Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih tinggal di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran dan juga seorang pembalap.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikutnya. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
"Aw...!" pekik Indah pelan. Dia merasakan sakit, berarti bukan mimpi. Indah kembali menepuk pipinya pelan karena belum yakin dengan apa yang dirasakan nya.
"Al, bawa Indah ke kamar untuk istirahat," kata Sofia.
Alaric, Alderich, dan Alberich maju secara bersamaan. Alice menutup mulutnya menahan tawa.
Melihat kedua adiknya maju, Alaric menatap tajam ke arah mereka berdua. Mereka mundur dua langkah.
"Biar aku saja Bun." Alice menawarkan diri.
"Ya sudah, siapapun boleh. Bunda sudah meminta pelayan untuk menyiapkan kamar untuk nya," kata Sofia.
"Yuk Kak," ajak Alice.
Indah masih diam mematung. Hingga Alaric menarik pelan tangan Indah. Indah berjalan kaku seperti robot mengikuti Alaric.
Diikuti oleh Alice dari belakang. Mereka pun menuju sebuah kamar yang sudah di siapkan khusus untuk Indah.
"Sepertinya dia belum terbiasa," kata Carlos.
"Kakak ipar syok Yah, dia tidak tahu kalau Kak Al seorang pangeran istana," ujar Alderich.
"Pelan-pelan nanti juga terbiasa," kata Sofia.
Sementara Alaric, Alice, dan Indah sudah tiba di sebuah kamar. Alaric meminta adiknya untuk memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan untuk mereka.
"Bunda sudah menyuruh pelayan sebelum Kakak datang," ujar Alice.
Alaric memberi kode kepada Alice agar segera pergi. Alice yang mengerti pun segera pergi dari situ.
Pintu kamar di buka. Lagi-lagi Indah tertegun dengan dekorasi kamar yang seperti kamar pengantin. Sungguh indah dan mewah.
"Ini kamar mu, pakaian ada di dalam lemari, ini kamar mandi dan ini meja rias dan semuanya lengkap," kata Alaric.
Ternyata, Sofia memang sudah menyiapkan semuanya untuk Indah. Indah berjalan ke arah lemari dan membukanya.
Satu lemari penuh dengan pakaian bagus dan mahal. Indah kembali tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa.
Bugh... Satu pukulan mendarat di dada Alaric. "Kenapa tidak bilang dari awal?" tanya Indah buka suara.
"Kamu tidak bertanya, masa aku mau koar-koar," jawab Alaric.
"Kamu jahat, jahat, jahat!" maki Indah dengan memukuli dada Alaric. Alaric tertawa melihat tingkah Indah.
"Sudah puas?" tanya Alaric memegang tangan Indah. Indah mendengus kesal.
Indah menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Dia capek dan ingin istirahat sebentar. Alaric duduk di sisi ranjang berjarak setengah meter dari Indah.
"Jangan bilang kalau kamu itu pangeran?" tanya Indah.
"Kalau iya kenapa?" tanya Alaric balik.
"Aaaa...! Kamu jahat! Kamu tipu aku!" pekik Indah.
Alaric kembali tertawa. Kemudian ia meminta Indah untuk mandi, karena Alaric juga ingin mandi di kamarnya.
"Kamar ku di sebelah, kalau butuh apa-apa panggil aku," kata Alaric. Kemudian Alaric keluar dari kamar Indah.
Indah menghela nafas lalu memejamkan matanya. Kemudian perlahan membuka matanya dan ternyata semuanya tetap sama.
"Ini benar-benar nyata. Ibu, aku ketemu pangeran!" pekik Indah tertahan.
Walaupun Indah tidak tahu apakah Alaric juga memiliki rasa yang sama, tapi perlakuan Alaric dan keluarga nya sudah cukup membuat Indah bahagia.
Indah berjalan ke kamar mandi. Saat pintu kamar mandi terbuka, lagi-lagi Indah merasa takjub.
Kamar mandinya saja tidak sebagus kediaman Indah. Seketika Indah merasa minder dengan perbedaan dirinya dan Alaric.
"Benar ayah bilang, belum tidur aku sudah bermimpi. Sadar Ndah, kamu tidak layak untuknya. Jangan berharap terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit," ucap Indah bicara sendiri menirukan perkataan ayahnya.
Indah hendak mandi, namun dia tidak tahu caranya. Karena di rumahnya tidak seperti ini. Indah mencari-cari gayung, namun tidak ada.
"Bagaimana ini?" gumam Indah.
Pintu kamarnya di ketuk. Indah dengan cepat menutup tubuhnya dengan jubah mandi. Kemudian keluar dari kamar mandi dan membuka pintu.
"Kak, kok belum mandi?" tanya Alice.
"Ah, ee anu, itu aku." Indah jadi grogi mau mengatakannya.
Alice mengerti lalu tersenyum. Kemudian dia menarik pelan tangan Indah. Lalu Alice mengajarkan cara-cara membuka keran air.
"Tekan hijau untuk air dingin, tekan merah untuk air panas. Tapi sebaiknya tekan dua-duanya agak seimbang," kata Alice.
Indah manggut-manggut. Kemudian Alice mengajarkan jika ingin berendam di bathtub harus mengisi air dulu, kemudian diberi sabun cair.
Indah kembali mengangguk. Namun Alice kembali mengatakan, sekarang bukan saatnya untuk mandi berendam di bathtub, karena keluarga nya sudah menunggu.
"Kakak mandi dulu, aku tunggu di luar kamar mandi," kata Alice.
"Terima kasih, di rumahku tidak ada yang seperti ini," ungkap Indah jujur.
"Santai saja Kak, bunda sangat menyukai Kak Indah," ucap Alice. Indah tersenyum mendengarnya.
Alice pun keluar dan duduk di sofa kamar itu. Tidak berapa lama Indah keluar dengan hanya memakai jubah mandi.
Ternyata, Alice sudah menyiapkan pakaian untuk Indah. Indah merasa terharu dan merasa di hargai.
Alice juga memoles wajah Indah dengan make-up. Indah yang pada dasarnya tidak suka bermake-up pun menjadi terlihat cantik.
"Kak Indah harus terlihat cantik, biar kak Al semakin suka," kata Alice.
Indah tersenyum memandang wajahnya di cermin. Pakaiannya juga bagus dan cocok untuknya.
Hanya saja dia tidak tidak terbiasa dengan pakaian seperti itu. Indah hanya suka memakai celana dan baju kemeja atau kaos oblong.
"Kakak terlihat berbeda, jadi tambah cantik," puji Alice.
"Terima kasih," ucap Indah dengan tersipu malu.
Alice mengajak Indah keluar dengan menggandeng tangannya. Tadinya, pelayan yang ingin melayani Indah, tapi Alice menawarkan diri untuk melayaninya.
"Ayo sayang, kamu pasti lapar, kan?" tanya Sofia menghampiri Indah dan memintanya duduk.
"Cantik sekali, pantas saja Alaric tertarik," kata Sania.
"Nenek?" Alaric tertunduk. Alberich dan Alderich tertawa kecil melihat tingkah laku Alaric yang tidak biasa.
"Kenapa harus malu? Kalau suka bilang saja suka." Andreas menimpali.
"Kakek?" Alaric semakin malu di goda di depan Indah. Indah? Jangan ditanya, dia lebih malu dari Alaric.
Setelah selesai makan mereka meminta Indah untuk beristirahat. Mereka tahu Indah pasti capek.
...****************...
Hari pertandingan balapan pun tiba. Alaric sudah pergi lebih lebih dulu. Sementara Indah akan datang bersama Alice, Alberich dan Alderich.
"Mana Al?" tanya Indah. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kita semua Al awalan Al Kak," jawab Alice. Walau Alice tahu yang di maksud adalah Alaric. Namun Alice ingin menggoda Indah saja.
"Ee, maksudku Alaric," ujar Indah dengan malu-malu.
"Oh, kakak sudah duluan deh kayaknya," kata Alice.
Mereka pun berangkat menggunakan satu mobil saja. Indah terlihat sedih karena Alaric tidak menunggunya dan berangkat bersama.
Tapi Indah tetap bersikap biasa saja di depan mereka. Hingga mobil pun melaju setelah keluar dari pintu gerbang.
"Cepat sedikit Kak," kata Alice pada Alderich.
"Ini juga sudah cepat," ujar Alderich.
Alice memberikan masker kepada Indah. Karena mereka juga menggunakan masker saat keluar dari kawasan istana.
semngat thor💪terimakasih hari ini 2bab bisa di baca😄🤭🤭
anknya bukan ank kandung berarti bisa jodoh dgn Denzel😃😃😃