Winter Alzona, CEO termuda dan tercantik Asia Tenggara, berdiri di puncak kejayaannya.
Namun di balik glamor itu, dia menyimpan satu tujuan: menghancurkan pria yang dulu membuatnya hampir kehilangan segalanya—Darren Reigar, pengusaha muda ambisius yang dulu menginjak harga dirinya.
Saat perusahaan Darren terancam bangkrut akibat skandal internal, Winter menawarkan “bantuan”…
Dengan satu syarat: Darren harus menikah dengannya.
Pernikahan dingin itu seharusnya hanya alat balas dendam Winter. Dia ingin menunjukkan bahwa dialah yang sekarang memegang kuasa—bahwa Darren pernah meremehkan orang yang salah.
Tapi ada satu hal yang tidak dia prediksi:
Darren tidak lagi sama.
Pria itu misterius, lebih gelap, lebih menggoda… dan tampak menyimpan rahasia yang membuat Winter justru terjebak dalam permainan berbeda—permainan ketertarikan, obsesi, dan keintiman yang makin hari makin membakar batas mereka.
Apakah ini perang balas dendam…
Atau cinta yang dipaksakan takdir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 — “Rahasia Masa Lalu yang Terbuka”
Malam setelah Gala Tahunan adalah malam yang paling sunyi di penthouse SCBD. Winter kembali ke kamarnya dengan perasaan yang tidak menentu. Wajah Darren yang terlihat terluka di teras hotel terus menghantui pikirannya seperti bayangan yang enggan pergi. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah teknik manipulasi tingkat tinggi dari seorang Darren Reigar, namun hatinya yang mulai retak tidak bisa sepenuhnya percaya.
Darren tidak pulang malam itu. Setidaknya, tidak sampai matahari terbit.
Winter terbangun pukul enam pagi dengan kepala berdenyut. Ia memutuskan untuk turun ke ruang kerja pribadinya di lantai bawah untuk meninjau beberapa dokumen yang dikirimkan oleh tim investigasi swasta yang ia sewa secara rahasia—tim yang bekerja di luar sepengetahuan Adrian. Ia ingin memastikan tidak ada satu pun detail tentang Reigar Technologies yang terlewat sebelum ia memberikan pukulan final pada Wray Group.
Di atas meja kerjanya, sebuah amplop cokelat tebal tanpa identitas pengirim telah menunggu. Itu adalah laporan investigasi mendalam tentang sejarah keuangan keluarga Reigar sebelum kebangkrutan sembilan tahun lalu.
Winter merobek amplop itu dengan tangan gemetar. Ia mengharapkan bukti penggelapan pajak atau skandal pencucian uang yang bisa ia gunakan sebagai daya tawar tambahan. Namun, apa yang ia temukan di halaman empat belas membuatnya membeku.
Itu adalah salinan perjanjian transfer aset yang sangat lama, tertanggal tepat dua bulan sebelum Darren meninggalkannya di Tokyo.
Dalam dokumen itu, ayah Darren—mendiang Tuan Reigar—ternyata telah mentransfer sejumlah besar dana darurat ke perusahaan cangkang milik ayah Winter, mendiang Tuan Alzona. Jumlahnya fantastis, cukup untuk menyelamatkan Reigar Technologies dari kebangkrutan saat itu. Namun, dana itu tidak pernah digunakan untuk menyelamatkan Reigar. Sebaliknya, dana itu tercatat sebagai "investasi masuk" ke Alzona Group, yang kemudian digunakan ayahnya untuk memulai ekspansi besar-besaran yang menjadikan Alzona raksasa seperti sekarang.
Napas Winter tersengal. Jadi, Alzona Group tumbuh di atas reruntuhan Reigar? Ayahnya telah mengambil harta terakhir keluarga Reigar?
Namun, halaman berikutnya jauh lebih menyakitkan. Ada sebuah catatan kecil yang ditulis tangan, terlampir pada dokumen transfer tersebut. Itu adalah tulisan tangan ayahnya.
“Diterima dengan syarat: Darren harus memutuskan hubungan dengan Winter dan menghilang. Ini adalah satu-satunya cara agar nama Reigar tidak diseret ke pengadilan atas tuduhan penipuan yang aku buat.”
Winter menjatuhkan dokumen itu ke lantai. Dunia di sekitarnya seolah berputar.
Sembilan tahun lalu, ia pikir Darren meninggalkannya karena pria itu tidak lagi mencintainya atau karena Darren pengecut yang lari dari kebangkrutan. Ternyata, Darren pergi untuk menyelamatkan ayahnya dari penjara. Darren pergi karena diancam oleh ayahnya sendiri—Ayah Winter.
Pernikahan kontrak ini, balas dendam yang selama ini ia susun, kemarahan yang ia pelihara setiap malam… semuanya didasarkan pada kebohongan yang diciptakan oleh orang tuanya sendiri.
Pintu ruang kerja terbuka dengan dentingan halus. Darren masuk. Ia masih mengenakan kemeja dari malam gala, meskipun dasinya sudah hilang dan kancing atasnya terbuka. Ia terlihat berantakan, matanya merah karena kurang tidur.
Darren terhenti saat melihat kertas-kertas yang berserakan di lantai dan wajah Winter yang sepucat kertas.
“Winter? Ada apa?” tanya Darren, suaranya parau.
Winter mendongak, matanya merah karena amarah dan rasa dikhianati yang baru. “Kau tahu,” bisik Winter. “Kau tahu apa yang dilakukan ayahku padamu.”
Darren menunduk, melihat dokumen di lantai. Ia terdiam cukup lama. Bahunya yang biasanya tegap terlihat merosot. “Winter, aku tidak ingin kau menemukan itu dengan cara seperti ini.”
“Kau tahu selama ini?!” Winter berteriak, suaranya pecah. Ia bangkit dari kursi, menghampiri Darren dan memukul dada pria itu dengan kepalan tangannya. “Kau membiarkanku membencimu selama sembilan tahun! Kau membiarkanku merasa seperti sampah yang dibuang di Tokyo! Kenapa kau tidak mengatakannya?!”
Darren menangkap kedua pergelangan tangan Winter, menahannya dengan lembut namun kuat. “Lalu apa gunanya, Winter? Jika aku mengatakannya dulu, kau akan membenci ayahmu. Kau akan menghancurkan keluargamu sendiri demi aku. Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu.”
“Jadi kau memilih untuk menjadi penjahat di mataku?” tanya Winter, air mata kini mengalir deras di pipinya. “Kau membiarkanku menikahimu hanya untuk balas dendam, padahal kau adalah korbannya?”
“Aku kembali bukan untuk menjadi korban, Winter,” kata Darren, matanya menatap Winter dengan kelembutan yang menyakitkan. “Aku kembali karena aku pikir setelah sembilan tahun, kita bisa memulai lagi. Aku pikir jika aku membiarkanmu ‘menang’ dalam permainan ini, kau akan merasa puas dan mungkin, hanya mungkin, kau akan melihatku lagi tanpa kebencian.”
“Kebohongan!” seru Winter. Ia menyentakkan tangannya dari genggaman Darren. “Semua ini bohong. Pernikahan ini, perlindunganmu di depan Wray, perhatianmu dengan apel hijau itu… itu semua adalah penebusan dosa? Kau mengasihaniku?”
“Aku mencintaimu, Winter!” Darren membentak balik, untuk pertama kalinya ia kehilangan ketenangannya. “Bukan penebusan dosa, bukan rasa kasihan. Aku mencintaimu sampai aku bersedia menjadi musuhmu selama satu dekade hanya agar kau tetap bisa menghormati nama ayahmu. Tapi sekarang kau tahu. Dan sekarang aku tidak punya alasan lagi untuk bersembunyi.”
Darren melangkah maju, mencoba menyentuh pipi Winter, tetapi Winter mundur seolah terkena api.
“Jangan sentuh aku,” desis Winter. “Kau menyembunyikan ini. Kau membiarkanku membangun hidupku di atas pondasi kebencian yang salah. Kau sama saja dengan ayahku. Kalian berdua memanipulasi hidupku!”
“Winter, tolong dengarkan aku—”
“Keluar!” teriak Winter, menunjuk ke pintu. “Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu. Aku tidak ingin melihat wajahmu. Pernikahan ini… kontrak ini… semuanya terasa kotor sekarang.”
“Winter, Wray sedang menunggu saat kita lemah. Jika kita berpisah sekarang—”
“Aku tidak peduli pada Wray! Aku tidak peduli pada Alzona!” Winter menutup telinganya. “Keluar, Darren! Sekarang!”
Darren menatapnya dengan pandangan yang hancur. Ia tahu bahwa saat ini, kata-kata tidak akan berguna. Rahasia yang ia jaga dengan nyawanya kini justru menjadi pedang yang memisahkan mereka lebih jauh daripada sebelumnya.
“Baik,” kata Darren pelan. “Aku akan pergi. Tapi ingat satu hal, Winter. Aku tidak pernah membohongimu tentang perasaanku. Tidak pernah.”
Darren berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Winter yang jatuh terduduk di lantai di tengah-tengah dokumen yang membongkar seluruh dunianya.
Winter memeluk lututnya, terisak di ruang kerjanya yang dingin. Ia merasa seperti orang bodoh. Sembilan tahun ia mencintai kenangan pahit, sembilan tahun ia merencanakan kehancuran pria yang justru berkorban paling banyak untuknya. Dan di tengah semua itu, ia menyadari satu hal yang paling menakutkan: meskipun setelah semua kebohongan ini, ia masih tidak bisa berhenti mencintai Darren Reigar.
Dan itu adalah pengkhianatan terbesar bagi dirinya sendiri.