NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:320
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 26

Hari kelulusan sekolah pun tiba, banyak murid-murid yang mencoret seragam sekolahnya dengan warna-warni dan tanda tangan. Aruna begitu bersemangat, di bagian dada kanannya---yang tidak terdapat saku sekolah, sudah terdapat tulisan 'Milik Arjuna'. Misel, Karin dan Ethan berdecak tidak menyangka. Pasalnya, tulisan tersebut pas sekali di bagian dadanya.

"Nah, terus Arjuna suruh tanda tangan di bagian dada lo! Bagus-bagus!" Karin meledek dengan senyuman lebar.

Ethan tersenyum licik. Lelaki itu mendekati kekasihnya dan berbisik. "Kamu sekalian dong, di dada sama di rok sekolah---bagian belakangnya!" Ethan mengerlingkan matanya dengan genit. Misel melongo tidak percaya, lekas menepuk lengan Ethan dengan kesal.

"Ethan! Kamu tuh kenapa sih, pikirannya mesum terus?!" Semburnya kesal dengan wajah merengut.

Ethan lantas mencubit bibir Misel yang mengerucut. "Salah kamu, bikin aku pengen mesumin terus!" Pipi Misel bersemu merona.

"Jangan aneh-aneh, kita masih di kelas!"

"Oh, kalau nggak di kelas emangnya kenapa sih? Lagian, nggak akan ada yang bisa lihat kita. Tuh, mereka pada sibuk sendiri-sendiri juga!" Tunjuknya pada yang lain, mereka sibuk memberi tanda tangan dan berbincang serta berfoto. Aruna masih bercanda dengan Misel.

Ethan? Sudah jelas mojok bersama Misel. Jemari lelaki itu, bahkan sudah kurang ajar dengan masuk ke dalam rok sekolah Misel. Gadis itu melotot garang menatapnya.

Misel lantas langsung berdiri. "Ayo, kita ke lapangan! Gabung sama yang lainnya!"

Ethan langsung tersenyum kecut. "Nggak usah deh, sini aja!"

"Ayo! Kita ketemu Juna!" Ajaknya penuh semangat, membuat ketiga temannya mau tak mau menurut. Menemani si tuan putri bertemu pangerannya.

Aruna celingak-celinguk di antara banyaknya siswa yang sedang merayakan kelulusan. Matanya mencari sosok Arjuna yang berdiri bersama Raka. Aruna lantas berlari memeluknya, membuat Arjuna tertawa.

"Sayang! Kamu tanda tangan disini dong."

Aruna menunjuk dadanya, membuat Arjuna tertawa geli. Matanya menyorot Raka tajam, yang ikut melirik apa yang Aruna tunjuk.

"Jangan lihat-lihat, jaga mata!" Peringatnya ketus, membuat Raka mencebikkan bibirnya kesal.

"Lah, cewek lo sendiri yang aneh dan sedeng!" Sindir Raka blak-blakan.

"Halah, jomblo mah diam aja. Bilang aja, lo iri kan?" Ethan langsung membalas ucapan tajam Raka. Baguslah, Aruna tidak perlu repot-repot membalas Raka.

"Ethan, udah ih jangan bicara asal." Misel memegang lengannya erat, membuat Ethan menoleh dengan senyuman tertahan.

"Tumben, mau peluk-peluk manja duluan. Ada apa nih? Mau ngajak mojok?" Bisiknya di akhir kalimat.

Misel lantas mencubitnya dan melepas genggamannya pada lengan Ethan. Mereka lantas ikut merayakan dan bergabung dengan teman-temannya yang lain. Sejak tadi, Aruna tidak melihat sosok Sisil di antara kerumunan banyak siswa. Biasanya, gadis itu kan selalu bersama Raka.

Hingga siang hari, Arjuna mengajak mereka semua bertemu nanti malam. Lelaki itu menyebutkan alamatnya di salah satu restoran mewah.

"Pakai dress code ya! Warnanya pink pastel!" Sahut Aruna membuat kedua sahabatnya mengangguk setuju. Kemarin, Arjuna sudah membelikan baju tersebut untuknya, cantik sekali.

"Dih, gue sih ogah Run!" Ethan menatapnya tidak suka.

"Ya udah deh, terserah! Yang penting baju rapi, keren dan kemeja."

Kening Raka mengkerut heran. "Emang acara apaan sih? Tumben banget cuma ajak makan di restoran mewah kaya gitu,"

"Datang aja ya! Gue sama Aruna pamit duluan!" Arjuna menarik lengan kekasihnya dan membawa menuju mobilnya.

Sepanjang jalan, Aruna bersenandung riang menatap jalanan yang ramai dan macet. "Jun, kok nggak lihat Sisil ya? Dia berangkat?"

Arjuna lantas menggeleng. "Nggak berangkat kayaknya."

Aruna mengangguk, lantas suasana hening. Sampai di apartemen, Arjuna tidak bisa mengantarnya masuk. Jadi, Aruna berjalan masuk sendiri. Begitu masuk apartemen, dirinya begitu kaget melihat Lila dan Anggara yang sedang makan berdua sambil menonton televisi.

"TANTE LILA!" Aruna hendak memeluknya, namun Anggara segera menghalangi.

"Mandi dulu! Baju kamu kotor, Aruna!" Aruna meringis.

"Iya ih! Dasar suami posesif!" Ledeknya berlari menuju kamar. "Habis mandi, Aruna peluk ya!"

Lila tertawa mendengarnya. Kali ini dirinya datang atas permintaan Arjuna. Pin apartemen dan yang lain-lain, tentu saja Arjuna yang memberi tahu. Alasan Lila dan Anggara datang, untuk menemani Aruna di acara pertunangan malam nanti. Aruna sudah tahu, karena mendesak Arjuna dengan cara menggodanya.

"Ternyata, Aruna udah besar ya." Anggara mengangguk.

"Bagi aku, dia masih anak kecil yang nakal. Minta mainan harus di turutin terus," Lila tertawa mendengarnya, mengingat Aruna kecil yang tidak mau pulang jika tidak dibelikan mainan baru.

Menjelang malam hari, Aruna sudah berdandan cantik layaknya Putri Aurora yang siap bertemu sang pangeran dengan gaun pink pastelnya. Lila dengan telaten menata rambut Aruna, membuatnya curly di bagian bawah. Terakhir, dia memakaikan sebuah kalung liontin kecil berbentuk love, pemberian spesial dari Arjuna.

Selesai bersiap dengan cantik, Aruna menatap pantulan dirinya di cermin. "Bagaimana tuan putri, sudah siap bertemu pangeran?" Lila bertanya dengan menggoda.

"Siap dong, makasih ya ibu peri!" Aruna memeluknya singkat.

Anggara membuka pintu kamarnya setelah mengetuk, lelaki itu tersenyum lebar menatap keduanya.

"Ayo berangkat!" Ajaknya membuka pintu lebar, mempersilahkan keduanya keluar.

Mereka berangkat menaiki mobil milik Anggara, lelaki itu datang dari rumahnya membawa mobil Aruna duduk di belakang sendiri.

"Aduh, jantung Runa rasanya kok deg- degan mau copot ya, Tante?"

"Tandanya, kamu masih hidup." Jawab Lila tertawa ringan.

"Papa kamu, udah kamu hubungi?" Anggara bertanya, menatap kaca mobilnya yang menghadap wajah Aruna.

"Juna yang bilang, dia minta ijin kok sama Papa---beberapa hari yang lalu." Anggara mengangguk, tidak bertanya lagi.

Sampai di tempat yang di tuju, suasana sepi---karena keluarga Arjuna sudah menyewa tempat tersebut. Aruna turun bersama Anggara dan Lila. Dari kejauhan, Aruna melihat Wina datang dan melambaikan tangan.

"Tante nggak telat kan?" Wina menyapa dengan senyuman anggun.

"Nggak dong! Makasih ya Tante, udah datang kesini." Ucap Aruna dengan tulus.

"Sama-sama sayang, malam ini kamu cantik sekali!" Sahutnya antusias.

Aruna tersipu. "Tante bisa aja! Aruna cantik juga di make up sama Tante Lila, kenalin Tan---ini Tante Lila, adiknya mama aku!" Wina tersenyum dan menyodorkan tangannya.

"Wina, tetangga samping apartemen Aruna!"

"Lila, kalau ini suami saya Anggara!" Anggara mengangguk sopan.

"Makasih ya mbak, udah jagain Aruna dan jadi temannya Runa." Lila memulai percakapan sambil berjalan menuju tempat.

"Sama-sama mbak, lagian Aruna tuh asik jadi teman. Jadi, kita berdua nggak kesepian deh."

Mata Aruna menatap beberapa sahabatnya dan keluarga Arjuna yang ternyata sudah datang dan lengkap. Acha dan Renata lantas mendekat padanya, menyapa ramah. Arjuna masih terdiam dengan pandangan mata menyorot Aruna dalam. Begitu terpesona dengan gadis cantik dan anggun tersebut. Aruna tampak lebih kalem dan tenang. Meski begitu, Arjuna juga menyukai sisi agresif Aruna yang suka menggoda.

"Ini acara apaan sih, kok ada keluarga Arjuna sama Aruna?" Ethan berbisik lirih. +

"Mereka kan tunangan," Sahut Misel dengan santai.

"Hah? Serius kamu?!" Wajah Misel tampak serius tidak ada raut jenaka.

"Aku pikir, kita duluan yang bakal tunangan terus nikah. Malah mereka duluan, habis ini nyusul yuk?" Ajak Ethan mencolek pinggang ramping Misel. Gadis itu melotot dan melirik sinis.

"Jangan aneh-aneh ih!" Peringatnya yang hanya di anggap angin lalu.

"Serius ini acara tunangan?" Raka mendekat di antara mereka bertiga. Lelaki itu bertanya penasaran.

"Emang, lo baru tahu?" Karin menatapnya jutek.

Raka mengangguk, meskipun kaget. Lelaki itu kembali duduk tenang ketika Papa Arjuna, membuka suara dan menyapa mereka. Aruna celingak- celinguk mencari keberadaan papanya.

"Papa kamu nggak datang," Bisik Wina lirih.

"Loh, Tante tau darimana? Hubungan Tante sama papa, nggak jadi lanjut kan?" Aruna bertanya penasaran, setelah dirinya tidak lagi mencampuri keduanya. Aruna lebih fokus untuk masa depannya dan Arjuna.

"Cuma teman ngobrol biasa, nggak lebih. Nih, kalau mau baca." Wanita itu menyodorkan ponselnya, membuat Aruna membaca percakapan antara papanya dan Wina.

Matanya berkaca-kaca dan jemarinya mengepal. Perasaan kecewa melingkupi hatinya.

"Kayaknya, aku emang bukan anaknya lagi." Bisiknya dengan serak, mengembalikan ponsel Wina.

"Maaf, Tante cuma mau ngasih tahu. Jangan sedih dulu, ini malam bahagia kamu ya?" Wina mengusap bahunya dengan lembut.

Aruna mengangguk dan memasang senyuman lebar. Sayangnya, Arjuna tahu senyuman tersebut. Senyuman Aruna terlihat pahit dan sendu. Hingga acara berjalan pun, Aruna mencoba fokus meski matanya berkaca-kaca.

Selesai acara bertukar cincin, Arjuna mengajak Aruna makan dan duduk berdua.

"Are you okay sayang?"

Aruna menggeleng, gadis itu merentangkan kedua tangannya--- kode minta di peluk.

"Aku sedih, Jun!"

"Minum dulu," Arjuna melepas pelukan, lelaki itu memegang gelas berisi minuman dan membantu Aruna minum. "Lebih tenang kan, kalau minum manis.

Sekarang mau cerita?"

"Om Himawan nggak datang,"

Arjuna mengangguk, tidak menyela--- meski mulutnya ingin protes dengan panggilan Aruna pada papanya yang tidak sopan.

"Kenapa coba?" Arjuna menggelengkan kepalanya tidak tahu. "Karena Sisil sakit hati, terus dia nggak mikirin aku yang juga sakit hati--- waktu dia jodohin kamu sama Sisil?! Dia bukan papa aku, dia cuma lelaki brengsek yang datang di hidup Mama, Jun!"

Aruna mulai menangis dan Arjuna segera memeluknya, tidak tega. Dadanya ikut sesak mendengar tangisan Aruna. Arjuna lantas melepas pelukan dan memegang kedua bahu Aruna.

"Ada aku, kamu nggak perlu bergantung sama Om Himawan lagi." Sahutnya meyakinkan, mengusap air mata Aruna dengan lembut.

Aruna mengangguk. "Aku benci dia, Jun! Aku nggak mau anggap dia ada di hidupku," Arjuna mengangguk, mengusap-usap punggung rapuh Aruna.

"Iya sayang, apapun yang mau kamu lakukan---aku dukung."

"Jangan tinggalin aku, Jun?" Pintanya memohon.

Arjuna tersenyum dan mengangguk tegas. "Pasti, aku selalu mau sama kamu. Udah dong sayang, kita balik kumpul yang lainnya yuk?" Ajaknya menyodorkan tangannya.

Aruna menerima dengan antusias. "Siap pangeran katak!" Ledeknya menatap Arjuna.

"Oh, terus kamu harus mencium bibir aku---biar aku berubah jadi pangeran tampan? Benar begitu, tuan putri Aruna Dewangga?"

Pipi Aruna bersemu malu. "Jun, kalau aja ini di apartemen---aku cium bibir kamu sampai lemes." Bisiknya menggoda.

"Dasar ya, agresif banget sih tunangan ku. Kayaknya, hobi kamu menggoda aku ya?"

Aruna mengangguk dengan semangat. "Lagian kamu, awalnya aja sok-sokan nolak. Akhirnya, juga suka ciuman kan sama aku!" Cibirnya terang-terangan.

Arjuna tertawa. "Siapa coba yang nolak, diajak ciuman sama cewek idamannya."

Mata Aruna menoleh kaget. "Idaman? Jadi cewek sexy dan centil kaya gini yang kamu suka? Ih, aku pikir ya--- selera kamu tuh cewek kutu buku, pendiam terus---" Arjuna lantas mencubit bibir Aruna gemas.

"Kalau bukan di tempat ramai, udah aku cium kamu sampai lemes dan merem melek." Bisik Arjuna menggoda balik, hingga Aruna menutup mulutnya dengan tangan.

"IH TAKUT BANGET LOH! Tapi, aku suka sih kalau kamu mulai nakal," Bisik Aruna menahan senyum. Arjuna menggelengkan kepalanya dan menggenggam jemari Aruna, mengajak kembali. Sebelum dirinya benar-benar merealisasikan apa yang ada di pikirannya, apalagi malam ini- --Aruna cantik sekali.

Keduanya kembali ke tempat yang lainnya berada. Mereka saling mengakrabkan diri dan bercerita. Aruna suka, meskipun ada sudut perih di hatinya. Biarlah, dia sudah terbiasa tanpa ada papanya. Selama ada Arjuna, semua hal mau Aruna hadapi.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!