Jatuh cinta pada seorang perempuan yang sudah mempunyai kekasih membuat EGI merasakan patah hati.
Awalnya dia berniat untuk mengambil hati perempuan tersebut. Lantaran hubungannya dengan kekasihnya bermasalah.
Tapi, setelah dia tahu jika perempuan tersebut sangat mencintai kekasihnya, membuat EGI lebih memilih melepaskan dirinya.
Hingga dia memilih untuk pergi ke luar negeri. Melupakan perempuan tersebut.
Tapi siapa sangka jika kepergiannya kepergiannya ke luar negeri malah membuatnya bertemu dengan perempuan yang membuat dunianya jungkir balik.
Perempuan yang sangat sulit untuk di kendalikan. Meskipun dia berasal dari keluarga kalangan atas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ara cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 19
Pagi hari, Egi di bangunkan oleh suara bel apartemen yang tak kunjung berhenti. "Astagaaaa...!!!!" geram Egi membuang bantal ke sembarang arah. Mengacak rambutnya dengan kasar.
Dengan raut wajah kesal dan rambut acak-acakan Egi membuka pintu tanpa mengintip dulu pada lubang kecil yang terdapat di pintunya. Kiranya siapa yang datang.
Dengan kasar, Egi membuka pintu dan langsung berbicara dengan nada keras. Meluapkan rasa kesalnya karena tidurnya terganggu.
"Pergi...!!" seru Egi secara langsung begitu pintu terbuka, mengusir orang yang sudah memencet bel apartemennya.
"Awww....".teriak Egi saat sebuah benda mendarat memukul kepalanya.
Egi sontak membulatkan kedua matanya melihat siapa gerangan yang telah memencet bel apartemennya. "Mama." gumam Egi.
Nyonya Tiwi berdiri dengan mata menatap pada Egi dan satu tangan berkacak pinggang. Sementara, satu tangannya memegang tas yang baru saja di pukulkan pada kepala putranya.
"Anak durhaka. Kenapa malah berteriak menyuruh mama kamu pergi!!" seru Nyonya Tiwi. Egi hanya diam. Dirinya benar-benar mendapatkan kejutan di pagi hari.
"Minggir." ucap Nyonya Tiwi masuk ke dalam apartemen Egi, menyenggol dengan kencang tubuh Egi yang masih membeku di ambang pintu.
"Mama." gumam Egi dengan badan sedikit terhuyung ke belakang. Bukan karena lemah, tapi karena Egi merasa terkejut dengan kedatangan Nyonya Tiwi yang tanpa memberitahu dirinya terlebih dahulu.
Egi memasukkan koper kecil milik sang mama, menutup pintunya dan membalikkan badan. Mengikuti kemana arah mamanya melangkahkan kaki. Mengernyitkan dahinya, saat Nyonya Tiwi langsung masuk ke dalam kamarnya.
Seperti sedang mencari sesuatu. "Mama kira bakal ada sesuatu yang mengejutkan. Tenyata?" cibir Nyonya Tiwi.
"Apa sih ma." ujar Egi mendaratkan pantatnya di kursi empuk di dalam kamarnya.
"Mama berharap kamu memasukkan perempuan ke dalam kamarmu." celetuk Nyonya Tiwi.
Sungguh aneh. Jika kebanyakan orang tua menginginkan putranya bersikap baik. Tidak dengan Nyonya Tiwi. Apalagi selama ini Egi belum pernah mengenalkan seorang perempuan pada sang mama.
Nyonya Tiwi tidak masalah jika memergoki putranya tidur bersama perempuan di atas ranjang. Pasti dengan senang hati beliau akan menikahkan mereka.
"Mama seharusnya senang. Putramu ini adalah lelaki baik." ucap Egi.
"Mama malah khawatir melihat kamu seperti ini." ucap Nyonya Tiwi melihat aneh ke arah Egi. Seperti ingin menanyakan sesuatu yang sangat sensitif pada putranya.
"Mama,,,,, Egi normal." seru Egi tidak terima dengan pandangan mata mamanya pada dirinya.
"Syukurlah." ucap Nyonya Tiwi memegang dada.
"Lebih baik mama keluar. Siapkan makanan untuk Egi." celetuk Egi, kepala Egi kembali mendapatkan timpukan tas dari sang mama.
"Dasar. Mama baru datang. Kamu pikir mama kamu pembantu. Makanya cari perempuan. Jadikan dia istri. Biar kamu ada yang merawat. Sekarang lihat. Malang sekali nasib kamu." cerocos Nyonya Tiwi.
"Ma, mencari istri itu tidak mudah. Memang mama mau punya menantu yang Egi dapatkan dari klub malam." ucap Egi jengkel.
"Memang kamu mau punya istri yang seperti itu?" tanya Nyonya Tiwi tak kalah sewot.
Memang benar jika Nyonya Tiwi menginginkan Egi segera punya pendamping. Tapi dengan perempuan yang berhati. Dirinya sama sekali tidak memandang status sosial.
Yang terpenting perempuan tersebut berasal dari keluarga baik-baik. Tidak peduli apakah keluarganya kaya atau tidak. Bagi Nyonya Tiwi, itu sama sekali tidak mempengaruhi nilai seseorang.
Egi mendorong pelan tubuh mamanya keluar dari kamarnya. "Mama pilih sendiri kamar mama. Egi mau bersiap dulu. Mandi." ucap Egi saat mamanya sudah berada di luar kamar.
Segera Egi menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Sebelum Nyonya Tiwi kembali membuka mulutnya. Dan pastinya akan ada perkataan panjang kali lebar.
"Kehidupan tenang dan damai seorang Egi akan hilang dan lenyap tak tersisa." ucap Egi lirih dan lesu dengan badan menyandar pada pintu kamar.
"Dasar." ucap Nyonya Tiwi. "Eh,,, koperku di mana?" tanya Nyonya Tiwi pada dirinya sendiri.
"Egi..!!! koper mama dimana!!" teriak Nyonya Tiwi menggedor pintu kamar Egi.
Egi yang masih menyandarkan badannya di pintu, terlonjak kaget. "Astaga...!!!" geram Egi menjauh dari pintu.
Memegang dadanya yang berdebar kencang. Tapi sayangnya, berdebar bukan karena jatuh cinta. Melainkan karena gedoran pintu dari sang mama.
"Benar-benar kacau." ucap Egi. Segera masuk ke dalam kamar mandi. Dan bersiap untuk berangkat ke perusahaan.
Sementara Nyonya Tiwi berada di dalam kamarnya, memasukkan dan merapikan beberapa bajunya yang dibawa dari rumah ke dalam almari. Nyonya Tiwi tidak begitu banyak membawa pakaian.
Karena memang beliau akan tinggal di apartemen milik putranya sekitar satu minggu. Sebenarnya beliau berada di negara ini karena akan mengikuti kontes peragaan busana.
Dimana beberapa busana yang Nyonya Tiwi desain akan di pakai oleh seorang model. Dan akan di tampilkan pada acara tersebut.
Selesai. Kini Egi sudah berpakaian rapi dengan setelan jas. Hendak pergi ke perusahaannya. Tapi sebelumnya dia harus berpamitan dulu pada sang mama.
Kebiasaan yang tidak pernah dia lakukan selama tinggal sendiri. Dan mulai hari ini hingga tujuh hari kedepan, dia akan melakukan rutinitas tersebut.
"Ma." panggil Egi dari luar dengan mengetuk pintu kamar sang mama.
Egi dengan pelan membuka pintu kamar Nyonya Tiwi yang tidak di kunci. Egi tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar sang mama dengan pelan.
Terlihat Nyonya Tiwi berbaring di atas kasur, dengan masih menggunakan baju yang sama. Egi dengan pelan mengambil sendal yang masih berada di kaki sang mama.
"Mama pasti capek." ucap Egi, dengan pelan Egi menyelimuti tubuh mamanya sampai dada.
"Tidur yang nyenyak ma. Egi sayang mama." ucap Egi lirih, mengecup pelan pipi mamanya.
Nyonya Tiwi membuka mata setelah mendengar pintu kamarnya tertutup kembali. Menandakan bahwa sang putra sudah meninggalkan kamarnya.
"Semoga secepatnya kamu menemukan pengganti Ella di hati kamu sayang." ucap Nyonya Tiwi lirih.
Meskipun Egi tidak pernah bercerita pada mamanya tentang perasaannya pada Ella, tapi sebenarnya Nyonya Tiwi sudah mengetahuinya.
Bahkan Nyonya Tiwi juga tahu, jika putranya meninggalkan negaranya karena alasan tersebut. Maka dari itu, beliau mengizinkannya.
Berharap di negara ini, Egi dapat menemukan perempuan yang bisa merebut hatinya.
DN VINCEN SBNARNYA JUGA MSK DAFTAR MNUSIA YG WAJIB DIMUSNAHKN, STELAH KJADIAN INI BKNNYA TAMBAH SADAR, MLH MAKIN BIKIN JENGKEL.. KERAS KEPALA, BODOH, GOBLOK DN BEGO..
SKRG APA YG JDI MILIK EGI, JGN COBA2 INGIN DIUSIK..