Pertemuan yang tidak di sengaja antara Rahman dan Citra, yang membawa ke dalam sebuah pernikahan.
Hingga suatu ketika mereka mempersiapkan pernikahan sampai perjalanan rumah tangga mereka, tiba-tiba ada seorang dari masa lalu Rahman yang datang dan membuat semuanya jadi rumit.
wanita yang dulu pernah menolak Rahman, dan kini mau kembali dan tentu saja itu menjadi hal yang tak mungkin.
Bagaimana sikap Rahman selanjutnya, dan akankah cinta Rahman dan Citra akan goyah dengan kedatangan orang ketiga.
Ikuti ya cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Pasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Kembali ke Jakarta
Pov Rahman
"Sudah siap semua Dek" Ujarku sembari ku tutup pintu kamar kami.
" Sudah, InshAllah ga ada uang tertinggal kok" candanya.
" Oke Mas mandi dulu ya kalau gitu, setelah sholat kita berangkat langsung ya?" ucapku menjelaskan.
" Ga makan siang dulu Mas?" ucap Citra dengan bibirnya yang manyun, tumben-tumben dia nanyain makan siang, bisanya kalau makan aja harus aku paksa.
" Ndak sayang Mama mau ngajak makan siang di warung sate langganan dia katanya kangen dan lama ga kesana" balasku.
" Oh... ya sudah kalau gitu Citra kebetulan sekali Citra lagi pingin makan sate Mas" ujarnya dengan manja.
" Oke sayang nanti pesanlah sepuasmu, biar nanti malam kamu bisa tahan lama." Balasku dengan senyum dengan mengoda
" Hah apa hubungannya Mas?" balasnya dengan pura-pura ga tahu.
" Aduh jangan macam-macam dulu deh, itu aku aja masih sakit, jalan aja masih kaya orang abis sunatan, nangkang kaya gini jalannya malu aku Mas" sungutnya kesal sekali, memang sehabis malam pertama tadi malam, aku lihat ada yang aneh tapi apa, dia nampak pelan-pelan sekali bila mau jalan seperti aku terlalu liar melakukannya, bisa habis sama Mama kalau tahu kaya gini, rutukku dalam hati.
" Maaf ya Dek, habisnya Mas semangat banget sih dan janji Mas nanti malam akan pelan-pelan deh," lirihku dengan sensual Deket telinganya.
" Hah apa ! enggak deh Mas libur dulu, enak aja sakit tahu" serunya.
" Tapi enakkan?" balasku sambil ku kerlingkan mataku.
tok tok tok, suara pintu menghentikan candaan kami.
" Rahman, Citra kalau sudah siap belum? buruan hayu kita berangkat sekarang." seru Mama yang terdengar ngomong di balik pintu kamar.
" Iya Mah bentar lagi kami turun, ini sudah selesai kok.
" Oke jangan lama-lama" balas Mama dengan nada tak sabaran.
Tak lama kemudian kamipun turun dan di sana sudah ada Mama dan keluarga Resti yang juga sudah siap, aduh gimana ini mereka masih memaksa untuk ikut kami, dengan alasan pingin lihat rumah aku di Jakarta, tapi apa urusannya? saudara kagak pakai pingin lihat-lihat segala, grutuku dalam hati.
" Mas kok mereka juga mau ikut kita" bisik Citra.
" Iya Dek, tapi cuma pingin lihat rumah saja, jadi ga akan lama." balasku sebisa mungkin aku menjelaskan dan tak akan membuat Citra kepikiran, walaupun aku masih curiga sama keinginan mereka, dan akhirnya kamipun berangkat ke Jakarta dan keluarga aneh itu juga ikut-ikutan berkemas dan mengikuti mobil kami dari belakang, ah rasanya risih saja bila seperti ini terus.
Moga saja ini yang terakhir dan mereka tak akan lama tinggal di rumah kos aku di Jakarta.
Di dalam mobil kami bertiga sementara Resti ada di mobil dengan keluarganya.
" Mah, kita harus gimana ini Mah apa yang harus kita lakukan untuk menghindari mereka?" seruku pada Mama minta pendapat.
" Kita tak perlu menghindar Lee..., lha wong mereka sendiri kok yang cari masalah, wis biarin saja, pokoknya bila nanti mereka buat ulah dan macem-macem tinggal lapor aja sama polisi." balas Mama berpikir santai.
" Yah ... masalahnya bukan itu saja Mah, saya risih dengan permintaan mereka yang absolut itu, ada-ada saja dia itu, kok ga tahu malu, aku sendiri malu lho Mah di kejar-kejar kaya gini, kaya aku ngapa-ngapain dia saja." Sambungku lagi.
" Tenang lee... Mama akan di sana terus sebelum mereka pergi dari sana dan Mama akan jagain Citra selama kamu kerja, jadi ga usah khawatirkan itu," ujarnya memberi solusi.
" Mah, orang tua Resti sepertinya orangnya mereka tipe orang nekat Mah, Rahman takut nanti kalian di apa-apain sama mereka." Imbuhku dengan perasaan curiga.
" Sudah lah lee... kamu sama Citra fokus saja sama keluarga kalian, Mama akan hadapi mereka bila nanti tetap memaksa untuk menikahi kamu, tapi Mama minta di Carikan bodyguard wanita yang bisa jagain Mama, kamu sanggupkan?" pinta Mama
" Beres Mah, Rahman akan carikan dua biar perlu, nanti mereka bisa gantian jagain Mamah" balasku.
" Dan kamu Nduk, jangan khawatir ya? Mama harap sementara jangan berkomunikasi sama Resti dan keluarganya, Mama ga mau kamu di propokasi sama mereka." Ucap Mama pada Citra.
" Iyah, Mah... Citra sebisa mungkin menghindar darinya." Balas Citra.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam karena macet akhirnya kamipun sampai di rumah kos kami.
Mobilku masuk ke dalam garasi khusus dan di ikuti mobil keluarga Resti yang parkir di luar seperti penghuni kos yang lain.
Pov Baroto
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya sampai juga di sini, di rumah calon menantu, wah besar juga usaha kos-kosan ini dan mewah lagi, tiap bulan berapa duwit menantuku ini mendapatkan uang dari sini.
Kalau begini aku bisa pamer dong sama teman-teman nongkrong aku dan aku juga bisa traktir mereka, dan satu lagi uang rokok dan ngopi pasti lancar kalau begini, asik-asik tak lama lagi aku akan mempunyai menantu orang kaya, cicitku dalam hati.
" Wah pak kosannya mewah ya ternyata, lihatlah tempatnya pak bersih dan rapih, sejuk lagi banyak tanamannya," cicit istriku ini.
" Iya Buk calon menantu kita, bentar lagi kita akan hidup enak ga pindah-pindah tempat lagi, nanti Ibu pasti akan punya gelang kalung yang besar-besar seperti punya ibunya Nak Rahman," ujarku dengan semangat.
" Aduh pak jangan mimpi dulu deh pak, jadi menantu aja belum sudah mimpi terlalu tinggi entar jatuh nyesel baru tau rasa deh" ujar si bungsu ku ,Nita yang selalu tak sependapat dengan kami.
" Kamu diam anak kecil tahu apa!hah? bentakku menyalahkan.
" Habis aku malu pak dari kemaren aja Mas Rahman sudah menolak kita masih saja ikutin dia terus, apa kalian tidak malu sih di tolak kaya gitu " seru Nita berapi-api.
" Diam kamu Nit, kalau kita tak memaksa kita akan tinggal di mana, sementara di antara kita ga ada sama sekali yang kerja, ga mungkin kita minta uang terus sama Lukman, apa lagi Lukman sekarang sudah di pindahkan dari asisten pribadi Mas Rahman jadi staf biasa."
" Ya makanya Bapak kerja dong sama Mbak Resti bukan ngejar-ngejar orang yang sudah punya Istri dan dia menolak kita malu kan jadinya, mendingkan mobilnya ini kita jual buat cari kontrak dan modal usaha, banyak kok peluang usaha kalau kita mau, bukannya mengemis cinta kaya gini,duh malu-maluin." Ujar Nita tanpa di tutup-tutupi.
" Sudah-sudah kita sudah sampai ngomong sama kamu ga pernah bisa nyambung, di ajak hidup enak saja ga mau, cari susah sendiri, lihat saja nanti bila Resti sudah nikah sama Rahman, Bapak akan minta di belikan mobil Pajero atau Fortuner kaya punya Rahman." Ujarku dengan gaya songong dan pongah.
Lalu akupun segera keluar dari mobil dengan gaya yang pelente karena sebentar lagi aku punya menantu yang kaya raya.
****
Duh sepertinya ada yang lagi mimpi ini, ikuti lanjutannya.