NovelToon NovelToon
Heaven'S Flawed Judgment

Heaven'S Flawed Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Ahli Bela Diri Kuno / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Formasi Langit Yang Tidak Sempurna!

Keesokan harinya.

Langit pagi itu seperti cermin yang baru dipoles. Cerah, bersih, dan memantulkan kilaunya di atas perahu spiritual yang melesat cepat menembus kabut lembut wilayah selatan Negara Gizo. Angin membawa aroma embun dan daun basah, menyapu pelan permukaan perahu yang berlapis cahaya pelindung hijau pucat. Burung-burung roh melintas jauh di bawah, sementara bayangan lembah dan hutan terbentang luas bagai lukisan tinta di bawah langit yang tanpa batas.

Di atas perahu, Lu Mo perlahan membuka matanya dari meditasi. Gerakan kelopak matanya setenang air di telaga musim gugur, namun di balik itu, mengalir kekuatan yang tidak dapat dijelaskan oleh kata. Ia berdiri perlahan, tubuhnya bergerak ringan tanpa suara, lalu meregangkan bahu dan tangan seolah mengusir sisa energi yang berputar di meridian.

Dengan langkah tenang, ia berjalan ke depan, tangan di belakang tubuhnya, matanya menatap ke arah cakrawala. Qi bumi di wilayah itu terasa lebih padat, seperti uap halus yang tidak tampak, namun menekan setiap hembusan napas. Lu Mo tahu, mereka sudah hampir tiba di wilayah yang disebut Kolam Petir Neraka.

Qingwan, yang sejak tadi tenggelam dalam meditasi ringan di bagian belakang, perlahan membuka matanya. Begitu pandangannya menemukan sosok Lu Mo yang berdiri di ujung perahu, aura dingin yang terpancar dari pria itu membuatnya ragu untuk berbicara. Namun rasa hormat mengalahkan rasa takut. Ia menegakkan tubuhnya, lalu melangkah perlahan ke depan, setiap langkah dijaga agar tidak menimbulkan suara, seperti seseorang yang berjalan di atas es tipis.

“Sebentar lagi kita akan sampai, Senior,” katanya lembut. “Gerbang masuknya tersegel oleh formasi langit yang sangat rumit. Tidak terlihat oleh mata biasa. Tapi guru pernah menceritakan padaku posisi pastinya, jadi Senior tidak perlu khawatir.”

Lu Mo mengangguk ringan. “Bagus,” suaranya dalam dan dingin. “Setidaknya aku tidak sia-sia membawamu.”

Qingwan menunduk dalam, menahan napas sejenak, lalu memberanikan diri. “Senior…” katanya, suaranya gemetar tapi jelas. Lu Mo menoleh cepat, tatapannya tajam seperti pedang yang baru diasah. Qingwan menelan ludah sebelum melanjutkan, “Terima kasih telah menyelamatkanku waktu itu. Jika tidak ada Senior, aku mungkin sudah mati.”

Angin berhembus kencang sesaat, membawa keheningan yang aneh. Lu Mo tidak langsung menjawab. Pandangannya tetap tertuju ke depan, ke arah cakrawala yang jauh, di mana kilatan-kilatan cahaya samar mulai tampak di udara. Akhirnya, ia berkata dengan nada datar, “Aku menyelamatkanmu karena tawaran bagus dari Daoyo Feng. Jangan salah sangka dengan pertolonganku.”

“Aku tahu, Senior,” ujar Qingwan pelan, namun kali ini suaranya sedikit lebih tegas. “Tapi tetap saja… aku harus berterima kasih. Karena nyawa tidak bisa ditukar dengan apapun.”

Lu Mo menatapnya sekilas, kemudian mengangguk tanpa ekspresi. “Baiklah. Aku menerima ucapan terima kasihmu itu.”

Senyum tipis muncul di bibir Qingwan. Lembut, tapi membawa ketenangan yang seolah menembus hawa dingin di sekitar mereka. Lu Mo sempat menatap sekilas senyum itu, tapi dengan cepat memalingkan wajahnya, seolah cahaya itu terlalu silau untuk dipandang lama-lama.

“Selama perjalanan ini,” katanya kemudian, suaranya dingin kembali, “jangan pernah bertindak di luar perintahku. Jika tidak…” Ia berhenti sebentar, lalu menatap Qingwan dengan tajam. “Aku akan meninggalkanmu di dalam Kolam Petir Neraka.”

Darah Qingwan seakan membeku. Ia segera menunduk, “Baik, Senior. Wan’er akan patuh.”

Kata terakhir itu membuat Lu Mo sedikit menoleh. Alisnya berkerut. “Wan’er?” tanyanya datar.

Qingwan menunduk semakin dalam, wajahnya memerah. “Iya, itu… nama panggilanku sejak kecil.”

Lu Mo menatapnya dalam-dalam beberapa detik. Jarak mereka hanya satu lengan, cukup untuk membuat Qingwan bisa merasakan hawa dingin dari tubuh Lu Mo menyelimuti udara di antara mereka. Tapi kemudian pria itu menggeleng pelan dan kembali menatap ke depan. “Hmph.”

Udara di sekitar mereka berubah. Lu Mo merasakan sesuatu, denyutan formasi langit yang samar. Ia mempersempit matanya, merasakan tekanan spiritual yang semakin pekat. “Kita sudah dekat,” gumamnya.

Setengah jam kemudian, di bawah mereka terbentang lembah berbatu yang gelap dan padat dengan Qi. Udara di sana bergetar, dan sesekali kilatan ungu samar muncul di celah bebatuan. Qingwan menunjuk ke arah batu besar di sisi timur lembah.

“Senior, batu itu tanda yang disebutkan ayahku. Di atas batu itu ada formasi langit yang menyembunyikan gerbang masuk. Tidak akan terlihat oleh mata biasa.”

Lu Mo menatap ke arah batu itu, lalu menurunkan perahu spiritual perlahan. Cahaya hijau di sekeliling perahu meredup hingga akhirnya mereka mendarat dengan lembut di tanah. Begitu kaki Lu Mo menyentuh tanah, energi di sekitarnya bergetar, seperti tunduk pada kehadirannya. Ia mengayunkan tangan, dan perahu spiritual itu perlahan menyusut lalu lenyap, tersimpan kembali ke dalam cincin penyimpanan di jarinya.

“Tunggu di sini,” katanya datar, lalu berjalan ke arah batu besar itu.

Ia berhenti beberapa langkah di depannya, lalu mengangkat tangan dan membentuk segel rumit di udara. Ujung jarinya memancarkan cahaya biru kehijauan, dan dalam sekejap pupil matanya berubah menjadi hijau zamrud. Dunia di sekitarnya seolah berubah bentuk. Ia bisa melihat jalinan rune dan garis-garis formasi spiritual yang melilit di udara di atas lembah, bagaikan jaring laba-laba cahaya yang tak terlihat oleh manusia biasa.

Formasi itu berwarna ungu pekat, menyatu dengan langit, mengalir seperti air namun tajam seperti bilah pedang. Lu Mo memperhatikannya dengan teliti, matanya menyapu setiap simpul rune.

“Formasi besar, tapi tidak sempurna,” gumamnya lirih. “Jika seseorang membawa artefak tingkat tinggi, gerbang ini akan terbuka dengan mudah.”

Ia mengangkat tangannya, membentuk segel baru. Formasi kecil berwarna biru terang muncul di udara di depannya, berputar perlahan seperti bunga yang mekar di udara. Dengan gerakan cepat, ia menyalurkan Qi ke dalam formasi itu, lalu melepaskannya ke langit.

Qingwan menatap, matanya lebar. Ia tidak bisa melihat formasi besar di langit, tapi bisa merasakan tekanan spiritual yang berat dari teknik yang digunakan Lu Mo. Udara di sekelilingnya menjadi padat, seolah setiap partikel udara penuh dengan energi.

Formasi kecil milik Lu Mo bertabrakan dengan formasi langit. Cahaya ungu dan biru saling beradu di udara, membentuk pola kilat halus. Lu Mo tetap tenang, tangannya terus bergerak membentuk segel baru. Api biru keluar dari telapak tangannya, menyatu dengan Qi murni yang berputar di udara. Lalu ia mengangkat tangannya tinggi, dan energi itu melesat ke langit dengan kecepatan luar biasa.

Ledakan cahaya biru menyelimuti langit lembah. Dalam beberapa detik, formasi langit bergetar, lalu berubah warna menjadi ungu kebiruan. Simpul rune yang tadinya tidak stabil kini bergerak serempak, menyatu dengan kehendak Lu Mo. Ia telah menaklukkannya.

“Buka,” ucapnya pelan.

Tangannya menempel di batu besar itu, dan suara retakan halus terdengar. Batu itu bergetar, lalu tanah di sekelilingnya berdenyut. Angin berputar liar, membawa debu dan daun-daun kering beterbangan. Qingwan menatap dengan kagum, matanya memantulkan cahaya yang muncul di hadapan mereka.

Perlahan, sebuah gerbang besar muncul. Dindingnya berkilau seperti cermin air, diwarnai pusaran energi berwarna-warni, seperti langit malam yang terbelah.

Lu Mo menoleh ke arah Qingwan. “Ini gerbang yang dimaksud?”

“Tunggu, Senior. Wan’er harus memastikan dulu,” jawab Qingwan cepat, lalu maju ke depan. Ia berdiri di samping Lu Mo, menatap pusaran itu dengan penuh kehati-hatian. Tangannya bergerak membentuk segel kecil, mencoba menyesuaikan energi gerbang dengan petunjuk dari gurunya. Setelah beberapa saat, ia mengangguk mantap. “Benar, ini gerbangnya, Senior.”

Lu Mo memandangnya sebentar, lalu tanpa banyak bicara, ia menunduk sedikit dan meraih tangan Qingwan. Kulit jarinya dingin seperti batu giok.

“Jangan salah sangka,” katanya dingin. “Ini agar kita tidak terpisah saat berteleportasi. Aku tidak ingin membuang waktu mencarimu.”

Qingwan hanya sempat mengangguk sebelum tubuhnya ditarik masuk bersama Lu Mo ke dalam pusaran cahaya. Gerbang itu menelan mereka, meninggalkan lembah yang kembali sunyi.

Beberapa detik setelah itu, gemuruh lembut terdengar. Pusaran cahaya perlahan menghilang, dan lembah itu kembali tampak seperti biasa, sepi, tenang, dan misterius. Namun di udara masih tersisa gema energi biru yang perlahan memudar.

1
Didit Nur
YUKARO 🤗😘😘😘
Didit Nur
YUKARO sangat cerdas 😘
Doddy kun
Lumo sangat cerdik. menggunakan kesempatan untuk memperkuat diri 💪
YAKARO: Yoi. terimakasih🙏
total 1 replies
Doddy kun
proses pengobatan yang sangat sulit
Doddy kun
mantap lumo
Doddy kun
Ceritanya bagus, cukup memuaskan sejauh ini. perkembangan MC juga cepat, jadi GK ngebosenin. bintang lima thor 🤟
WaViPu
Up banyak thor
WaViPu
Mantap Lumo, kau paling best
Doddy kun
semakin menarik
WaViPu
Hahaa tetua nya aneh banget, Tiba-tiba pingin menjadi murid Lumo
Doddy kun
mantap lanjutkan
Don Pablo
Oke, Lumo mencoba bermain dengan api 🔥
Doddy kun
mantap thor. perkembangan nya cepat 💪
Doddy kun
wkwkwk. ngopo kui wedok an aneh 🤣
Doddy kun
mantap thor, gass terus
Adrian Koto
cerita kolosal ada nuansa misterinya 🙂👍
HUOKIO
Disturbing banget Thor 😁
Don Pablo
untuk awal bagus, tapi kalau menurun kualitas nya, ku turun kan bintang nya😛
Don Pablo
melepaskan anak panah🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!