NovelToon NovelToon
PERNIKAHAN DENDAM

PERNIKAHAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Dendam Kesumat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Menjelang pernikahan, Helena dan Firdaus ditimpa tragedi. Firdaus tewas saat perampokan, sementara Helena diculik dan menyimpan rahasia tentang sosok misterius yang ia kenal di lokasi kejadian. Kematian Firdaus menyalakan dendam Karan, sang kakak, yang menuduh Helena terlibat. Demi menuntut balas, Karan menikahi Helena tanpa tahu bahwa bisikan terakhir penculik menyimpan kunci kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Dion duduk di sisi ranjang Sinta di rumah sakit, menatap wajahnya yang masih sedikit pucat namun mulai lebih tenang.

Sinta menatap wajah Dion yang kelelahan karena menemaninya.

"Dion, kamu pulanglah. Kamu pasti capek menemani aku disini. A-aku nggak mau merepotkan kamu." ucap Sinta.

Dion menggelengkan kepalanya dan meminta Sinta untuk tidak berkata seperti itu.

"Sin, aku ikhlas menemani kamu calon istriku. Aku nggak bisa meninggalkan kamu sendirian disini?"

Sinta yang mendengarnya langsung menggenggam tangan Dion.

"Dion, aku ini janda dan aku nggak bisa memberikan kamu seorang anak. Mantan suamiku dulu meninggalkan aku karena hal itu." ucap Sinta dengan air matanya yang mengalir.

Dion menghela nafas panjang saat mendengar perkataan dari Sinta.

"Sinta, tolong jangan samakan aku dengan mantan suami kamu. Aku mencintai kamu dari kekurangan dan kelebihan kamu. Jadi, tolong jangan usir aku dari sini." pinta Dion sambil memeluk tubuh Sinta

Dion menarik nafas panjang sambil menggenggam tangan Sinta.

"Sin, aku mau menikahimu sekarang juga, dirumah sakit ini. Aku nggak mau menunda lagi, Sin." ucap Dion.

"Kamu yakin dengan perkataan kamu?" tanya Sinta yang meminta Dion untuk tidak gegabah.

Dion menganggukkan kepalanya dan ia langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Karan.

Karan yang masih tertidur pulas langsung membuka matanya saat mendengar suara ponselnya berdering.

"I-iya Dion, ada apa?" tanya Karan sama menatap wajah istrinya yang juga ikut membuka matanya.

"T-tuan, saya akan menikah dengan Sinta sekarang. Saya ingin anda menjadi saksi pernikahan kita berdua."

Karan sedikit terkejut mendengar perkataan dari Dion.

Dion menceritakan alasannya yang menikahkan Sinta secara mendadak.

Helena melihat raut wajah suaminya yang sedang mendengarkan cerita Dion.

"Mas, ada apa?" tanya Helena.

Karan meminta istrinya untuk diam sebentar dan ia akan menceritakan semuanya nanti

Helena mengangguk kecil dan kembali melihat raut wajah suaminya.

"Baiklah kalau begitu, lakukan sekarang. Aku akan mentransfer uang untuk pernikahan kalian berdua. Titip salam untuk Sinta." ucap Karan yang kemudian menutup ponselnya dan mentransfer sejumlah uang untuk pernikahan Dion.

Karan menatap wajah istrinya yang dari tadi ingin tahu.

"Ada apa, Mas? Siapa yang menikah?" tanya Helena.

Helena menatap Karan dengan mata penasaran, sambil duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangannya lembut.

Karan menarik napas pelan, mencoba menjelaskan dengan tenang.

“Hel, Dion akan menikahi Sinta sekarang juga, di rumah sakit ini. Dia minta aku jadi saksi pernikahannya.”

Helena menatap Karan beberapa detik, kaget bercampur heran.

“Sekarang juga? Kenapa tiba-tiba? Apa dia, serius, Mas?”

Karan mengangguk pelan dan mulai menceritakan apa yang telah terjadi.

“Dion serius, Hel. Dia nggak mau menunda lagi. Alasannya karena dia nggak mau menyesal kalau suatu saat Sinta menolak karena takut nggak bisa punya anak. Jadi dia ingin memastikan semuanya jelas sekarang.”

Helena tersenyum tipis, lalu menatap Karan dengan mata lembut.

“Mas, Dion itu baik banget ya, bahkan sampai rela menunggu dan tetap setia sama Sinta.”

Karan membalas senyum Helena, lalu menambahkan,

“Dia memang tulus, Hel. Aku rasa Sinta pun mulai percaya dan merasa aman sama Dion. Mereka berdua cocok.”

Helena menarik napas panjang, menenangkan diri dari rasa kagetnya.

“Kalau begitu, aku sangat bahagia ketika mereka bisa segera bahagia. Dion juga nggak mau kehilangan Sinta, kan?”

“Betul, Hel. Aku yakin ini keputusan yang tepat. Sekarang tinggal kita dukung mereka.”

Helena tersenyum hangat, matanya berbinar penuh haru.

“Hel, kita juga harus tetap fokus sama bulam madu kiya. Tapi sekarang, ayo kita bantu Dion dan Sinta agar momen mereka berjalan sempurna.”

Karan dan Helena segera mandi dan memakai pakaian yang rapi sebelum Dion menghubungi mereka lagi

Dion menatap Sinta dengan lembut, lalu berkata pelan,

“Sin, apa kamu sudah siap?” tanya Dion

Sinta menghela nafas panjang saat mendengar pertanyaan dari Dion.

"Iya Dion, aku siap." jawab Sinta.

Ruang perawatan rumah sakit tampak berbeda dari biasanya.

Meja sudah dibereskan, kursi-kursi diatur rapi, dan aroma sup hangat masih menyelimuti udara.

Dokter dan perawat yang biasanya sibuk, kini hadir sebagai saksi dan penghulu nikah untuk Dion dan Sinta.

Dion menatap Sinta dengan lembut, lalu mengeluarkan ponselnya.

Ia menghubungi Karan dan Helena melalui video call.

Beberapa detik kemudian layar menampilkan wajah Karan dan Helena yang sudah rapi, tersenyum hangat sambil menatap pasangan muda itu.

“Tuan, Nyonya. Apakah kalian bisa lihat kami sekarang?” tanya Dion pelan.

“Kami lihat, Dion. Semua terlihat siap,” jawab Karan sambil tersenyum, Helena ikut mengangguk di sampingnya.

Dion menarik napas dalam, menatap Sinta, lalu mulai memulai prosesi akad nikah.

Suasana hening, hanya suara napas mereka dan detak jam rumah sakit yang terdengar lembut.

“Saya terima nikah dan kawinnya Sinta Dewi binti Almarhum Ferdy dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat, emas seberat dua gram, dan sejumlah uang tunai yang cukup, sebagai mahar,” ucap Dion dengan ekali tarikan nafasnya.

Sinta mengangguk perlahan, suara lembut namun tegas terdengar,

“Aku terima nikahnya, Dion. Aku terima mas kawinnya dengan ikhlas dan sah.”

Dion tersenyum lega, lalu menepuk tangan Sinta pelan.

“Alhamdulillah, Sin. Sekarang kita resmi menjadi suami istri,” ucapnya, senyum bahagia tak bisa disembunyikan.

Di layar, Karan dan Helena tersenyum lebar, ikut merasakan kebahagiaan pasangan itu.

“Selamat, Dion dan Sinta. Semoga rumah tangga kalian penuh berkah dan bahagia selamanya,” ucap Helena hangat.

“Ingat, dukungan dan saling percaya itu yang paling penting. Kini kalian resmi, mari mulai lembaran baru dengan bahagia.”

Sinta menatap Dion, air matanya menetes karena bahagia, Dion menggenggam tangannya erat.

“Terima kasih, Mas. Aku sangat bahagia, akhirnya kita bisa bersama,” bisik Sinta.

Dion tersenyum, menatap mata Sinta penuh cinta.

“Sin, aku janji akan selalu ada buat kamu. Tak ada yang bisa pisahkan kita.”

Setelah acara selesai, Karan memeluk tubuh istrinya.

"Sayang, ayo kita lanjut tidur lagi. Aku masih mengantuk." ajak Karan.

Helena langsung melirik ke arah suaminya yang sudah naik ke atas tempat tidur.

Diam-diam Helena bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil lingerie yang sudah ia siapkan.

Ia masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Setelah itu ia keluar dan melihat suaminya yang sedang menatap layar ponselnya.

"Mas, yakin mau tidur?" tanya Helena dengan suara manja.

Karan mendongakkan kepalanya dan langsung terkejut ketika melihat istrinya yang memakai Lingerie hitam.

"S-sayang..."

Karan langsung bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Helena.

"Bukankah Mas tadi mau lanjut tidur," ucap Helena sambil menahan tawanya.

Karan langsung melepaskan pakaiannya dan menarik pinggang istrinya.

"Tidur bisa ditunda, Hel. Kalau soal si mungil, aku tidak bisa menundanya lagi

Helena yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.

"Si mungil yang membuat aku kewalahan, ya." ucap Helena.

Karan langsung mencium bibir istrinya dan kemudian mereka melakukan hubungan i**m di kamar hotel yang begitu mewah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!