Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Keromantisan Pak Erlangga
Kedua pasangan suami istri beda usai ini sedang bersiap menuju kediaman sekaligus tempat usaha sang bungsu bersama istri nya.
Nissan Warna merah, sebuah mobil yang jok dibuatnya model captain seat alias penumpang duduk sendiri-sendiri.Uniknya lagi jok tengah posisinya dapat diputar sehingga dapat berhadapan dengan penumpang yang duduk di kursi paling belakang. Mobil inipun telah dilengkapi sunroof sehingga nuansa sebuah kendaraan mewah semakin terasa.
Ayra cukup terpesona melihat kemewahan mobil ya sedang ia duduki itu. Ia duduk disebelah Bram. Papa dan mama nya menatap mereka berdua penuh senyum yang membuat Bram merasa kesal.
"Papa, mama apa yang membuat papa mama begitu terlihat bahagia?"
"Papa harap kamu bisa memberikan mama dan papa cucu pertama kami."
Deg!
Bram dan Ayra saling pandang. Ayra kembali mengingat kebodohan nya di dalam kamar mandi pagi tadi hingga ia tersipu malu karena juga digoda mertuanya itu. Bram mendengar permintaan papa nya juga mengalihkan pembicaraan.
"Apa papa sudah menghubungi Beni?"
"Dia akan datang ketika kabar tentang saham nya diberikan atas namanya."
"Dia seperti itu karena papa terus membedakan kami."
"Karena kalian memang berbeda. Dia yang tidak pernah menggunakan hati nya untuk melihat kasih sayang kakak nya tapi lebih menggunakan sifat iri dengkinya."
"Sudah-sudah. Jangan mulai berdebat kembali. Kita mau menjemput Bambang. Dan jangan berdebat disana atau kita gagal membujuk anak ku itu pulang bersama istrinya."
Ayra cukup kagum pada mama Lukis. Kembali kedua lelaki yang seperti nya sangat suka saling serang lewat kata-kata itu akan terdiam ketika Nyonya Lukis mengeluarkan suara ya untuk mendamaikan kedua lelaki di keluarga Pradipta itu.
Ayra melihat sosok romantis di pasangan mertuanya itu bahkan mereka tidak malu-malu bersikap romantis didepan Ayra dan Bram. Duduk dengan berhadapan membuat Ayra bisa melihat jelas sosok manja nyonya Lukis kepada pak Erlangga. Nyonya lukis bergelayut mesra dilengan sang suami. Pak Erlangga pun tak kalah romantis.
Lelaki paruh baya itu mengelus lengan sang istri dan satu tangan yang lain menggenggam tangan sang istri yang berada di pahanya. Pak Erlangga menangkap Ayra menatap ke arah mereka dengan pandangan yang bahagia.
"Ada apa Ay?"
"Ayra merasa senang melihat papa dan mama masih merawat keromantisan di usia yang tidak lagi muda. Keromantisan dalam bentuk sentuhan fisik adalah salah satu konsep berumah tangga yang asyik. Konsep al-mubadalah alias ketersalingan. Dalam al-mubadalah, ada upaya bukan saja saling mencintai, melainkan juga saling melengkapi, mengisi, dan memahami karakter pasangannya pa,ma."
"Oh ya, kamu mempelajari hal-hal tentang rumah tangga juga di pondok pesantren?"
Nyonya Lukis penasaran karena ia melihat Ayra hanya anak yang belajar agama bagaimana bisa mengerti konsep berumah tangga sedang kan dia sendiri baru berumah tangga.
"Kami di pondok pesantren tidak hanya belajar tentang surga dan neraka ma. Bukan hanya halal dan haram tetapi tentang banyak hal yang menyangkut kehidupan kita termasuk salah satu tentang rumah tangga walau kami belum berumah tangga. Karena itu lah bekal kami ketika kami terjun menjadi masyarakat dan berkeluarga."
"Wow. mama pikir kalian hanya mengaji saja di pondok pesantren."
Pak Erlangga menatap Ayra kagum.
Bram tak memperdulikan pembicaraan kedua orang tuanya dengan Ayra, ia sibuk dengan ponselnya namun kedua telinganya menangkap dan merekam semua penjelasan Ayra.
"Apakah dia juga mempelajari tentang hubungan intim? Ia seperti merona dan cepat menjawab tentang perangkap ku tadi? Ah masa bodoh kenapa aku harus memikirkan nya."
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆