Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
"GWS?" ucap Bu Susan yang membaca surat itu hanya berisikan kata 'GWS'.
"Siapa yang ngantar?" Bu Susan melirik ke kiri dan kanan, namun ia tak menemukan siapa pun disekitarnya.
"Kalau tulisannya 'GWS', berarti buat Fahra. Karena yang sakit dirumah ini kan cuma dia." wanita itu bergegas masuk dan menutup kembali pintu rumahnya.
Ia bergegas menghampiri kamar Fahra. Terlihat bahwa gadis itu tengah berbaring sembari memainkan ponselnya. Bu Susan mengerutkan dahinya dan bergegas menghampiri putrinya.
"Sayang, kamu kok main hp terus ih. Udah dong, mending kamu istirahat aja. Dan ya, nih ada coklat buat kamu." ucap Bu Rina menyodorkan coklat ke Fahra yang sudah duduk.
"Buat aku? Dari siapa, Bun?"
"Gak tau juga. Tadi Bunda temuin di depan pintu. Terus ada surat, tulisannya GWS. Jadi Bunda fikir itu punya kamu."
Fahra mengerutkan dahinya mencoba untuk memahami ucapan Bu Susan. "Depan pintu? GWS? Siapa ya? Hmm apa iya Ridho? Kan tadi dia nanyain alamat aku." ucap Fahra pada dirinya sendiri.
"Kenapa?" tanya Bu Susan mengejutkan Fahra.
"Ehh, gak kenapa-napa kok Bun. Yaudah deh, Bunda keluar gihh. Aku mau istirahat heheheh"
"Gitu ya, sekarang main rahasia-rahasiaan sama Bunda, okeeeee."
"Bundaa, Fahra sayang Bunda. Byeee" lagi-lagi gadis itu mengode untuk menyuruh Bundanya keluar.
"Hmmm yaudah deh. Cieeee yang punya pengagum rahasia cieeee" goda Bu Susan sembari beranjak dan pergi.
Fahra terdiam saat melihat tupperware yang ada dihadapanya. Dengan cermat, ia melihat setiap sisi dan sudut dari barang itu. Perlahan Fahra membuka tutup tupperware dan matanya berbinar saat melihat isinya. Ia tersenyum senang saat melihat coklat dihadapannya.
"Coklat? Aaaaa makasih Ridhoo" ucap Fahra sembari memeluk tupperware itu.
"Aaaaaa Ridho tau aja kalau Fahra lagi kesepian tanpa coklat" gadis itu mulai mencebikkan bibirnya.
"Fahra telpon Ridho ah, buat bilang terima kasih." gadis itu mulai membuka layar ponselnya. Namun tiba-tiba berhenti, dan ia meletakkan ponselnya dikasur dan bergegas mengambil coklat yang ada di tupperware itu.
"Besok aja deh. Biar Fahra ucapin secara langsung aja. Sekalian, besok Fahra mau bawain Ridho nasi goreng sebagai ucapan terimakasih."
Dengam bersemangat, Fahra membuka bungkus coklat yang ada dihadapannya. Ia melahap coklat-coklat itu dengan rakus. Saat melihat coklat, Fahra seperti kucing yang sedang menemukan coklat.
~>>•<<~
Saat jam istirahat, Cinta tak henti-hentinya mengajak Fahra berbicara. Gadis itu terlihat begitu merindukan Fahra yang tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Namun pandangan Fahra teralihkan saat melihat Ridho yang berada didepan kelas bersama Fahrul dan Beni. Dengan cepat gadis itu berlari dengan membawa kotak bekal yang berisi nasi goreng buatannya dan menghampiri Ridho.
"Hy Ridho" sapanya sembari tersenyum.
Ridho hanya menatap Fahra dengan senyum canggung diwajahnya.
"Eh iya, ini Fahra bawain Ridho nasi goreng buatan Fahra. Nasi gorengnya Fahra sendiri loh yang masak. Itu sebagai ucapan terima kasih Fahra atas coklat kemarin."
"Coklat?" Ridho menatap Fahra bingung.
"Iya coklat. Makasih ya, itu bener-bener naikkin mood Fahra dan buat Fahra cepet sembuh." lanjut gadis itu lagi yang membuat Ridho semakin bingung.
"Tapi gue gak...." belum selesai Ridho bicara, Fahra sudah memotongnya.
"Yaudah, gakpapa kok. Ini ambil ya, Fahra buatin khusus buat Ridho hehe"
Walau merasa canggung dan tak mengerti, Ridho tetap mengambil kotak makanan yang diberikan Fahra.
~"Coklat? Kapan gue ngasi Fahra coklat? Apa jangan-jangan..." batin Ridho.
"Makasih Raa" Ridho mengkat kotak bekal yang diberikan Fahra sembari tersenyum
"Sama-sama"
Tanpa sengaja sorot mata Fahra tertuju pada sesosok pria yang ada disamping Ridho. Ia melebarkan senyum bersalahnya pada pria itu.
Melihat senyum Fahra yang aneh, Ridho dan Beni bingung. Ia menoleh ke arah Fahrul yang menatap sinis ke Fahra. Walau canggung, Fahra mencoba untuk menyapa Fahrul yang sedang berdiri disamping Ridho.
"Hy, Rul" sapanya gugup. "Ma-maaf ya, Fahra gak kepikiran bawain nasi goreng buat Fahrul." ucap Fahra yang mulai lancar berbahasa seperti teman-temannya.
Fahrul hanya membuang pandangannya terhadap Fahra dengan wajah sedikit kesal. Raut wajah kesal Fahrul tak dapat disembunyikan, namun Fahra juga tak mengerti bahasa wajah Fahrul.
"Ta-tapi kalau Fahrul mau makan nasi goreng itu juga gakpapa. Gak masalah kan, Do?" tanya Fahra melirik ke arah Ridho.
"Gakpapa kok, selo aja. Lagian gue juga gak bakal habis makan ini sendirian"
"Bagi gue juga" ucap seorang pria yang berdiri di samping Fahrul, yaitu Beni.
"Gak boleh, kalau lo yang makan, nih nasi abisnya pasti cuma di perur lo doang!" sentak Ridho sembari terkekeh memandangan Beni.
"Eh astagfirullah, Fahra lupa. Di nasi itu Fahra kasi tomat dan telur. Fahrul kan gak suka tomat dan alergi telur. Hmm gak usah dimakan ya, Rul. Fahra janji, nanti Fahra akan bawain Fahrul nasi goreng pake wortel kesukaan Fahrul." ucap gadis itu lirih.
"Gue juga ogah makan tuh makanan buatan lo. Kalau pun lo bawain apa yang gue suka, gue bakal langsung buang tuh makanannya ke tempat sampah. Lo dan makanan lo itu gak penting. Jadi mending lo pergi deh dari sini. Gak usah tunjukkin muka brengsek lo dihadapan gue." ujar Fahrul begitu kasar.
Fahra hanya tertunduk saat mendengar ucapan Fahrul. Sementara Ridho menatap Fahra dengan begitu iba. Cinta yang sedang duduk di mejanya pun sontak berdiri dan mensiniskan wajahnya menatap Fahrul. Berbeda dengan Beni yang terlihat senang saat melihat sikap sahabatnya.
"Maaf" hanya kata itulah yang bisa Fahra keluarkan dari bibirnya. Gadis itu bergegas pergi kembali ke mejanya dengan wajah sendu.
"Lo kenapa Raa?"
"Fahra baik-baik aja kok Cin." Fahra segera duduk serta melipat kedua tangannya diatas meja dan menelungkupkan wajahnya.
"Lo nangis ya Raa?"
Fahra mengangkat kepalanya dan menatap Cinta sendu. "Mata Fahra gak kenapa-napa kok. Gak ada mutiara juga kan?"
Cinta hanya tersenyum melihat Fahra yang terlihat begitu sedih, walau air matanya tak terlihat. Fahra kembali menelungkupkan wajahnya di meja. Fahrul yang melihat Fahra, tiba-tiba merasakan sesak yang begitu hebat. Pria itu memegang dada bidangnya untuk menahan rasa sesak itu.
"Rul, gue mau ngomong. Ayo ikut." ucap Ridho sembari menarik tangan Fahrul. Mereka bertiga berhenti di depan toilet pria dan mulai berbicara.
"Kenapa sih? Berani banget lo narik-narik tangan gue."
"Sorry, Rul, gue gak maksud narik tangan lo. Tapi gue punya beberapa pertanyaan buat lo." jawab Ridho serius.
"Mentang-mentang Fahrul pintar, dikasi pertanyaan sampe beberapa. Kalau mau belajar, bilang aja." ceplos Beni menirukan jargon iklan permen milkita yang sontak membuat Fahrul dan Ridho menatapnya tajam. Beni hanya terkekeh sembari memainkan lirikkan matanya kesana kemari.
"Nanya apa?"