NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlewatkan

"Kak," lirih Lyana, dia menutup kedua mata perlahan, nafasnya memburu. Kecupan itu hampir menyapu seluruh bagian leher dan belakang telinga Lyana.

"Hemm,"

"Ah sakit!" Anggara menggigit telinga Lyana. Melanjutkan aktifitas kesukaanya itu, pengait Bra milik Lyana sudah terbuka sehingga dengan mudah tangan Anggara menjangkau isinya. Mengusap pelan benda kenyal itu dan memilin ujungnya yang mulai mengeras.

"Kak, aku ... " rancau Lyana, dia berusaha membuka mata. Mau tidak mau dia harus sadar sekarang.

Kecupan di leher itu terhenti, Anggara menegakan lagi kepalanya. Menatap lurus wajah Lyana yang juga mendamba sentuhan lebih. Tangan Anggara terulur keluar dari balik piyama menyentuh rambut yang menjuntai ke mata kanan Lyana. Mengusap lembut kepala perempuan itu, lalu turun ke pipi dan berakhir dengan menangkap dagunya lagi.

"Kenapa Ly? Mau dimatiin lampunya?" tanya Anggara, dia sudah ancang-ancang mau melepas kaos yang membungkus dada bidangnya itu dan menampilkan otot perut yang kencang.

"Stop kak! Aku masih bimbang." tangan Anggara langsung jatuh ke sprei. Perempuan di hadapanya kini sedang bimbang. Lyana ragu? isi hati Anggara berkecamuk, panas yang mengalir di tubuhnya sekarang seolah tertahan dengan kalimat singkat yang Lyana ucapkan barusan.

"Maaf," Anggara menatap wajah Lyana sebentar lalu merebahkan diri di sampingnya.

"Aku yang salah, harusnya aku bisa kabur malam itu." Anggara melihat langit-langit kamar sambil mengusap punggung Lyana.

"Maafin aku ya," Lyana menunduk melihat jelas raut wajah frustasi Anggara.

"Kak, apa nggak bisa surat perjanjian itu di musnahin aja? di batalin aja gitu. Aku takut." Lyana tengukurap, melihat dari dekat wajah Anggara, rambut-rambut halus di rahangnya yang kokoh mulai terlihat.

"Nggak bisa Ly, surat itu sudah di masuk ke pengacara keluarga." ucap Anggara.

"Terus gimana?" tanya Lyana. Tanganya menyentuh rahang itu, mengusapnya perlahan menikmati sensasi bulu-bulu halus itu. Lyana asyik sendiri, sementara Anggara diam, isi kepalanya mendadak penuh.

"Kak, Mbak Merly cantik banget ya." ujar Lyana tiba-tiba, dia jadi ingat foto yang diterima tadi. Entah siapa yang mengirim, tapi berhasil mengacaukan mood Lyana tadi sore.

Tubuh Anggara beringusut menyamping menatap Lyana. Memindai setiap sudut wajah mungil yang ada di sampingnya. Kelopak mata yang mengerjap, hidung mancung dan bibir yang ...

"Udah pernah ketemu Merly?" tanya Anggara. Lyana menggeleng.

"Aneh, kenapa mendadak jadi bahas Merly." ikut bertanya-tanya dalam hati.

"Hemm, aku liat konten gosip kemarin. Beritanya sempat viral, Kak Gara tahu kan?" bohong, dia nggak tahu apa-apa sebelum foto itu diterima. Baru setelahnya dia langsung googling dan ketemu karena kontenya FYP.

"Kenapa waktu itu Kak Gara cerai?"

Ssssttt, Anggara langsung nenghujami tatapan dingin.

"Aaaa! aku salah ngomong." teriak Lyana dalam hati.

"Maksudku kenapa Ka ... "

Anggara langsung membungkam bibir yang masih bergerak itu dengan ciuman dalam. Seperti akan melahap habis bibir mungil Lyana. Nafas keduanya memburu, hawa panas kembali menguasi Anggara. Ia menekan tengkuk Lyana lebih dekat lagi sampai keduanya terduduk. Lyana hampir kehabisan nafas, dia mendorong bahu bidang Anggara sampai tenaganya habis. Baru setelah itu Anggara melepaskanya.

"Hah!" nafas Lyana masih terengah-engah.

"Kak kamu mau membunuhku?" Lyana kesal. Jujur saja Ia nggak suka di kasarin kaya gini ngga nyaman. Tanpa aba-aba perempuan itu langsung berdiri dan keluar dari kamar menuju balkon mencari udara segar.

"Padahal dah berapa kali aku pernah bilang jangan bahas tentang apapun soal Ibunya Reno. Tapi kenapa di bahas lagi?" Anggara juga kesal, dia paling tidak suka membahas masa lalunya. Tapi demi Reno dia berhasil menurukan egonya, bertemu dengan Merly sore tadi hanya karena menuruti janjinya dengan Reno. Tapi apa Anggara tahu Lyana juga melihat kebersamaan mereka yang tampak bahagia.

"Hah, perempuan itu menyebalkan sekali." Anggara langsung ingat video klarifikasi singkat Merly. Rahangnya mengeras, tanganya dengan segera menghubungi Niko.

"Heh Niko jelek. Kamu udah aku bayar buat bungkam media waktu itu kenapa videonya masih aja viral?" sulut Anggara.

"Alasan. Lyana sampai tahu berita itu bodoh!" makinya lagi.

Entah apa yang di ucapkan Niko di sana, tapi Anggara mengumpatnya berkali-kali. Sampai pada saat netranya melihat Lyana merentangkan kedua tangannya kesamping dan kepalanya mendongak kelangit. Piyama biru dengan motif garis-garis itu bergerak mengikuti Arah angin. Panggilan itu terputus, Anggara memilih menyusul istrinya ke balkon.

Derit suara kursi rotan itu membuat Lyana menjatuhkan tanganya dan menoleh ke belakang. Lyana menatap Anggara yang bersandar, satu kakinya terangkat. Dan saat vape itu berada tepat di depan mulutnya, Lyana mendekat.

"Kak? Kamu ... "

"Kenapa? ini? cuma Vape kok, bukan rokok." Anggara menunjukan benda pipih berwarna hitam itu, mirip seperti korek. Saat hendak menyesap vape, Lyana mendekat dan langsung merebut benda kecil itu lalu membantingnya ke rumput sintetis.

"Ly! Apa-apaan kamu?!" Amarah Anggara kembali meledak.

"Sejak kapan?" Lyana tersulut, matanya tambah berkaca-kaca.

"Itu urusanku." Anggara berdiri dan memungut vape itu.

"Aku ... aku nggak suka bau rokok, aku juga nggak suka bau vape. Aku mau lihat Kak Gara sehat," celoteh Lyana. Tanganya bergetar mengambil vape itu dari genggaman Anggara.

Melihat dengan jelas mata merah yang penuh dengan genangan air mata itu membuat Anggara dengan mudahnya membuka tangan. Vape itu sekarang di tangan Lyana

"Pria idamanku nggak merokok, nggak ngmong keras, nggak bersikap kasar, dan ... " suaranya menggantung, Tangan Lyana meremas benda keras itu hendak membuangnya ke tempat sampah.

"Dan apa?" Anggara mengusap air mata yang sudah menetes di pipi Lyana.

"Dan sayang sama aku." Lyana menatap manik kecoklatan itu, mencoba menyelam ke dalam. Ingin memastikan,"Apa namaku ada di sana. Di barisan orang-orang yang kamu sayangi."

"Pertahanku runtuh karenamu Ly, karenamu . Aku rindu wajah ceriamu lagi. Seperti saat aku masih menganggapmu adik, saat aku masih bisa menjaga batasan denganmu. Perempuan yang ku nikahi hanya demi warisan Ayah." hati Anggara semakin bergetar melihat Lyana menangis tepat di depan matanya

"Tunggu, Pria idaman? Apa jangan-jangan Lyana mulai menyukaiku." Anggara mundur satu langkah, lututnya mendadak terasa lemas.

"Tidak, Lyana hanya perlu mematuhiku bukan menyukaiku." batinya semakin berkecamuk.

Angin malam menerpa keduanya yang sedang berdiri berhadapan saling menatap. Sepertinya langit juga ingin menangis, semilir angin malam ini lebih kencang dari biasanya. Rambut Lyana yang terurai bertebangan, ada beberapa helai menempel pada pipinya yang basah.

"Ambil ini kak, besok antar aku kerumah. Aku mau pulang." Vape ditangan Lyana sudah kembali ke yang punya. Perempuan itu segera berlalu melewati tubuh Anggara yang terdiam membeku mendengarnya.

"Ly, tunggu." sesaat kesadaranya kembali, dia menyusul Lyana ke dalam. Anggara melihat koper hitam berukuran besar itu sudah diturunkan dari lemari.

"Tunggu Ly, kamu mau kemana?" cegah Anggara yang berhasil meraih lengan Lyana.

"Lepasin kak, Aku mau beres-beres dulu."

Perempuan itu menghempas tangan Anggara, kali ini dia tidak ingin berharap apapun lagi.

.

.

.

.

.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!