gumam Wang Yu dengan suara bergetar.
Jian Yu hanya menepuk tangannya seolah membersihkan debu, lalu melirik sekilas. “Kalian tidak perlu khawatir. Orang-orang ini hanya pingsan, tidak ada yang mati. Tapi kalau mereka berani macam-macam lagi, mungkin lain kali aku tidak akan sebaik ini.”
Xiao Ying tersenyum kecil, lalu menatap Jian Yu dengan rasa bangga yang tak bisa disembunyikan. Dalam hatinya ia berbisik, "benar-benar… suami yang hebat."