Siapa yang ingin bercerai? Bahkan jika hubungan pelik sekalipun seorang wanita akan berusaha mempertahankan rumah tangganya, terlebih ada bocah kecil lugu, polos dan tampan buah dari pernikahan mereka.
Namun, pada akhirnya dia menyerah, ia berhenti sebab beban berat terus bertumpu pada pundaknya.
Lepas adalah jalan terbaik meski harus mengorbankan sang anak.
Bekerja sebagai sekertaris CEO tampan, Elen tak pernah menyangka jika boss dingin yang lebih mirip kulkas berjalan itu adalah laki-laki yang menyelamatkan putranya.
laki-laki yang dimata Satria lebih pantas dipanggil superhero.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - BRAM BERUBAH
"Wow, Bram. Kau benar-benar menepati janjimu!" Noah menyambut kedatangan temannya dengan hangat. Berpelukan layaknya kawan sejati, lalu mengajak mereka masuk ke dalam.
"Apa jagoan manis ini, putramu?" Noah tersenyum, berjongkok di hadapan Satria setelah mempersilahkan ayah dan anak itu duduk di sofa ruang tamunya.
"Hm, dia putraku!"
"Ayah..." Satria seperti terhipnotis melihat sikap ayahnya. Dadanya menyeruak senang, di hari-hari menjelang ulang tahunnya. Ia akhirnya bisa merasakan kasih sayang Bram yang nyata. Kasih sayang seorang Ayah yang selama ini ia harapkan.
"Aku seperti pernah melihatmu? Oh ya, apa kamu mau makan es krim boy?" tawar Noah.
Deg.
Satria terdiam sejenak. Memperhatikan Noah dengan seksama, seperti sedang membandingkan dengan Divine.
"Pasti mau, oh ya. Bagimana kabar kakek?" tanya Bram.
"Aku sampai lupa, ayo ku ajak ke kamarnya."
Bram menoleh sekilas ke Satria, "ayo ikut?" ajak Bram.
Satria menggeleng, "aku disini Ayah!"
"Oh, oke! Anak baik, Ayah hanya sebentar!"
Bram mengikuti langkah Noah menuju kamar Djaja. Sejak pertunangannya dengan Sandra, Djaja kelelahan dan kurang enak badan.
"Kek, apa kabar?" tanya Bram berbasa-basi.
"Nak Bram, kemarilah!" Djaja meminta Bram mendekat.
Kini Bram duduk di hadapan Djaja. "Ada hal yang harus aku bahas denganmu, Bram! Noah, apa kau bisa keluar sebentar?" tanya Djaja.
"Ah baiklah kakek, aku akan menemani Satria!" pamit Noah. Memilih keluar kamar Djaja dan menuju dapur, meminta es krim kepada pelayan lalu menghampiri Satria.
"Bram, bagaimana kabarmu? Kakek tau, kamu sudah bercerai?" tanya Djaja.
Bram mengangguk membenarkan.
"Kenapa?" tanya Djaja.
"Ehm, kami sudah tidak ada kecocokan,.Kek!" bohongnya.
"Mantan istrimu... Dia bekerja di Wijaya Group, perusahaan anakku. Dia..."
"Apa Elen membuat masalah, Kek?" tanya Bram.
"Apa dia kekasih asisten Divine?" tanya Djaja. Ia sudah menyelidiki dan melihat jika Rafael dan Elen dekat, bukan hanya di kantor tapi juga di luar.
Bram mengangguk, "iya, Kek!"
Djaja menghela napas, "mereka kemarin datang bersama ke pertunangan Noah! Hanya, sangat disayangkan kalau mantan istrimu menjadi kekasih Rafael sebab Wijaya Group menerapkan tidak boleh ada hubungan sesama karyawan, atau karyawan dengan atasan! Temui mantan istrimu, peringatkan dia jangan sampai melewati batas."
Bram diam, mencoba menelaah perkataan Djaja. Dan telinganya menangkap, kakek Noah sepertinya tidak begitu menyukai Elen.
"Aku yakin, Elen tau batasannya sebagai wanita, Kek! Dia janda sekarang, sudah pasti akan sangat berhati-hati dalam banyak hal," bela Bram.
"Baiklah, aku mempercayaimu!" ucap Djaja.
Bram mengangguk, kemudian pamit keluar menemui Noah.
Mobil hitam legam memasuki pekarangan rumah Djaja. Divine dan Rafael datang karena permintaan Bunda Morena setelah mendengar kabar Djaja sedang kurang enak badan.
"Kau bisa turun? Apa aku perlu memapahmu?" tanya Rafael.
"Ya, papah aku."
Rafael mengangguk, ia memutar tubuh lalu membuka pintu mobil samping kiri Divine dan memapahnya keluar.
"Rafael, itu Satria!" Entah kenapa, pandangan Divine langsung tertuju pada gelak tawa bocah tengah bermain.
Deg.
Rafael tertegun, membisikkan sesuatu ke telinga Divine.
"Hah?" Spontan Divine hampir tak percaya. Terlebih saat tahu kenyataan, mantan suami Elen adalah teman baiknya Noah.
"Ayo sapa mereka!" ajak Divine.
Meski kesusahan, ia memaksakan berjalan dengan tongkat ke arah Noah, Satria dan Bram.
"Wow, Divine! Bukankah ini mengejutkan," sambut Noah lantas mendekat ingin memeluk sepupunya.
"Jangan memelukku, Noe. Aku masih normal!" gerutu Divine membuat Noah melebarkan senyumnya.
"Aku senang, kau memanggiku Noe lagi. Bukankah artinya kita berbaikan?" tanyanya sumringah.
"Hm, apa selama ini kau menganggapku musuh?" sinis Divine.
Lain halnya dengan Bram yang menatap Rafael jengah. Meski sudah mengikhlaskan Elen, ia tetap tak suka melihat wajah Rafael hingga panggilan Satria membuyarkan mereka.
"Daddy, Om!"
Noah dan Bram dibuat terkejut.
"Boy," panggil Divine dan Rafael bebarengan.
Bram mengepalkan tangannya, menatap sinis ke Rafael.
Merasa dimusuhi, Rafael mengajak Divine masuk.
"Noah, aku mengantar Divine bertemu kakek Djaja."
"Hm, masuklah. Aku senang kalian datang," ucap Noah sekali lagi bahagia, terlebih Divine sudah tak lagi kaku padanya.
"Ayah boleh aku ikut paman Daddy?" tanya Satria.
"Tidak boleh sayang!"
Satria cemberut, ia berhenti bermain dan duduk dikursi sambil menunduk.
"Ada apa?" bisik Noah, melirik ke Satria, seperti tau kegusaran melanda Bram.
"Siapa tadi, aku lupa namanya. Dia adalah kekasih baru Elen," jawab Bram menahan kekesalan.
"Oh, pantas. Satria menyebutnya Daddy, kalau begitu bagaimana kalau kita keluar? Aku akan mengajak kalian ke Mall?" tawar Noah.
"Baiklah."
Noah mengajak Bram pergi.Mobil merayap pelan, Bram di depan sementara Satria di belakang.
"Barang yang ku pesan, apa sudah ada?" tanya Noah sedikit berbisik.
"Kita bisa membicarakan lain kali, ada Satria di belakang," peringat Bram.
Noah mengangguk.
***
Di kediaman Djaja, Divine sedang menemui sang kakek di kamar. Meletakkan makanan buatan sang bunda di atas nakas lalu mengobrol sebentar.
Melihat Djaja yang tak ramah kepada asistennya. Divine mengerutkan kening.
"Kek, ada apa? Kenapa ketus sekali dengan Rafael?" tanya Divine.
"Kakek hanya kesal. Jangan karena dia temanmu, kamu lupa peraturan perusahaan yang melarang orang di dalamnya menjalin hubungan. Jika mengurus asistenmu saja tidak becus dan tegas, apalagi menjadi penerus perusahaanku?"
"Kek maksudnya?" tanya Rafael to the point.
"Rafael dan Elena Shain menjalin hubungan, apa kau masih tak mengerti atau pura-pura tidak tahu demi membiarkan mereka bersama?" kesal Djaja.
Divine bangkit walau susah payah, Rafael langsung meraih tubuhnya agar tak jatuh meski mustahil Divine jatuh.
"Berhenti ikut campur urusan kami, Kek! Masalah Elena, dia calon istriku, bukan Rafael!" tegas Divine dengan kilat marah kemudian berlalu dari kamar Djaja.
"Divine berhenti, apa kakek mengizinkanmu?" teriaknya sebelum sang cucu membuka handle pintu kamar untuk keluar.
"Dimana harga diri Wijaya membiarkan anaknya menikahi janda?"
Divine menghela napas lalu menoleh, "aku akan tetap menikahinya dengan atau tanpa restu kakek. Bagiku, menikah hanya perlu restu Bunda dan Ayah!"
Divine benar-benar meninggalkan kakeknya dengan emosi yang entah.
"Divine berhenti! Dasar cucu sialan," maki Djaja.
Divine dan Rafael berjalan cepat meninggalkan rumah Djaja.
"Arghhhh..." Djaja kesakitan, ia memegangi dadanya yang nyeri. Meraih telepon di atas nakas untuk menghubungi Noah.
***
"Len," panggil Divine. Keduanya memutuskan bertemu di caffe dekat perusahaan. Rafael meninggalkan mereka berdua dan memilih duduk di kursi berjarak jauh dari mereka.
"Iya, Pak!"
"Ada apa? Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Divine, terdapat gurat khawatir di raut wajahnya melihat kegusaran Elen.
"Masalah pesta waktu itu, apa tawaran Pak Divine masih berlaku buat saya?" tanya Elen ragu-ragu. Menunduk dan merutuki bibirnya yang nekad.
RAHIM ELEN JUGA SUBUR....