NovelToon NovelToon
EMPRESS ELARA (Transmigrasi Kedalam Tubuh Permaisuri Lemah)

EMPRESS ELARA (Transmigrasi Kedalam Tubuh Permaisuri Lemah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Masuk ke dalam novel / Mengubah Takdir
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Senja Bulan

Seorang wanita modern Aira Jung, petinju profesional sekaligus pembunuh bayaran terbangun sebagai Permaisuri Lian, tokoh tragis dalam novel yang semalam ia baca hingga tamat. Dalam cerita aslinya, permaisuri itu hidup menderita dan mati tanpa pernah dianggap oleh kaisar. Tapi kini Aira bukan Lian yang lembek. Ia bersumpah akan membuat kaisar itu bertekuk lutut, bahkan jika harus menyalakan api di seluruh istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja Bulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18, Racun dalam istana

Malam itu istana terasa seperti jebakan sunyi. Semua gerbang ditutup, para penjaga diperintahkan berjaga tiga kali lipat, tapi justru kesunyian yang membuat napas siapa pun terasa berat.

Di dapur utama, sisa ledakan masih tampak jelas. Wajan-wajan hitam terbakar, dinding hangus sebagian. Bau logam dan racun bercampur dalam udara.

Elara berdiri di tengah ruangan, mengenakan pakaian hitam sederhana. Kaen berada di sisi pintu, menatap setiap sudut dengan waspada.

“Api padam, tapi baunya belum hilang,” kata Kaen perlahan.

“Itu bukan racun biasa,” jawab Elara. Ia jongkok di dekat sisa adonan yang meleleh di lantai. “Bau ini… campuran nightshade dan daun hitam dari utara.”

Kaen menatapnya tajam.

“Kau yakin?”

“Aku pernah melihatnya dulu,” jawab Elara. “Seseorang pernah mencoba membunuhku dengan cara yang sama. Racun ini tidak mematikan seketika, tapi membuat tubuh lumpuh, lalu perlahan menghentikan jantung.”

Kaen mengepalkan tangan.

“Berarti mereka ingin kau yang mati, bukan Kaisar.”

Elara berdiri perlahan.

“Mungkin. Atau mungkin mereka tahu bahwa kalau aku mati… Kaisar akan kehilangan keseimbangannya.”

Sementara itu, Kaelith berada di ruang istirahat pengawal. Di depannya, dua pelayan dapur sedang berlutut dengan wajah pucat.

"Siapa yang terakhir mengatur perbekalan?” tanya Kaelith dingin.

> “Kami hanya mengikuti perintah Kepala Dapur, Yang Mulia,” salah satu pelayan menjawab sambil gemetar. “Dia yang menerima bahan dari luar.”

“Dari luar?” Kaelith menatapnya tajam. “Siapa yang mengizinkan?”

Pelayan itu menunduk makin dalam.

“Surat izin datang pagi tadi… ditandatangani oleh Permaisuri.”

Suasana langsung tegang. Semua prajurit saling pandang.

Kaelith menatap surat yang diberikan padanya. Tanda tangan Elara memang ada di sana — tapi kertas itu terasa aneh, sedikit lebih tebal dari surat resmi istana.

Ia menarik napas pelan.

“Panggil Elara ke sini. Sekarang.”

Tak lama kemudian, Elara datang dengan langkah tenang.

“Kau memanggilku?”

Kaelith melempar surat itu ke atas meja.

“Kau menandatangani surat izin perbekalan ini?”

Elara menatapnya sekilas, lalu mengambil surat itu dan memeriksanya dengan jari. Ia mengerutkan alis.

“Bukan kertas istana. Seratnya terlalu halus.”

“Tapi tanda tanganmu sama persis.”

“Aku tidak menulisnya,” jawab Elara tegas. “Tapi orang yang menirunya… tahu persis bagaimana aku menulis huruf ‘E’.”

Kaen yang berdiri di belakang langsung bersuara,

“Ada satu orang di istana yang pernah melihat tulisan tangan Elara dari dekat pelayan barunya.”

Elara menatap Kaen, dan keduanya tahu siapa yang dimaksud.

“Mira,” bisiknya.

Malam itu, mereka menuju asrama pelayan. Ruangan itu kosong. Tempat tidur Mira rapi, tanpa satu pun jejak pakaian atau barang pribadi.

Kaen memeriksa meja kecil di sudut ruangan dan menemukan sesuatu: pisau kecil dengan lambang bintang merah di gagangnya.

Elara mengambilnya.

“Leonhart…” gumamnya lirih.

Kaelith berdiri di belakang mereka, menatap pisau itu lama.

“Jadi, utusan utara sudah masuk jauh ke dalam istana.”

“Lebih dari itu,” kata Elara. “Mereka sudah memegang pintu belakang istana bahkan sebelum kita menyadarinya.”

Kaisar berjalan ke jendela, memandangi bulan yang tertutup awan.

“Kalau begitu, mulai besok, semua pelayan akan diperiksa. Tidak ada yang dibiarkan tanpa pengawasan.”

Elara menatapnya, nada suaranya tajam tapi tenang.

>“Itu hanya akan membuat mereka bersembunyi lebih dalam. Orang seperti Mira… tidak takut pada hukuman. Mereka takut kehilangan waktu.”

“Apa maksudmu?”

“Artinya mereka punya batas waktu. Sesuatu yang harus diselesaikan sebelum musim dingin datang.”

Kaen menyilangkan tangan.

“Musim dingin… berarti perang sudah di ambang pintu.”

Kaelith menatap keduanya, wajahnya tampak muram.

“Kalau begitu, kita harus lebih cepat dari mereka.”

Elara berjalan mendekat, matanya tajam.

“Kita akan menangkap mereka bukan dengan pedang, tapi dengan jebakan.”

“Kau punya rencana?”

“Selalu.”

Elara tersenyum tipis. “Tapi kali ini, aku butuh sesuatu yang bahkan lebih berisiko.”

Kaelith menaikkan alis.

“Seberapa berisiko?”

“Cukup untuk membuatmu membenciku kalau gagal.”

Kaelith terdiam beberapa saat, lalu berkata pelan,

“Kalau itu harga untuk menang, aku akan menanggungnya.”

Di pagi berikutnya, kabar menggemparkan menyebar ke seluruh istana.

Permaisuri Elara jatuh sakit.

Kabar itu mengalir cepat, bahkan sampai ke telinga para pelayan yang paling jauh.

Namun, di balik pintu kamarnya yang tertutup rapat, Elara duduk tegak tubuhnya sama sekali tidak sakit.

Kaen berdiri di dekat jendela, berjaga.

“Kau yakin ini ide bagus?”

“Kalau Mira masih di istana, dia akan datang padaku sendiri,” jawab Elara. “Karena bagi mereka, Permaisuri yang lemah adalah peluang emas.”

“Dan kalau dia tidak datang?”

Elara menatap keluar jendela, matanya tajam seperti pisau.

“Maka aku akan membuatnya datang.”

Di kejauhan, di lorong gelap istana, Mira menatap dari balik pilar, mendengarkan kabar itu dari dua pelayan lain.

Senyumnya samar.

“Akhirnya waktunya tiba,” bisiknya.

Ia menyentuh liontin kecil di lehernya berbentuk bintang merah yang berkilau redup.

1
Murni Dewita
👣
Senja Bulan
Ada urusan 🙏
Siti
knp thor masa gk update seminggu🤔
Siti
Kapan update nya.....🙏
Siti
Aku suka ceritanya,jarang loh seorang wanita petinju masuk dunia novel. Apalagi aku suka karakter wanita badas .
Senja Bulan: terimakasih sudah komen kk🙏
total 1 replies
Dzakwan Dzakwan
Gak sabar nih thor, gimana kelanjutan cerita nya? Update yuk sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!