Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 19
Menikahi pria lebih muda lima tahun darinya, membuat Husna harus menyetok sejuta kata sabar, karena pria yang dinikahinya masih seperti anak kecil. Bahkan Husna sendiri merasa jika saat ini dia sedang memomong Huda yang belum bisa diajak dewasa. Terlebih Huda sangat posesif. Dia akan mudah cemburu dengan siapapun pria yang dekat dengannya. Bahkan malam ini Huda cemburu dengan ketiga sahabatnya yang sempat dibuatkan mie oleh Husna, sedangkan dia tidak.
"Hud, kamu masih ngambek?" tanya Husna yang melihat Huda telah menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
"Enggak!" ketusnya.
"Terus kenapa kepala kamu di tutup selimut? Lagi enggak mau liat aku, ya?"
"Enggak! Aku hanya merasa silau dengan cahaya lampu. Nungguin mbak Husna naik ketempat tidur tak kunjung naik. Jadi aku tutup aja wajahku dengan selimut," jelas Huda yang memang masih merasa kesal.
Oh, gitu ya. Tapi kayaknya lampu kamar udah mati dari tadi deh. Apa jangan-jangan bola lampu kamarnya emang rusak?"
"Enggak kok. Tadi emang sengaja aku matiin lampu kamar," ucap Huda yang kemudian membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dia menyadari telah membuka aibnya sendiri.
Sialan! Nih mulut bisa-bisanya kelepasan sih! gerutu Huda dalam hati.
Lagi-lagi Husna hanya mengulum senyum di bibir. "Udah tua, masih aja kayak bayi, Hud!"
***
Mentari yang telah menyingsing, membuat pasangan suami itu berkutat pada kegiatannya masing-masing. Huda akan sibuk mempersiapkan diri untuk kuliah sedangkan Husna berkutat di dapur untuk menyiapkan serapan.
Malam yang telah berlalu sepertinya sudah membuang rasa kesal yang bersarang di dalam hati Huda, karena pagi ini dia sudah bisa tersenyum saat terhipnotis oleh kecantikan wanita yang sedang menyiapkan sarapan untuknya. Cantik natural tanpa ada polesan make up, membuat wajah Husna terlihat lebih bersinar.
"Kamu kenapa Hud? Ada yang salah?" tanya Husna saat menyadari sejak tadi Huda terus memperhatikan dirinya.
Huda menggeleng pelan. "Enggak. Enggak ada yang salah kok Mbak. Cuma aku lagi terpesona aja sama kecantikan kamu. Bisa-bisanya kamu tuh terlihat cantik kalau pagi. Ya, meskipun sifatnya sama kayak ibu sih."
"Dimana-mana wanita yang bernama seorang istri memang akan seperti itu karena kelak dia juga akan menjadi seorang ibu."
Huda yang hendak mengambil ayam goreng, mendadak menghentikan tangannya dan menatap lagi kearah Husna yang sudah duduk di depannya.
"Tunggu ... jadi mbak Husna mau menjadi ibu dari calon anak-anakku?" tanya Huda dengan bola mata yang mendelik.
Seketika wajah Husna langsung bersemu. Huda yang labil sering kali membuat detak jantungnya tak beraturan. Bisa-bisanya Huda bertanya seperti itu sedangkan mereka berdua sudah sering melakukan pembuatan anak.
"Mbak, kok diam aja sih? Mbak Husna emang mau menjadi ibu dari anak-anakku?" tanya Huda lagi, karena tak ada kata yang keluar dari bibir Husna.
"Apaan sih, Hud! Telat kamu tanya seperti itu!"
"Kok telat? Apa jangan-jangan benih aku udah tumbuh di rahim kamu, mbak? Astaga ... berarti sebentar lagi aku akan punya anak, dong. Mbak, kamu hamil anak aku?" Huda terlihat heboh, padahal Husna tidak mengatakan apa-apa.
"Wah .. kabar bagus tuh. Bentar lagi aku akan jadi papa muda. Bentar, aku kasih tau anak-anak dulu kalau kamu hamil," ujar Huda yang sibuk mencari dimana ponselnya.
"Huda! Aku belum hamil!"
Seketika Huda pun langsung menatap ke arah Husna. "Jadi Mbak Husna belum hamil? Ya udah kita proses aja terus sampai mbak Husna hamil. Kayaknya lebih seru tuh kalau setiap malam kita lembur. Iya kan, Mbak?" Huda menaikkan kedua alisnya.
...***...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat