21+🔥🔥🔥
Ben Alberto Adiwangsa, seorang laki-laki dewasa berumur 29 tahun, yang memiliki wajah tampan dengan hidung runcing, alis tebal, rahang yang kokoh, serta memiliki tubuh tinggi tegap, sosok sempurna yang mampu membuat gadis manapun tak akan mampu menolak pesonanya.
Namun siapa sangka, seorang Ben memiliki kisah yang begitu rumit, sebuah kisah cinta pahitnya di masa lalu, yang membuat Ben sampai kini enggan untuk memulai kembali hubungan serius dengan gadis manapun.
4tahun yang lalu tepatnya 2 hari menjelang pertunangannya dengan Sandra kekasihnya, ia tak sengaja memeregoki gadis yang dicintainya itu tengah berduaan dengan seorang laki-laki dalam keadaan yang begitu intim, di dalam Apartemen milik kekasihnya.
Hingga suatu hari ia harus menerima kenyataan, bahwa dirinya dipaksa menikahi gadis cacat yang telah ia tabrak, akibat dari keteledorannya saat berkendara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawarjingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
"Apa yang kau lakukan selama diluar gadis kecil, kau mulai keluar dari aturanku rupanya." Ben mencengkram erat pergelangan tangan Putri, yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Tak mengatakan apapun, ia melepaskan tangan Ben yang mencengkeram tangannya, dan berlalu menuju meja makan, mengambil nasi serta lauk pauknya, lalu memakannya dalam diam, sementara Ben hanya bisa menatapnya dengan perasaan kesal.
Seharusnya aku yang mengabaikan nya bukan dia yang mengabaikan ku, Lagi-lagi Ben menggerutu dalam hati.
Setelah selesai makan, Putri kembali melangkahkan kaki menuju kamarnya, yang diikuti Ben dibelakang nya.
"Aku tanya sekali lagi, seharian ini kamu ngapain aja diluar hah?!" bentak Ben, yang membuat Putri menoleh sekilas kearahnya, terlihat ia tak sedikit pun merasa takut dengan suara meninggi Ben, meraih selimut, benar-benar tak mau membuka suara, membuat Ben kehilangan kesabaran nya.
"Kau bisu?" Ben meraih dagu Putri dan mencengkeram nya erat, namun gadis itu sama sekali tak meringis seperti biasanya, seolah tidak merasakan sakit.
"Siapa laki-laki yang tadi bersamamu diluar, pacar barumu, laki-laki yang akan memuaskan mu, katakan! dia laki-laki yang keberapa yang sudah menidurimu?"
"Aku rasa sifat burukmu ini menurun dari ibumu, hingga ayahmu meninggalkan nya, dan memutuskan untuk menikahi wanita lain, yang lebih baik dari ibumu." ujar Ben dengan tatapan mencemooh.
Putri menepis kasar tangan Ben dari dagunya dengan sekuat tenaga, hingga tangannya terhempas.
Plaakkk..!!
Putri menampar Ben, hingga membuat tubuh Ben diam membeku, sama sekali tidak percaya dengan apa yang dilakukan gadis polosnya.
"Dengar! tuan Ben yang terhormat, anda tidak memiliki hak untuk menilai ibu saya seperti apa, yang bahkan saya sendiri tidak tahu dimana dia dan kenapa dia pergi, dan satu lagi, anda benar-benar laki-laki ke ji, yang sama sekali tidak menunjukkan seperti laki-laki berwibawa pada umumnya, anda terus menghina saya, dengan berbagai macam tuduhan yang sama sekali tidak benar!"
"Anda lupa, siapa yang mengambil kehormatan saya secara paksa, lalu masih menganggap saya telah tidur dengan banyak laki-laki, dimana perasaan anda, apa salah saya!" Putri berteriak marah sembari memukuli dada Ben dengan membabi buta.
Mengapa Ben tidak sadar, seharusnya dalam hal ini dialah yang paling menderita, bukan Ben! batin Putri menjerit.
Ben hanya diam, membiarkan Putri memukuli tubuhnya hingga ia merasa puas, dan berhenti dengan sendirinya.
Setelah merasa puas, Putri pun melangkah pergi memasuki kamar yang berada disebelah, mengunci pintunya dari dalam, saat ini ia butuh waktu untuk sendiri, tanpa gangguan dari Ben, atau siapapun.
Sementara dikamarnya, Ben masih berdiri dengan perasaan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, istri yang ia anggap gadis kecil yang polos itu menamparnya dengan raut wajah marah sekaligus terlihat begitu sangat membencinya.
Ben mendudukkan dirinya disisi ranjang, mengusap kasar wajah dengan kedua tangannya, ia tidak suka dengan keadaan yang berbalik seperti ini, Ben mendesah kasar, karena hingga pukul 2:03 ia tak mampu memejamkan matanya.
Pikirannya terus tertuju kepada Putri, membayangkan gadis itu menangis, ah seharusnya saat ini ia senang melihat gadis itu menderita, tapi entah mengapa justru perasaan lain bersarang didalam hatinya.
Ben memiringkan wajah, menatap kesebelahnya yang kosong, menyentuh seprai dihadapannya yang terasa dingin seperti tak tersentuh, ia sudah terbiasa tidur dalam satu ranjang bersama istrinya, hingga saat ia tak berada disana semuanya terasa sangat berbeda.
**********
Keesokan paginya, Ben tercengang saat melihat istrinya yang telah memasukan beberapa pakaiannya kedalam koper, saat ia baru saja keluar dari kamar mandi.
"Mau kemana kau?" bentak Ben, seraya menarik koper dari tangan Putri yang hendak dibawanya.
"Kembalikan koper saya!" pekik Putri.
"Tidak akan, sebelum kau mengatakan kemana kau akan pergi."
"Bukan urusanmu!" balas Putri dingin, membuat Ben lagi-lagi tercengang, dengan sikap baru istrinya itu.
"Kau_"
"Apa,??! anda mau apa lagi, belum cukupkah penderitaan yang anda berikan untuk saya, anda kurang puas?" lanjut Putri dengan raut wajah menantang, membuat Ben mengepalkan tangannya erat.
"Minggir!" menyenggol keras tubuh Ben, lalu menarik kopernya dengan kasar.
"Berhenti..!! jika tidak akan ku patahkan kakimu." teriak Ben saat Putri baru berjalan beberapa langkah menuju pintu kamarnya, yang sontak membuat langkahnya terhenti seketika.
Putri menoleh kearah Ben dengan tatapan sinis, "Bukan kah anda sudah pernah melakukannya, lalu apa yang harus saya takutkan?!"
Deg!
Perkataan Putri adalah sebuah pukulan telak baginya, dan jelas jauh didalam hati Ben sangat membenarkan apa yang dikatakan istrinya itu.
"Dengar, kau adalah istriku, kalau kau lupa! dan aku sebagai suamimu tak mengizinkan mu untuk keluar dari rumah ini."
"Oh ya, sejak kapan anda menganggap saya sebagai istri, dan sejak kapan juga anda menganggap serius dengan status pernikahan konyol ini."
"Kau_"
"Anda tidak punya hak untuk terus menahan saya dalam rumah tangga penuh sandiwara ini, dan satu lagi lupakan semua apa yang pernah saya katakan, dengar tuan Ben Alberto Adiwangsa, saya tarik kembali kata-kata saya waktu itu, saya tidak pernah mencintai anda, dan justru sebaliknya."
"Saya sangat membenci Anda."
Deg!
Lelah berceloteh, Putri pun memutuskan untuk segera pergi meninggalkan rumah mewah itu.
Mencegat sebuah Taxi untuk membawanya kesuatu tempat yang jauh dari jangkauan Ben, sementara Ben ia Buru-buru mengenakan pakaiannya, setelah mengambil satu setel baju yang diambilnya secara acak dari dalam lemarinya.
Menyambar kunci mobil serta ponselnya dan bergegas keluar, memasuki salah satu mobil miliknya, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Sepanjang perjalanan ia tak berhenti menatap sekitar, mencari keberadaan istrinya yang entah kemana perginya.
Menepikan mobilnya sejenak, lalu merogoh ponsel didalam saku celananya, mencoba menghubungi nomor istrinya.
"Siall!" Ben mengumpat kesal, seraya melemparkan ponsel keatas jok disebelahnya.
"Beraninya dia, mematikan ponselnya arghhh.. kurang ajar!" Ben memukul-mukul setir berulang kali untuk melampiaskan kekesalan nya.
Sementara ditempat lain, Putri sedang berdiri didepan kost-kostan menunggu sahabatnya keluar dan membukakan pintu untuknya.
"Elo ternyata! sorry Ri, gue baru selesai mandi, ayo masuk!" seorang gadis bernama Rara yang merupakan sahabatnya itu segera merangkul pundak Putri agar masuk kedalam kost-kostan nya.
"Elo yakin Ri, mau tinggal disini?" tanya Rara yang sudah mengetahui permasalahan Putri, karena Putri semalam memberitahunya lewat pesan chat.
"Yakin Ra, tapi elo nggak apa-apa nih, masalah nya gue pasti banyak ngerepotin elo banget."
"Ck, elo kaya yang kesiapa aja, jangan anggap gue sahabat kalau lo masih merasa canggung sama gue!"
.
.
cakep putri triple kills wkwkwkwkwk