tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DELAPAN BELAS
Alex melangkah santai keluar dari markas, dia berencana ke kafe menjemput pacarnya.Dia masih penasaran dengan siapa gadisnya bertemu, sedangkan dia tidak berani bertanya takut mengganggu kenyamanan Gladis.
"Kemana? " tanya Kevin yang baru memarkirkan motornya, dia yang hendak masuk terhenti ketika melihat Alex keluar dari markas.
"Pulang" jawab Alex singkat, lalu berlalu pergi tanpa peduli dengan kebingungan Kevin.
"Gak biasanya dia pulang jam segini, ini aja belum siang" batin Kevin bingung. Tapi sesaat kemudian dia mengedikkan bahunya, mungkin punya urusan, pikir Kevin. Lalu melangkah masuk ke dalam markas.
***
"Pagi ini ada rencana keluar? " pagi-pagi sekali Alex sudah menelfon Gladis, omong-omong mereka sudah bertukar nomor dan Gladis juga sudah menceritakan pada Alex tentang dia yang di besarkan di panti dan belum lama ini dia di jemput oleh keluarga nya. Tapi Gladis tidak memberitau dia dari keluarga mana.
"Ada kak, rencananya setelah sarapan aku mau ke kafe yang ada di depan Nia Fashion kak" jawab Gladis.
"Kafe? Untuk apa? Cari kerja? " tanya Alex, dia ingat pernah bertemu Gladis di supermarket yang ternyata untuk mencari kerja.
"Bukan kak, sebelumnya karna aku tinggal di panti makanya cari kerja. Tapi sekarang keluarga ku gak bolehin aku kerja".
"Ehm, aku juga gak izinin kamu kerja".
"Kenapa? "
"kalau kamu butuh uang, aku bisa kasih kamu uang".
"Aku gak mau bergantung sama kakak".
"Kalau gitu kamu kerja sama aku aja, setiap hari nemenin aku, seminggu gajimu 10 juta gimana? " tanya Alex, memang tawaran yang sangat menguntungkan.
"Gak ah, rasanya kayak aku porotin" tolak Gladis.
"Ok! kerja aja, jangan salahkan aku kalau tempat kamu kerja aku bakar"
"Udah kak, lagian aku juga gak di kasih izin kerja sama orang tuaku " ucap Gladis kesal. Alex hanya tersenyum mendengar kekesalan gadisnya, sebenarnya itu bukan sekedar ancaman saja tapi dia benar-benar akan melakukan nya.
"Ke kafe buat apa? " tanya Alex kemudian.
"Mau ketemu seseorang kak".
"Siapa? ".
"Om ku ".
"Ehm, tunggu di sana, nanti aku jemput".
Percakapan lewat telepon tadi pagi masih saja di ingatnya dengan bibir terus tersenyum, tapi mengingat Gladis bertemu dengan seseorang kembali membuatnya penasaran, ketemu om? Kenapa tidak bertemu di rumah saja? Kenapa mesti di luar?
Tidak lama kemudian, Alex sampai di kafe tempat Gladis berada. Dari arah parkir dia bisa melihat gadisnya yang memakai baju overall warna soft pink dengan dalaman baju kaus berlengan pendek warna putih, rambutnya yang tergerai sepinggang semakin menambah aura feminim gadis tersebut. Sangat berbeda ketika pertama kali mereka bertemu yang terkesan tomboy. Tapi kening Alex berkerut, bagaimana tidak, orang yang di temui gadisnya tidak terlihat seperti om-om.
"kakek-kakek bukan sih? kenapa Gladis bilang om? " batin Alex bingung. Bisa dia lihat gadisnya berbicara serius dengan laki-laki tua di depannya melalui dinding kaca kafe tersebut.
Akhirnya Alex memutuskan untuk segera bertemu dengan Gladis.
*******
"Sayang".
DEG!!
Gladis terkejut mendengar panggilan seorang laki-laki yang memakai masker padanya, tentu dia kenal dengan laki-laki itu. Siapa lagi kalau bukan pacarnya? Rona di pipinya tidak bisa dia hindarkan, dia malu dan salting sendiri membuat Gladis menutup wajah dengan kedua tangannya.
Namun berbeda dengan keadaan tuan Thomas ketika melihat Alex, walaupun laki-laki itu memakai masker tapi dia sangat mengenali laki-laki tersebut. Jantung laki-laki dewasa itu semakin berdegup kencang ketika mendapati tatapan tajam dari Alex.
"Benar-benar mirip pabriknya, tapi lebih serem ini gak sih? " batin tuan Thomas, bahkan tubuhnya menegang saat merasakan aura Alex yang sangat mengintimidasi, mentalnya benar-benar tertekan.
Alex duduk di samping Gladis dengan santai, tatapan tajamnya masih berpusat pada tuan Thomas, membuat laki-laki dewasa tersebut berkeringat dingin. Gladis yang merasa aneh pun membuka tangannya yang sedari tadi di wajahnya. Dapat dia lihat bagaimana keadaan di samping dan di depannya. Dia merasa kasihan melihat tuan Thomas yang tertekan seakan bernapas pun sulit, walau pun dia bingung alasan tuan Thomas seperti itu.
"Semuanya palsu" batin Alex yang masih menatap tuan Thomas lekat. Gladis yang melihat itu segera menutup mata Alex dengan kedua tangannya.
"Jangan natap dia gitu kak" peringat Gladis. Alex menghela napasnya lalu menurunkan kedua tangan Gladis dari matanya dengan lembut, mengangguk sebentar ke arah Gladis sambil tersenyum sebelum dia kembali melihat ke arah tuan Thomas.
"Semua palsu, saya tau anda pura-pura tapi selama anda tidak menyakiti Gladis, nyawamu masih aman" ucap Alex datar dan dingin. Tuan Thomas dan Gladis menelan ludah mereka kasar.
"Orang-orang aja gak tau aku nyamar, tapi dia? matanya benar-benar jeli, gak bisa di tipu" batin tuan Thomas.
"kok jadi serem sih? tapi kak Al keren banget" batin Gladis, malah sekarang dia menatap kagum ke arah Alex. Gladis kemudian melihat ke arah tuan Thomas yang juga melihat ke arahnya. pria itu mencondongkan wajahnya ke depan, Gladis yang mengerti maksud tuan Thomas ikut melakukan hal yang sama. Sedangkan Alex yang melihat itu hanya diam saja sambil memantau, sepertinya Gladis sudah tau kalau laki-laki di depannya nyamar jadi kakek-kakek, pikir Alex.
"Kenal dia dari mana? " bisik tuan Thomas.
"kenapa om? " balas Gladis dengan berbisik juga.
"kamu gak tau apa pura-pura gak tau? "
"Emang ada apa sih om? "
"Benar-benar gak tau? " bisik tuan Thomas masih gak percaya. Gladis dengan polosnya menggeleng.
"Ingat tuan Vincent? " Gladis mengangguk mendengar bisikan tuan Thomas, di rekaman suara yang di kirim tuan Thomas beberapa kali di sebut tuan Vincent.
"Dia putranya! Alexo Cedric Vincent ! "
"Apa?!! " Gladis segera melihat ke arah Alex, laki-laki itu hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, apa yang mereka bisikan?
"Om gak bohongkan? " tanya Gladis kembali berbisik.
"Ada hubungan apa kamu sama dia? " tuan Thomas malah menanyakan hal lain.
"Pacar" jawab Gladis dengan polos.
"Kamu pacaran sama orang kejam itu? " tanyanya sepelan mungkin.
"Kejam? gak ah, dia imut kok" bantah Gladis, tuan Thomas menjatuhkan rahangnya mendengar ucapan Gladis. Imut dari mananya?
"Gini nih kalau udah cinta, singa aja di bilang kucing" batin tuan Thomas dongkol. Dia tak habis pikir dengan gadis cantik di depannya ini. Gladis kembali duduk dengan tegap lalu tangannya mengelus-elus rambut Alex dengan lembut.
"Imut gini masak di bilang kejam" gumamnya pelan, tapi dapat di dengar oleh Alex karena wajah Gladis sangat dekat dengannya sekarang. Alex tersenyum sambil melepas maskernya. seketika itu kafe menjadi heboh membuat Gladis menghentikan kegiatannya mengelus kepala Alex.
Bisa Gladis lihat, semua mata pengunjung kafe menatap kagum dan penuh minat pada Alex, dan itu benar-benar membuat Gladis kesal. Dia segera memakaikan kembali masker Alex tapi laki-laki itu tidak protes sama sekali dia justru tersenyum senang.
"Bukan konsumsi publik" ketus Gladis sambil memelototkan matanya, Alex terkekeh pelan melihat kekesalan Gladis, karena gemas dia mengacak-acak rambut Gladis.
"Dasar anak muda jaman sekarang, masak aku di jadiin obat nyamuk? dasar tidak sopan di depan orang tua! " batin tuan Thomas kesal dengan kelakuan dua sejoli di depannya.
*******