NovelToon NovelToon
MAWADDAH

MAWADDAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Saidah_noor

Jika perselingkuhan, haruskah dibalas dengan perselingkuhan ...

Suami, adalah sandaran seorang istri. tempat makhluk tersebut pulang, berlabuh dan tempat penuh kasih nan bermanja ria juga tempat yang sangat aman.

Namun, semua itu tak Zea dapatkan.

Pernikahannya adalah karena perjodohan dan alasannya ia ingin melupakan cinta pertamanya: Elang. teman kecilnya yang berhasil meluluh lantahkan hatinya, yang ditolak karena sifat manjanya.

Namun pernikahan membuat zea berubah, dari manja menjadi mandiri, setelah suaminya berselingkuh dengan wanita yang ternyata adalah istri dari teman kecilnya.

Haruskah zea membalasnya?
Ataukah ia diam saja, seperti gadis bodoh ...

Novel ini akan membawamu pada kenyataan, dimana seorang wanita bisa berubah, bukan saja karena keadaan tapi juga karena LUKA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu sudah ditalak.

Mas Reza berdiri didepan pintu, berkacak pinggang dengan wajah garangnya. Aku yang terkejut dengan mata membelalak hanya bisa diam, jujur aku takut dan tak menyangka ia akan muncul disini.

Diruangan pengacara yang kupilih, aku merasakan aura dingin yang sangat kental dimana suamiku menatap dingin pak Riki. Seakan ingin menerkamnya, mas Reza mengepalkan tangannya dengan erat.

"Sudah kubilang, aku tak akan menceraikan mu, Zea. Masih juga kau menemui pengacara," ujar Mas Reza kini ia berdiri disampingku.

"Ayo kita pergi dari sini!" ajak suamiku.

Aku melirik pak Riki, bibirku bergetar dalam pikiran yang bingung sekaligus takut.

"A-aku gak mau," tolakku, "Aku mau kita pisah," kukuh ku tak bisa lagi berubah pikiran.

"Zea!" panggil suamiku dengan nada tinggi hampir berteriak.

"Mohon tenang, Pak! Jika memang ada masalah bukankah lebih baik pikirkan dengan jernih dan tenang, jangan membuat istri anda ketakutan!" ujar Pak Riki menasehati.

Namun bukannya melunak, suamiku justri semakin berapi-api seakan ia tak punya kelembutan lagi sekalipun didepan orang lain.

"Diam kau! Ini urusan kami, jadi jangan ikut campur masalah rumah tangga orang," bungkam mas Reza pada pengacaraku dengan suara yang tinggi.

"Saya tidak mencampuri urusan anda, saya hanya ingin—" ucapan pak Riki terpotong oleh sergahan suamiku.

"Masa bodoh!" bentak Mas Reza, ia menarik tanganku dengan paksa tak peduli dimana kami berada.

Aku membungkukkan badanku sedikit, meminta maaf atas kejadian yang tak terduga ini. Aku berjalan cepat mengekori suamiku yang menarikku pulang dengan paksa, bahkan pintu ruangan pak Riki pun kubiarkan terbuka juga mata para pegawai disana menatap kearah kami, hal itu membuatku menunduk malu saat berjalan melewati mereka.

Terlebih keadaan suamiku yang tengah dalam emosi, membuat mereka berpikir buruk tentang kami, itu tak sengaja kudengar bisikan-bisikan mereka.

Didalam mobil yang baru suamiku beli ini, aku duduk dengan kepala yang masih ditekuk. Kuremas jemariku enggan menatap suamiku walau sekedip saja, hanya ada pikiran buruk yang berputar dikepalaku.

Mobil melaju sedang, aku masih diam tetapi suamiku mulai mengomel. Ia memegang stirnya dengan kuat, sesekali ia pukul stir mobil seharga satu miliar itu.

"Kenapa kamu gak bisa dengar ucapan aku? Aku sudah bilang kita tak akan pernah bercerai, mengerti!" sentak mas Reza.

"Aku akan lepaskan Alana, bukankah aku sudah bilang begitu," tambahnya lagi.

"A-aku butuh bukti, bukan cuma janji," ujarku melawan rasa takut didalam hati, meliriknya dengan tajam.

Aku hanya tak ingin lemah lagi didepannya, aku hanya ingin ia tak menganggapku remeh lagi, air mata yang membendung disudut mata pun ku tahan agar tak tumpah. Aku tak ingin dibodohi lagi.

Kali ini, aku ingin melawannya.

"Ok, kita ketemu Alana sekarang juga. Kalau kamu mau bukti aku akan akhiri hubunganku dengannya, hari ini juga ... Dihadapan kamu," ucap Mas Reza.

"Aku gak percaya, bisa saja kamu menemuinya diam-diam. Sudah lima tahun, selama itu kamu membohongi aku, Mas," sentakku tak kalah keras.

"Aku mohon dengar aku dan percaya sama aku, Zea," minta Mas Reza dengan penuh penekanan.

"Aku gak bisa, aku mau kita pisah!" tegasku tak bisa dibantah lagi.

"Aku bilang gak bisa, Zea. Jangan minta sesuatu yang gak bisa aku lakukan," tolak suamiku dengan tegas.

"Sekali lagi, aku mau kita pisah!" ujarku kembali menggugat.

Ditengah pertengkaran itu, mata mas Reza terus-menerus menatap kearahku sampai ia lupa arus yang seharusnya kendraan kami lalui yang akhirnya melenceng.

"Mas, lihat kedepan!" teriakku

Nahasnya itu terlambat.

Aaaaaaa

Brak

Mobil ini menabrak tiang listrik yang ada dijalan. Tubuhku rasanya nyeri, tak hanya dihatiku tapi juga dikakiku. Yang lebih parah aku tak memakai sabuk pengaman, sehingga badanku terbentur ke kaca depan.

Kesadaranku hilang secara perlahan, tak kudengar lagi suara mas Reza, yang kutangkap oleh indera pendengarku adalah hiruk pikuk orang-orang yang ada dijalan raya ini.

Mereka berdatangan, disaat mereka membuka pintu saat itulah mataku terpejam dan aku tak ingat apa yang terjadi selanjutnya.

......................

Saat aku terbangun ...

Aku berjalan ditempat yang sangat asing, semuanya serba putih seperti diatas awan. Dalam hati aku bertanya, apa aku sudah mati?

Tak jauh disana kulihat sosok yang sangat kukenal, air mataku luruh. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya.

"Ayah," panggilku, langkahku kupercepat agar bisa memeluknya.

Benarlah, aku akhirnya bisa memeluknya, aku senang bukan main. Rindu yang menumpuk kini mencair dengan sendirinya, ada perasaan lega sekaligus cemas. Entah kenapa aku memikirkan Arsya, jika benar aku mati.

Ayah melepaskan pelukanku, ia tersenyum padaku dengan begitu teduh. Senyuman yang begitu hangat, yang ku lihat seperti biasanya.

"Nak, jangan pernah sedih. Ayah selalu didekatmu, jika kamu rindu ayah juga. Tapi, kamu harus melanjutkan hidupmu. Ingatlah, Nak. Tetaplah bersabar, ikhlaskan apa yang seharusnya pergi. Berdo'lah selalu jangan tinggalkan yang Maha Kuasa, agar hatimu selalu tenang," tutur Ayahku.

Aku mengangguk pelan, "Iya, ayah. Zea janji," ucapku hendak memeluknya kembali.

Namun, tiba-tiba pelukan itu hampa. Aku merasa seperti memeluk diriku sendiri. Saat ku lihat ayah sudah tak ada, aku terkejut dan berdiri memanggilnya.

Aku mencarinya kemana-mana, tapi semuanya serba putih hingga aku tak bisa menemukannya. Tubuhku ambruk, menangis dalam kesendirian sembari memanggil-manggil ayah. Aku belum puas memeluknya, belum puas bertemu dengannya, tapi takdir sudah merebutnya lagi dariku.

.........

Aku terbangun, kubuka mataku perlahan. Rasanya berat, kepalaku sakit begitupun tubuhku. Aku menggerakkan jariku, ada yang menusuk dipunggung tanganku membuatku serba salah.

Seketika ku dengar suara ibu, "Zea, Nak, kamu sudah sadar."

Aku mengedipkan mataku berkali-kali secara pelan, agar aku bisa melihat keadaan dengan jelas.

"Bu, aku dimana?" tanyaku.

Tempat ini begitu asing, sangat jauh dari tempat yang terakhir kali aku berada. Mulutku pun terpasang wadah ventilator yang memasok oksigen kedalam tubuhku, juga beberapa alat medis yang aku tak tahu namanya ada disini, tempat ini mirip Icu.

Aku melirik ibuku, kini aku bisa jelas melihat wajahnya. Ia menangis menatapku, tanganku ia raih dan menciumnya. Aku bisa merasakan tanganku basah oleh air mata yang keluar membasahi pipinya.

Jelas aku melihat, ibu memakai baju biru yang biasanya dipakai pasien. Apa yang terjadi padaku?

"Ibu panggil dokter dulu, ya," pamit ibuku, ia langsung melepaskan tanganku dan berlari pergi meninggalkan aku ditempat aneh ini.

Tak lama suara langkah kaki cepat masuk ke ruangan ini, lalu mereka menghampiriku, beberapa orang berbaju putih mulai memeriksa keadaanku.

Tak banyak bicara, setelah selesai dokter pun pergi keluar bersama ibu. Entah apa yang mereka bicarakan, namun firasatku mengatakan hal buruk.

Seorang perawat masih berdiri menulis sesuatu, aku penasaran tentang apa yang terjadi padaku setelah kecelakaan itu.

"Suster, apa yang terjadi pada saya?" tanyaku melirik perawat wanita yang masih muda itu.

"Iya, bu. Ibu sudah sebulan koma, tapi sekarang keadaan ibu mulai membaik," jawab suster tersebut membuatku membulatkan mata.

"Se-sebulan," Aku tergagap, yang kurasa baru beberapa jam lalu aku mengalami kecelakaan mobil. Ternyata aku tak sadar selama ini dan aku terlelap terbawa oleh arus mimpi bertemu ayahku.

"Saya pamit dulu, ya bu," ucap Suster itu, melangkah pergi meninggalkan aku yang masih linglung.

Ibuku datang, raut wajahnya tampak terlihat tegar tapi aku yakin ada sesuatu yang belum aku tahu sebulan lamanya. Ia mendekatiku, duduk dikursi yang ada disamping brangkarku.

"Nak, bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?" tanya ibuku, aku bingung menjawabnya. Ini memang sakit, tapi aku menjawabnya dengan anggukan mengatakan aku baik-baik saja.

Tiba-tiba aku ingat dengan mas Reza, ia berada disampingku kala itu. Mendadak aku khawatir akan keadaan ayah dari putraku, Arsya.

"Bu, mas Reza, bagaimana keadaannya?" tanyaku.

Raut muka ibuku berubah, yang tadinya tampak cemas kini menjadi sinis. Manik matanya bergerak kekiri dan kekanan kadang kearahku, seolah tengah memikirkan sesuatu yang bisa membuatku paham.

"Bu," tekanku, karena aku penasaran, apa ia juga selamat?

"Kamu sudah ditalak! Besok, dia akan menikah dengan Alana," ungkap Ibuku.

"A-apa," gumamku bergetar lirih.

1
Nana Colen
dasar bos arogan dikerjakan salah tak dikerjakan juga salah 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Mimik Pribadi
Kira2 siapa tuh yng ingin mencelakai Zea,apakah itu mantan suaminya yng gak terima hutang orng tua nya ditagih???
Mimik Pribadi
Waduh?? Aku kira papa nya Elang jga baik seperti istrinya,tapi ternyata oh ternyataaa,,,,cobaan apalgi ini utk Zea??
Mimik Pribadi
Benarkah apa yng diucapkan Reza??
dia diancam apa sehingga seorng Reza akhirnya menalak Zea disaat sedang koma??
Erina Munir
yaahhh...apeesd deeh
Erina Munir
jngn2 arsya anak elang
Erina Munir
hhmmmm
Erina Munir
knpa tuh ibunyaa
Erina Munir
oohh ...pantesaan
Erina Munir
mustinya elang ada d ditu..mberani ga reza koar2...
Erina Munir
hahaa... sukurin luh penganten selingkuh...malu ga yaa udh ketauan belangnya...tpi klo otsng urat malu udh putus mah cuek ajaa
Erina Munir
cuma d tendang zeaa.... terlalu lemah kamu....
Erina Munir
waduuh s kunyuk reza slamet... enak2an mau nikah..bagus deeh...pezinah pasangan juga pezinah
Erina Munir
kunyuuk d mana2 muncul aja yaa
Erina Munir
ya Allah.... mulutnya laki kaya comberan...mulut luh tuh yg bau conberan reza
Erina Munir
😄😄😄😄
Erina Munir
hrs tegas kamu srbaga perrmpuan n seorang istri
Erina Munir
/Good//Good//Good//Good//Good/
Erina Munir
bisa begitu hei laki munafik
Erina Munir
punya 2 kepribadian nuh s reza gregetan jdinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!