Di tengah gemerlap kota yang tak pernah tidur, hidup mereka terikat oleh waktu yang tak adil. Pertemuan itu seharusnya hanya sekilas, satu detik yang seharusnya tak berarti. Namun, dalam sekejap, segalanya berubah. Hati mereka saling menemukan, justru di saat dunia menuntut untuk berpisah.
Ia adalah lelaki yang terjebak dalam masa lalu yang menghantuinya, sedangkan ia adalah perempuan yang berusaha meraih masa depan yang terus menjauh. Dua jiwa yang berbeda arah, dipertemukan oleh takdir yang kejam, menuntut cinta di saat yang paling mustahil.
Malam-malam mereka menjadi saksi, setiap tatapan, setiap senyuman, adalah rahasia yang tak boleh terbongkar. Waktu berjalan terlalu cepat, dan setiap detik bersama terasa seperti harta yang dicuri dari dunia. Semakin dekat mereka, semakin besar jarak yang harus dihadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azona W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hayden
Pagi itu, langit Verona cerah. Terang. Lebih terang dari hari-hari yang Elena ingat semenjak tinggal di Petunia Hill. Cahaya matahari menembus jendela besar ruang tamu, menciptakan bayangan emas di lantai marmer.
Elena duduk di sofa, memandangi Adrian yang sibuk memeriksa beberapa berkas. Berbeda dari sebelumnya, pria itu kini melakukannya tanpa aura gelap yang menekan. Ia terlihat… normal. Seperti pengusaha biasa, bukan laki-laki yang dulu dikendalikan oleh masa lalu.
Namun Elena tahu, ketenangan ini hanya permukaan.
Gerbang yang dibuka tidak hanya membiarkan cahaya masuk, tapi juga dunia luar yang penuh bahaya.
Tak lama kemudian, Clara masuk sambil menunduk hormat.
“Tuan,” katanya pelan, “ada seseorang yang ingin bertemu Anda. Mereka mengklaim itu urusan lama.”
Adrian berhenti menandatangani kertas. Mata gelapnya bergetar sedikit.
“Siapa?”
Clara ragu, lalu menjawab, “Mr. Hayden.”
Nama itu membuat udara di ruangan menegang. Elena menelan ludah. Ia pernah mendengar nama itu di antara percakapan Clara dan rumor samar yang melayang di lorong-lorong rumah. Hayden adalah seseorang dari masa lalu Adrian, seseorang yang terlibat dalam bisnis keluarga Valtieri.
Bisnis yang Adrian tinggalkan.
Bisnis yang Isabella ingin Adrian tinggalkan bertahun-tahun lalu.
Adrian menutup map itu perlahan. “Bawa dia ke ruang depan.”
Ketika Clara keluar, Elena menatap Adrian.
“Kau yakin siap bertemu dia?”
Adrian menghembuskan napas panjang.
“Tidak, tapi aku tidak bisa terus bersembunyi dari masa lalu kalau aku ingin masa depan yang berbeda.”
Elena mendekat, duduk di sampingnya. “Aku di sini.”
Kata-kata itu sederhana. Tapi bagi Adrian, itu seperti jangkar yang menahan saat badai mulai menunjukkan tanda-tandanya.
Ia menatapnya lembut, dengan senyum yang nyaris tidak terlihat.
“Terima kasih, Elena.”
Beberapa menit kemudian, seorang pria berperawakan tinggi dengan rambut abu-abu memasuki ruangan.
Hayden.
Wajahnya keras, tatapannya tajam seperti seseorang yang sudah terlalu sering melihat kegelapan dunia.
“Adrian,” sapa Hayden, suara beratnya memenuhi ruangan. “Sudah lama.”
Adrian berdiri. “Hayden.”
Hayden menoleh pada Elena. “Dan ini pasti Elena. Orang yang membuatmu keluar dari permainan.”
Nada suaranya tidak menghina, tapi juga tidak ramah. Lebih seperti seseorang yang sedang menilai sesuatu yang baru.
Elena menahan napas, tapi berdiri tegak.
“Aku Elena,” katanya dengan suara tenang.
Hayden tersenyum tipis. “Kau punya keberanian. Itu membuatku mengerti sesuatu…”
Ia kembali menatap Adrian.
“Kau berubah. Dan itu masalah.”
Elena menegang. “Masalah… bagaimana maksudmu?”
Hayden menjawab tanpa mengalihkan tatapan dari Adrian, “Karena orang yang berubah menjadi baik selalu terlihat lemah di mata dunia yang kita tinggalkan, Elena. Dan dunia itu tidak pernah suka kehilangan salah satu pemain utamanya.”
Adrian mengepalkan tangannya. “Aku sudah keluar dari dunia yang kau maksud.”
Hayden tertawa pendek, getir. “Tidak ada yang benar-benar keluar, Adrian. Tidak dalam dunia yang kita tinggalkan.”
Elena bisa merasakan denyut jantungnya memukul cepat di dada.
Sementara itu, Adrian berdiri tegak, namun matanya menggelap.
Ini bukan lagi tentang masa lalu.
Ini tentang masa depan mereka, yang kini terancam oleh bayangan yang kembali muncul.
Hayden mendekat selangkah.
“Aku datang bukan untuk mengganggumu. Aku datang untuk memberi peringatan.”
“Peringatan apa?” tanya Elena pelan.
Hayden menatapnya, wajahnya lembut sejenak.
“Kau harus tahu, dunia luar tidak akan membiarkan kalian hidup tenang begitu saja. Ada yang tidak suka. Sangat tidak suka. Bahwa Adrian Valtieri tiba-tiba menghilang.”
Adrian menegang. “Siapa?”
Hayden menggeleng. “Seseorang yang tidak akan ragu menghancurkan apa pun yang kau sayangi demi membuatmu kembali.”
Elena merasakan kulitnya merinding.
Adrian melangkah maju, wajahnya berubah tegang. “Aku tidak akan kembali.”
Hayden menatap Elena. “Kalau begitu… jagalah dia. Dunia luar jauh lebih kejam dari tembok rumah ini.”
Dengan itu, ia melangkah pergi. Meninggalkan keheningan yang jauh lebih berat dari kedatangannya.
Elena memandang Adrian. “Adrian… siapa yang dia maksud?”
Adrian mengusap wajahnya, napasnya terdengar berat.
“Seseorang dari masa lalu. Seseorang yang bahkan Isabella tidak bisa hentikan.”
Elena mendekat, suara bergetarnya namun tegas. “Kita akan hadapi bersama.”
Adrian menatapnya. Kali ini bukan dengan obsesi, bukan dengan ketakutan, tapi dengan rasa takut kehilangan yang manusiawi.
“Elena… aku tidak ingin kau terluka karena aku.”
Elena menggeleng pelan.
“Aku sudah terluka tanpamu. Kali ini… aku ingin memilih luka yang bisa sembuh bersama.”
Adrian mengembuskan napas, suara tercekat. “Kau tidak tahu seberapa berbahayanya mereka.”
Elena menggenggam tangannya. “Kau juga tidak tahu seberapa kuat kita sekarang.”