Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIFE AFTER
Tahu gak cara melampiaskan badmoodnya perempuan dengan budget pas-pas an? Pergi ke minimarket beli air dan beberapa camilan, serta beliau pembersih lantai dan jendela, kemudian segera eksekusi bersihkan rumah sembari setel musik dari ponsel dengan suara kencang. Satu per satu bagian rumah, Iswa bersihkan, bahkan ia sampai naik kursi untuk membetulkan lampu yang rusak, beruntung rumahnya satu lantai dan tipe 36, jadi tak begitu luas. Tak sampai 2 jam rumah Iswa sudah cling dam wangi. Kemudian dia mandi dan segera melaksanakan sholat ashar, tak lupa membalas pesan Elin yang menanyakan posisinya..
Udah di rumah gue, Lin. Nginep dong temani gue.
Beres, habis maghrib meluncur, masih ngajar.
Oke. Gue mau order makanan, lo mau apa?
Terserah, pokok pedas.
Oke.
Iswa pun memilih bebek hitam sambal bawang dan sambal cabe ijo, plus kerupuk, tak lupa tahu tempe. Ia juga chat kurir untuk mampir membelikan kebab, dan pisang krispy, tahu bakso, dan juga singkong keju. Sekali-kali jajan banyak. Iswa menolak pemberian uang papa mertuanya, sungguh ia tak mau keluarga Kaisar mengasihaninya. Ia meyakinkan pada mama dan papa mertuanya, bahwa uang jajan dan biaya kuliah Iswa masih ada. Pun dengan uang cash pemberian Kaisar, sudah dikembalikan, diletakkan di meja rias dalam amplop dan ditulis tanggal plus nominal, Iswa tak mengambil sepeser pun. Kondisinya sudah mengharuskan ia hidup mandiri, maka totalitas saja, no bantuan dari orang lain.
Elin melongo melihat suguhan yang sudah tertata rapi lesehan di atas karpet depan TV rumah Iswa, "Lo sengaja menggendut, Wa?" tanya Elin heran. Pasalnya Iswa termasuk perhitungan soal jajan, ya wajar dia cari uang sendiri, menyukupkan untuk biaya hidup, tak mungkin ia foya-foya setiap hari. Sekali aja makan enak, besoknya juga makan tahu tempe saja. Paling banter ayam krispy.
"Teman ghibah!" ujar Iswa sembari tertawa, kemudian keduanya bergantian sholat maghrib lalu berselfie sebelum makan.
Dinner with Elin 😜😜. Begitu Iswa mengunggah foto selfie di status WA. Ia sengaja upload agar keluarga Kaisar atau Kaisar sendiri tak khawatir akan keadaannya. Iswa tak mau merepotkan siapa pun, usianya 19 tahun sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri.
"Lin, lo gak usah kos deh, tinggal bareng gue di sini aja gitu," tawar Iswa sembari menikmati bebek bumbu hitamnya.
"Kok sehati sih. Gue tadi di jalan berpikir, apa gue kos di rumah Iswa aja, kan lebih murah. Paling patungan listrik da air kan?" Iswa mengangguk.
"Mulai semester depan gimana?" Elin menyetujui. Besok pagi ia dan Iswa berencana boyong dari kos, mengambil barang-barang Elin dari kos. Keduanya juga sepakat untuk membuat aturan jam pulang dan tidak diperkenankan membawa tamu ke rumah ini, siapa pun baik laki maupun perempuan. Zaman sekarang harus waspada dengan pihak luar.
"Jadi lo benar-benar cerai?" tanya Elin hati-hati takut menyinggung perasaan Iswa. Gadis itu hanya mengangguk pelan. "Perasaan lo sekarang?"
"Gue bingung. Ada rasa lega karena tidak mempermainkan pernikahan, tapi ada sedihnya juga."
"Sedih karena status janda, atau karena cerai dari Kak Kai?" tanya Elin.
"Status sih gak masalah, KTP gue masih belum kawin, toh gue juga masih tersegel."
"Sumpah, Wa?" Iswa mengangguk.
"Gak mungkin kita melakukan hubungan suami istri, Lin. Kondisi kita berbeda dengan pasangan lain. Gak ada cinta di antara kita."
"Bukan gak ada cinta, tapi mungkin kalian yang gak menyadari. Denial sama perasaan kalian saja. Sekarang gue tanya lo cemburu gak saat Kak Kai sama pacarnya?" Elin memang sempat dikasih tahu Iswa perihal keputusannya menuntut cerai, adanya Adel dalam hubungan mereka, membuat Iswa tak suka.
"Gue gak pernah merasakan cemburu itu gimana, Lin. Cuma saat tahu mereka dekat dan masih berhubungan, gue gak terima. Dalam hati gue, gue istri lo kenapa lo sama perempuan lain, gitu cemburu gak sih?"
"Hem otw cemburu sih," Iswa tertawa ngakak, sama - sama tak punya pengalaman cemburu sok saling menasehati.
"Tapi menurut gue lebih cenderung gue marah karena Kaisar gak menghargai posisi gue di hidupnya gitu aja sih. Makanya gue mengalah. Gue gak ada niatan mempertahankan, lo ngerti gak sih, Lin. Berada di tengah-tengah orang yang saling cinta itu gimana?"
"Ya serba salah. Mau protes, dia belum cinta, dibiarkan tapi lo istri."
"Nah. Menurut gue memang lebih baik cerai aja sih."
"Keluarganya?" berbicara soal keluarga inilah yang membuat Iswa menangis, kebaikan sang papa, juteknya mama mertua, dan perhatiannya Sakti justru yang mengena di hati Iswa. Ia benar-benar diberi kesempatan untuk memiliki keluarga baru meski sebentar.
"Kak Sakti begitu bukan naksir kamu kan, Wa?" Iswa menggeleng, dan menyebutkan bahwa Sakti dianggap hanya kakak saja. "Terus selama 3 bulan ini, lo gak pernah skinship sama Kai gitu?"
"Pernah."
"Kissing?" Iswa mengangguk.
"Gue belum sampai tahap lebih intim, Lin. Gue belum siap dan gak percaya sama Kaisar. Gak rela aja kalau kegadisan gue dipakai dia tapi ternyata dia masih berhubungan sama Adel. Gue gak mau jadi cewe bego."
"Benar banget, Wa. Meski salah juga sih, menolak ajakan suami. Tapi lebih baik daripada lo rugi semua. Kalau bibir kan ada tuh tulisannya bekas dikokop Kaisar, gak ada kan," Iswa tertawa ngakak, sang sahabat ini kok lucu sekali.
"Gue gak mau kenal genre romantis dulu deh, Lin."
"Ya gak pa-pa, emang dari dulu genre romantis nomor sekian dalam hidup lo!" Iswa mengangguk. Ia lebih baik fokus membangun diri. Menjadikan dirinya perempuan yang bermartabat dengan pendidikan, prestasi dan pengalaman. Kalau pun bicara jodoh nanti dulu, ia butuh mental yang kuat bila mengakui pada lelaki lain bahwasannya dia seorang janda, jadi lebih baik diam, kuliah, cari pengalaman yang banyak saja. Menikmati masa muda agar tua punya cerita.
Rencana liburan nanti, Elin sudah bilang ke orang rumah kalau dia akan mengajak teman menginap di pedesaan. Sang ibu sangat senang, dan welcome sekali. Bahkan beliau menyarankan untuk jalan-jalan di area pertanian sayur yang viewnya cantik sekali.
Di rumah Elin hanya ada ibu dan kakak laki-laki Elin saja, sedangkan sang ayah sudah berpulang saat Elin SD. Iswa dan Elin akan naik kereta malam menuju kampung halaman Elin. Segala macam persiapan telah dibawa Iswa, termasuk outfit tracking naik gunung. Kakak Elin katanya mau ajak mendaki, tak perlu gunung yang tinggi, cukup gunung yang ramah untuk pemula dengan view yang tak kalah cantik. Gas lah.
Malam, Kereta, Harapan, dan Petualangan 😇😇.
Sengaja Iswa memotret salah satu plakat stasiun yang dilewati, dan diunggah serta menuliskan caption yang menggalau.
hemmmm wa kamu jg terlalu gampang memberi kesempatan fokus dulu ke diri sendiri dulu biar mapan segala hadehhh
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah