NovelToon NovelToon
Maya Dan Cangkulnya

Maya Dan Cangkulnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Romansa pedesaan
Popularitas:131
Nilai: 5
Nama Author: R.Fahlefi

Sebuah karya yang menceritakan perjuangan ibu muda.
Namanya Maya, istri cantik yang anti mainstream

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.Fahlefi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Embun yang dingin

Setelah bersepakat, Bu Bupati akhirnya pamit. Semua pengunjung yang ada di warung itu bergantian menyalami orang nomor 1 di kabupaten mereka.

Laras pulang duluan setelah mendapat omelan singkat dari Maya. Begitu juga dengan Gilang yang mengajak Maya pulang naik motor sekupi mereka.

Di perjalanan pulang Gilang masih sempat menggoda Maya.

"Aku nggak masalah jika kau membagi uangmu dengan yang lain, membagi tenagamu untuk yang lain, tapi jangan bagi satu-satunya hati yang kau miliki untuk yang lain." Ucap Gilang menirukan gaya Maya tadi di warung.

Maya memukul bahu Gilang dari belakang, "Apaan sih Bang! Wajar kan aku berprasangka buruk kalau liat abang berduaan sama wanita lain?!"

Gilang tertawa, "Yang gak wajar itu kau datang-datang langsung marah-marah May."

"Itu sih gara-gara si Laras, coba kalau dia nggak bilang abang selingkuh."

Gilang mengangguk, ia sebenarnya turut senang dengan sikap istrinya itu. Bagaimana pun Maya telah menunjukkan cintanya dengan cara yang aneh.

Setelah pembicaraan dengan bu Bupati itu, Maya mulai menyusun rencana untuk menjalankan proyeknya. Pertama ia harus bisa mengajak warga bersama-sama agar kompak.

"Tanaman Asparagus hijau itu sedikit sulit dalam perawatan bapak-ibu, tapi bukan mustahil kita bisa menanamnya." Ucap Maya si dalam sebuah perkumpulan warga.

"Tapi Maya, kalau sempat kita gagal, kami mau makan apa? Anda tahu kan mata pencaharian kami hanya bertani? Nggak seperti mbak Maya yang punya suami seorang PNS." Jawab salah satu warga.

"Iya benar Mbak May, kami sih mau-mau saja, tapi kita semua tahu kalau menanam tanaman baru itu tidak ada yang bisa menjamin. Bukan karena kami ragu kemampuan mbak Maya selama ini, tapi ini soal hidup kami, ini soal satu-satunya usaha yang kami punya."

Beberapa warga tampak sepakat, mengangguk. Mereka nggak bisa menggantungkan harapan begitu saja pada hal yang tak pasti.

Maya tetap berusaha tenang, yang ada dihadapannya itu adalah puluhan warga yang menggantungkan hidup dengan bertani. Ia tahu ini tidak mudah, ia tahu ini sulit, makanya itu ia butuh semua pihak untuk mendukung langkah ini, demi kemajuan desa mereka.

"Sebaiknya yang menjelaskan ini pak kades saja." Ucap Maya menoleh kepada pak kades yang sedari tadi asyik menyeruput kopi.

Pak kades pun mengatur suara, "ehmm."

Lalu melanjutkan, "Yang dikatakan oleh Maya itu benar bapak-ibu sekalian. Tidak usah takut masalah hasil, selama kita berusaha dengan baik, merawat tanaman seperti merawat anak sendiri kayak yang kita lakukan selama ini, saya yakin tanaman asparagus kita akan berhasil."

"Tapi pak kades, tetap saja itu nggak menjamin. Kalau untuk tanaman baru, kami mungkin cuma bisa kasih sedikit lahan disekitar tanaman kami."

Pak kades tetap tenang, urusan seperti ini sudah terbiasa baginya.

"Tidak! Kita harus total menanam tanaman itu bapak-ibu, tidak boleh setengah-setengah!" Ucap pak kades, matanya menyapu seluruh isi ruangan balai desa.

Para orang tua, pemuda, ibu-ibu, anak-anak yang berkumpul saling menatap. Mereka sama sekali belum yakin, meski harga tanaman itu tinggi, tapi resikonya juga tinggi. Apalagi Maya sempat bilang kalau asparagus adalah tanaman rewel, agak sulit dalam perawatan.

"Pokoknya kami tidak mau menggantungkan harapan pada yang tidak pasti?" Ucap salah satu bapak-bapak disana.

"Betul! Kalau pak kades dan mbak Maya mau menanamnya silahkan saja. Kami nggak ikut!" Teriak yang lain.

Perkumpulan mulai bergemuruh oleh bisik-bisik, beberapa setuju tapi lebih banyak yang ragu dan menolak.

"Sekarang begini pak, ibu. Soal menjamin, emang siapa yang bisa menjamin bahkan kalau kalian menanam singkong? Siapa yang bisa menjamin tanaman kalian berhasil bahkan ketika kalian menanam kangkung?"

"Peluangnya lebih tinggi pak kades!!!" Teriak seorang pemuda.

"Saya tahu!! Itulah poin pentingnya bapak ibu sekalian! Peluang itu bisa kita ciptakan sendiri. Dengan perawatan, ilmu, disiplin peluang itu bisa kita perbesar!" Jawab pak kades.

Maya mengangguk setuju, Laras juga, dan Gilang serta Sari juga. Karena hanya mereka yang sedari tadi 100 persen mendukung.

"Tapi, kalau tanaman kita gagal, siapa yang akan bertanggung jawab? Pak kades mau? Dan mbak Maya mau?"

Hening...

Pak kades kemudian bangkit dari duduknya, wajahnya tetap tenang seperti pagi dengan embun yang dingin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!