"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
“Jadi beginilah struktur bangunan istana ini. Aku telah memperbaiki dan mencari arsitektur bangunan hebat sekaligus memadai.” Raja Mellvana menerangkan satu persatu bagian istana nya pada raja Bellvana dan keluarganya.
“Pilihan yang tepat, aku sangat salut dengan dirimu.” Raja Bellvana memuji apapun yang telah dijelaskan oleh kawannya. Ratu Reviya dan kedua putrinya sangat menyukai interior kerajaan Mellvana, kalau soal kemewahan, maka ibu dan anak itu sangatlah menyukainya.
Yarana hanya diam mendengar penjelasan raja Mellvana, ia terus saja melamun sejak datang disana.
“Bagaimana putri Yarana, apa kau suka berada disini?” Raja Mellvana beralih bertanya padanya.
“E..eh tentu saja. Interiornya bagus sekali.” Setelah mengatakannya dengan sedikit senyuman, Yarana berusaha untuk fokus dengan perbincangan yang sedang berlangsung.
“Oh benarkah? Aku juga punya paviliun yang indah.” Raja Mellvana menambah sedikit informasi lagi.
“Wah kedengarannya menarik ya!” Regina menyahut, padahal raja Mellvana sedang berbicara dengan Yarana.
“Tentu, kalian bisa mengunjunginya.” Raja Mellvana dengan senang hati menawarkannya.
“Bagaimana ibu? Ayo kita mengunjunginya esok?” Viola juga sangat tertarik dengan paviliun ini.
“Boleh-boleh saja. Tapi izinlah pada ayahanda kalian terlebih dulu.” Ratu Reviya meminta anak-anaknya izin pada raja Bellvana.
“Tentu, pergilah esok.” Yang mulia raja memberikan izin pada mereka.
“Terima kasih ayahanda.” Sebuah senyum merekah pada ibu dan kedua anak itu.
“Putri Yarana ikutlah bersama mereka juga.” Raja Mellvana meyakinkan Yarana untuk bersama saudari dan ibu tirinya.
“Eeh.. aku..” Yarana ragu untuk menjawabnya, apalagi bersangkutan dengan dua saudari tirinya.
“Sebetulnya, Yarana kesini untuk mempelajari sekaligus melihat perkembangan ekonomi kerajaan Mellvana.” perdana menteri menjelaskan maksud raja Bellvana membawa Yarana kesitu. Sementara Yarana, punya maksud tersendiri ikut ke istana ini.
“Itu bagus sekali. Paviliun terdapat banyak sekali rangkuman buku-buku bersejarah tentang perkembangan-perkembangan ekonomi kerajaan. Kau bisa mengambil materi dari sana, dan membahasnya dengan perdana menteri nanti.” Raja Mellvana terus membujuk Yarana agar mau pergi ke paviliun.
“Baik, aku juga akan kesana bersama kalian.” Ujar Yarana dengan lesu.
“Itu kabar yang baik sekali. Kita bisa menghabiskan waktu disana sepanjang hari.” Ucap Regina dengan semangat.
“Benar-benar, sudah lama sekali kita tak menghabiskan waktu bersama.” Viola menyahut lagi. Sahutan Regina dan Viola ditujukan pada Yarana. Mereka dengan senang hati ke paviliun bersama Yarana.
“Mungkin, aku bisa berpura-pura kesana dan mengambil beberapa materi. Agar aku bisa terus mengawasi gerak-gerik perdana menteri.” Batin Yarana. Apapun yang ia lakukan, semata-mata hanya untuk menyelidiki kasus yang terjadi. Tak lebih dari itu.
“Yasudah, kalian istirahatlah! Esok kita akan kesana.” Imbuh ratu Reviya. Makin tidak enak lah firasat Yarana. Ia yakin, sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Ya-ya, silahkan beristirahat. Para pelayan ini akan mengantar kalian keruangan kalian.” Raja Mellvana memerintahkan beberapa pelayan untuk mengantar bangsawa-bangsawan yang bertamu menuju tempat istirahat. Sementara ia, raja Bellvana dan perdana menteri Qwera akan lanjut berbincang di ruang pertemuan.
“Putri, aku punya firasat yang tidak baik mengenai hari esok.” Vello sudah sangat-sangat tidak bisa berpikir hal baik.
“Benar, aku pun sama. Tapi, mau sampai kapanpun aku menghindar, mereka tetap akan mengincarku. Jadi, mau tak mau kita harus mengikuti alur mereka.” Yarana sudah siap atas apapun yang akan terjadi.
“Tapi tetap saja, kau harus berhati-hati!” Vello tak pernah hentinya mengingatkan Yarana. Karena ia tahu betapa bahayanya saudari tiri dan ibu tiri Yarana.
“Tentu saja. Aku akan sangat berhati-hati.” Ujar Yarana dengan tersenyum, lalu masuk keruangan yang telah disiapkan untuk beristirahat.
“Wah, hari ini melelahkan sekali.” Yarana merebahkan dirinya di kasurnya. Kasurnya luas dan begitu empuk sekali.
“Apa dia sudah menemukan barang bukti?” Yarana bertanya-tanya lagi tentang keadaan Nares.
“Ataukah dia tak menemukan apa-apa?”
“Sudahlah, kenapa aku harus memikirkannya. Cukup tunggu saja kabar darinya. Aah… kenapa sih, pikiranku ini terus memikirkannya.” Yarana menutup wajahnya dengan sebuah bantal. Bukannya pikirannya menjadi jernih saat ingin beristirahat, malah justru teringat wajah Nares.
“Hah..” Ujarnya seraya melempar bantal.
“Kenapa bisa ada wajah Nares dibantal itu?”
“Tidakk… tarik nafas Yarana. Lalu hembuskan.” ujarnya berusaha merilekskan tubuhnya.
“Mulai sekarang, jangan memikirkan apapun tentang dirinya yaa…” Yarana menarik nafas dan menghembuskannya lagi.
“Sepertinya ini manjur.” Akhirnya ia tak terpikir tentang Nares untuk sejenak.
*******
“Maaf, tapi racun ini sangat langka. Tidak ada yang memproduksinya disini.” Seorang kakek tua ahli racun menggeleng pada Nares
“Kau sungguh tidak tahu?” Nares lanjut mengintrogasi lagi.
“Tidak, aku tak tahu. Racun ini sangatlah berbahaya! Jadi aku tidak pernah terpikirkan untuk membuatnya.” Ahli racun ini sama sekali tidak berniat membuat racun seperti itu. Hanya manusia keji, yang mau membuat racun begitu. Di seumur hidupnya, kakek tua ini hanya membuat racun sebagai penawar bisa ular.
“Baiklah, terima kasih.” Nares berjalan pergi meninggalkan kakek tua tersebut.
Di Perjalanan kembali, ia melihat sebuah nenek tua yang sedang menjual jepit rambut perempuan. Karena merasa iba, Nares pun membelinya. Nares menghampiri nenek tua itu dan mengambil sebuah jepit rambut keemasan dengan warna coklat tua.
“Warna itu sangat cantik. Tapi, biasanya wanita yang kemayu dan lemah lembut akan menyukai warna pink atau kebiruan nak.” Nenek tua menjelaskan agar Nares tidak salah dalam memilih.
“Tidak nek, aku rasa ini warna yang pas. Sebab ia sama sekali tidak kemayu, juga tidak lemah lembut.” Nares dengan intonasi datar mengatakan dengan jujur. Ia membelikan Yarana jepit rambut ini, sebagai permintaan maaf karena sering berkata yang tidak baik pada Yarana.
“Ahahaa.. tidak apa. Warna coklat juga melambangkan kekuatan, kehangatan, dan keamanan. Mungkin ia tidak seperti gadis pada umumnya, tapi kau pasti menemukan 3 hal yang tadi aku sebutkan bukan?” Nares mencerna kalimat tersebut beberapa menit.
“Mungkin saja.” Ujarnya menjawab pertanyaan nenek tua dengan wajah tanpa ekspresi. Ia lalu memberikan sekantong kecil koin emas.
“Nak, ini terlalu banyak.” Nenek tua merasa tak enak hati menerima sebanyak itu.
“Tidak apa nek.” Nares kemudian melanjutkan perjalanannya.
“Gadis yang disukainya, pasti beruntung. Atau mungkin, mereka berdua sama-sama beruntung memiliki satu sama lain.” Ujar nenek tua menatap punggung Nares, yang kian menghilang dengan kereta kudanya.
*bersambung