Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
DIBACA YA.
JANGAN LONCAT BAB.
KASIH KOMEN SAMA LIKE BIAR AUTHOR SENENG DAN SEMANGAT DOUBLE UPDATE.
...----------------...
"Iya. Sudah dulu kamu hati-hati,"
"Iya." Viola pun mengakhiri penggilannya, dia menarik ruas gas dengan kecepatan penuh setelah menaruh ponsel disaku motor.
MELATI KOSONG DUA
"Aaaa...!"
Brakkk
DUAR...!!!
Motor yang dikendarai Viola oleng dan menabrak pembatas jalan, motornya meledak dan Viola terpelanting, terguling ketengah jalan raya, untungnya jalanan sedang tidak ramai. Jika ramai sudah dipastikan Viola akan terlindas kendaraan lain. Darah mengucur dari kening dan hidung, namun Viola masih tersadar.
"T-to-looong!" Viola teriak, teriakan sekuat tenaga namun tidak begitu keras, nyaris seperti gumaman. Seluruh tubuhnya gemetar, apalagi dihadapannya kini terdapat sesosok yang berlumuran darah menatapnya dengan mata merah menyala.
Viola menggeleng dengan tangan terangkat, berharap makhluk itu tidak akan mendekat. Dia sudah ketakutan setengah ma.ti. Viola benar-benar takut.
"T-to-looong...!" Viola berusaha bangun dengan satu tangan yang menutupi kening yang terus mengeluarkan darah. Dia berlari semampunya menghindari makhluk yang sejak kemarin mengganggunya.
Namun, saat Viola sedang berlari dia terjatuh karena satu kakinya tiba-tiba ada yang menjegalnya. Viola menoleh pada kakinya dan disana makhluk itu menggenggam satu kakinya. Tangan itu besar dan terdapat banyak luka, darahnya jatuh tercecer dimana-mana.
"AAA.... TOLOOONG, TOLOOONG...! LEPASKAN, LEPASKAN AKU... AAA...!"
Sudah berteriak semampunya, tetapi jalanan tetap saja sepi, tak satu orang pun yang melintas jalan ini dan menolongnya. Tubuh yang tadinya sudah gemetar kini semakin bergetar, ketakutan dan lemas karena keningnya terus saja mengeluarkan darah bercampur menjadi satu.
JAUHKAH JAUHKAN
Makhluk itu bersuara. Suara yang keras, menggelegar, dan menusuk pori-pori Viola, sungguh menyeramkan. Ditambah dengan rupanya yang berlumur darah dengan satu mata yang pe.cah.
"Jangan ganggu aku! Tolooong! Jangan ganggu aku! Tolooong...! Siapapun to... eghhh...!" Teriakan minta tolong dari bibir Viola terhenti menjadi erangan tertahan karena makhluk seram itu mencekik lehernya, membuat leher Viola terasa sakit luar biasa.
Viola memejamkan mata saat wajah si se.tan beradu wajah dengannya. Viola tak sanggup menatap wajah yang betapa sangat menyeramkan itu. Bau anyir dari makhluk itu menyergap hidung Viola, membuat Viola nyaris muntah.
PERGI... MELATI KOSONG DUA... TEMUKAN... TEMUKAAAN
Suara se.tan itu kembali memenuhi indra pendengaran Viola. Suaranya semakin memekakan, menyeramkan. Viola takut, benar-benar takut.
"Yuko tolooong...!" Viola hanya bisa menjerit dalam hati. Menyerukan nama Yuko yang saat ini menggema dikepalanya. Hanya dia yang Viola kenal dengan sangat dekat.
"Arghhh...!" Viola mengerang, napasnya nyaris hilang. Tubuhnya terangkat keudara, kakinya yang tak bisa menyentuh tanah memberontak dan Viola kembali mengerang saat tubuhnya dijatuhkan begitu saja dijalan oleh se.tan itu.
"Hah-hah, Yuko tolong." Viola tak bisa bangkit lagi, dia sudah terlalu lemas. Perlahan pandangan Viola mengabur dan tak lagi bisa melihat sesosok hantu seram itu. Viola tak sadarkan diri. Dan makhluk itu pun menghilang setelah Viola memejamkan mata.
...----------------...
"Eghhh..."
"Viola, buka matamu,"
Suara yang tak asing ditelinga membuat Viola membuka kedua matanya pelan. Dan begitu sempurna terbuka, wajah yang semalam ingin dia temui ada didepannya, dia adalah Yuko Eraser. Lalu disamping Yuko ada dua orang yang sangat berjasa untuknya.
"Yuko, Mama, Papa, kalian disini? Apa aku sudah diIndonesia?" Viola berusaha bangun, namun Victor menahan bahunya. "Istirahatlah, jangan banyak bergerak dulu," kata Victor dengan rasa khawatir yang perlahan menghilang.
"Papa, Mama, aku enggak mau sekolah diAmerika lagi." Viola merengek dengan air mata yang menggenang. Ingatannya pada kejadian kemarin kembali terlintas. "Aku sudah diIndo kan, Pa?"
Sera mendekat, memeluk Viola yang terlihat sedih dan ketakutan. "Viola sayang, jangan takut ya, disini sudah ada Mama Papa. Dan kamu masih diAmerika. Temanmu, Yuko, yang mengabari Mama Papa, katanya kamu sakit dan masuk rumah sakit,"
Viola balas memeluk Mama Sera. Dia terisak, perasaannya benar-benar tak menentu saat ini.
"Sudah, Viola. Kamu jangan menangis, kamu kan baru siuman. Kamu istirahat dulu saja," Victor berseru, dia mengusap kaki Viola yang terlapisi selimut rumah sakit.
Viola menghentikan tangis. Mengurai pelukan. Menatap Papa Mama bergantian. "S-siuman?!" terkejut.
"Iya, Viola. Kamu tiga hari nggak sadarkan diri. Dan kamu sekarang bangun dihari keempat," Yuko ikut bersuara.
"Apa? Jadi aku, selama itu aku pingsan? Ya Tuhan. Ah, Pa, Ma, aku mau pindah sekolah saja. Viola enggak mau disini. Disini ada hantunya, hiks..." Viola menangis sambil memeluk Sera.
Yuko menunduk lesu, pelan dia mundur dan keluar dari ruang rawat Viola tanpa pamit. Dan disini lah Yuko sekarang, ditaman rumah sakit. Yuko menatap orang-orang yang berseliweran disana. Ada yang membantu salah satu anggota keluarganya yang sakit berjemur, ada pula yang menyuapi saudaranya yang sakit.
"Huh, enggak kebayang kalau Viola sudah pindah keIndo. Hidupku pasti hampa banget. Aku sayang kamu Viola, sayaaang banget," katanya sembari mengambil ponsel disaku dan membuka galery.
Disana ada banyak foto bersama Viola saat kegiatan sekolah, saat joging dihari minggu, dan acara ulang tahun teman. "Kamu sebenarnya suka sama aku nggak sih, Vio?" tanya Yuko pada foto Viola yang hanya berdua dengannya pas joging hari minggu.
"Nak, Yuko!"
Mendengar suara memanggilnya, Yuko menoleh. Dibelakang sana terlihat Papa Viola berdiri menatapnya. "Iya, Om," Yuko beranjak dan berdiri dihadapan Victor.
"Ikut Om, Viola memanggilmu,"
Yuko mengangguk. "Baik, Om." Lalu berjalan mengikuti Victor yang berjalan lebih dulu didepannya.
...----------------...
"Serius, Ma, Pa, Yuko. Se.tan itu berulang kali menyebut melati kosong dua. Bahkan se.tan itu juga bilang jauhkan jauhkan. Apa sih? Se.tan itu enggak jelas banget," Viola bergidik ngeri mengingat wajah buruk si se.tan kemarin itu.
Yuko, Victor, dan Sera terdiam. Mereka diam bukan tidak mendengarkan cerita Viola. Tetapi justru mereka sedang berpikir.
"Melati kosong dua, jauhkan jauhkan, jauhi orang terdekatmu," Yuko menggumam dalam hati. Yuko sedang menggabungkan apa yang dialaminya dan juga yang dialami Viola.
"Ah, ya!" Yuko tiba-tiba berseru dengan menjentik jari. Membuat Sera, Victor, dan Viola menoleh padanya. "Melati kosong dua adalah nama jalan. Mungkinkah ada sesuatu disana?" Yuko bermonolog.
"Nama jalan?" Victor menggumam yang tentunya ikut didengar yang lain. "Ya Tuhan, aku ingat sekarang,"
"Apa, Pa?" Viola menyahut cepat.
"Disana sempat terjadi kecelakaan, korban meninggal ditempat," Victor berkata. "Dan orang itu adalah musuh mendiang Johan, tuan Laerrr...," lanjut Victor dihati.
"Oya?" Sera, Viola terkejut.
"Disana juga Daddyku meninggal karena kecelakaan," kata Yuko, lirih.