CINTA LAMA BELUM KELAR
"Aku gak mau, Pa. Aku sudah punya pacar, aku tak mungkin mengkhianati Andin, kita sudah sepakat tahun depan menikah," ucap Sakti menolak permintaan sang papa yang akan menjodohkan dirinya dengan keponakan teman papa, Pak Hanan.
“Kalau kamu?” tanya papa menatap si bungsu.
“Papa, apa-apaan sih,” tolak mama karena si bungsu masih kuliah, meski semester akhir, jelas belum waktunya menikah. Lagian kenapa juga harus dijodohkan sih.
“Ma, Papa saat kuliah dulu sering dibantu makan Hanan dan Rasyid, Ma. Meski hanya sepiring makanan, Papa tidak akan lupa akan jasa yang mereka lakukan. Apalagi papa yakin putri Rasyid, baik Ma!” ucap Papa mengenang kebaikan keluarga temannya itu.
Minggu kemarin, Hanan berjumpa dengan Pak Yasha (Papa Sakti), karena kesibukan mereka baru bertemu dan saling cerita. Salah satu cerita Hanan adalah sang kakak Rasyid yang meninggal karena kecelakaan setahun yang lalu. Saat itu Rasyid dan sang istri mengikuti rekreasi akhir tahun yang diselenggarakan di tempat kerja Rasyid. Bus yang mereka tumpangi mengalami rem blong dan jatuh ke jurang. Rasyid meninggal di TKP sedangkan isterinya menyusul tiga hari setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit, Rasyid meninggalkan seorang putri. Hanan sedih karena istrinya tak mau menampung sang ponakan di rumah, alhasil selama setahun putri Rasyid tinggal sendiri.
Pak Yasha jelas tak tega, Hanan pun meminta tolong pada Yasha kalau punya anak atau ponakan yang sudah siap menikah, bisa dijodohkan dengan putri Rasyid. “Isteri saya juga tidak mau kalau saya membiayai hidup Iswa, Yash. Saya pusing sekali, kasihan dengan dia.”
“Lalu selama setahun ini, siapa yang membiayai hidupnya?” tanya Yasha.
“Uang santunan dari pihak sekolah, jasa raharja, dan tabungan Rasyid mungkin.”
“Aku tidak bisa janji, aku sendiri punya dua anak laki-laki, akan kutawarkan pada mereka. Kalau salah satu di antara mereka mau maka aku akan menghubungi kamu.”
Mendengar cerita sang papa, Kaisar anak bungsu Pak Yasha pun menyanggupi. “Yakin kamu, Dek?” tanya Sakti memastikan kesanggupan sang adik. Kaisar hanya mengedikkan bahu, tak mau ambil pusing. Apalagi sang papa sangat mengharap bisa membalas kebaikan temannya itu. Lagian Kaisar baru saja putus dengan sang kekasih, siapa tahu bisa membuat cemburu si mantan, bisa lah sang istri dimanfaatkan untuk memanas-manasi sang mantan.
“Tapi dengan satu syarat, aku gak mau menikah negara, cukup siri saja!”
Pak Yasha memegang kepalanya mendadak pusing, di satu sisi sang putra mau dijodohkan, tapi memberi syarat menikah siri yang bisa merugikan pihak perempuan. “Kalau papa mau, kalau papa gak mau ya Kaisar juga gak mau! Kaisar masih muda, Pa. Anggap saja pernikahan ini terjadi untuk memberi perlindungan saja padanya.”
Pak Yasha menghela nafas pendek, “Kalau papa masih muda, papa jadikan istri kedua saja!” oceh papa yang langsung mendapat tabokan dari sang istri. Sakti menatap tajam pada sang adik, pasti ada udang di balik batu.
“Kenapa kamu mau dijodohkan kalau gak mau menikah resmi!”
“Aku masih muda, Bang. Gak mungkin aku mau menikah muda, biarlah dia bisa masuk ke keluarga kita lewat pernikahan. Itu saja.”
“Aneh!”
“Justru papa yang aneh, kalau mau membantu dia ya kasih aja uang tiap bulan!”
“Harusnya gitu, tapi mungkin anak teman papa itu tidak mau merepotkan orang lain, makanya lebih baik dinikahkan untuk mendapat kewajiban nafkah!”
“Iya mungkin!”
“Kalau kamu niatnya ingin menikah siri saja, lebih baik jangan digauli, kasihan kalau ujung-ujungnya kamu cerai!”
“Beres, icip dikit boleh kali, Bang!”
“Jangan jadi cowok brengsek, jatuh cinta sama dia baru tahu rasa!”
“Gak mungkin!”
Pak Yasha pun mengutarakan hasil diskusi dengan kedua anaknya kepada Hanan. Ada rasa kecewa saat mendengar syarat pernikahan yang diajukan, kalau ditolak, Iswa akan hidup sendiri entah sampai kapan, tapi kalau diterima bagaimana nasib Iswa. Sebagai paman, Hanan sedikit tak terima kalau Iswa dinikahi siri.
“Iswa bisa hidup sendiri, Paman. Jangan khawatirkan Iswa, Iswa juga bisa kerja kok!” ujar Iswa saat tahu dirinya akan dijodohkan oleh sang paman.
“Bukan perkara uang saja, Iswa. Soal keselamatan kamu juga, kamu perempuan hidup sendiri juga bahaya, apalagi perumahan ini sepi. Percayalah, kamu akan lebih baik hidup bersama mereka, InsyaAllah masa depan kamu terjamin.”
“Tapi, untuk membantuku tidak harus dinikahkan dengan anak teman paman juga, lebih baik Iswa disuruh kerja saja Paman,” ucap Iswa yang sebenarnya juga menolak atas ide sang paman.
Hanan menghela nafas berat. “Kamu tahu, Wa. Paman jelas tak bisa diam melihat kamu hidup sendiri begini. Paman serasa menjadi orang yang tak berguna membiarkan anak yatim piatu hidup sendiri sedangkan keluarga paman berada. Kamu tahu tantemu seperti itu, tolong jangan membuat paman semakin bersalah pada ayah kamu. Paman menjodohkan kamu karena paman bisa menjadi wali kamu, Wa. Bayangkan kalau Paman mendadak meninggal, siapa yang akan menata masa depan kamu juga!”
“Ada keluarga ibu, Paman di desa!”
“Keluarga ibu kamu bisa gak diandalkan? Bukan keluarga kandung, Wa!” apa yang diucapkan Paman Hanan memang benar, ibu Iswa hanya anak angkat di keluarganya. Saat masih ada kakek dan nenek, ibu masih diperhitungkan, benar dianggap anak, tapi setelah kakek dan nenek meninggal, ya tidak dianggap oleh anak kandung kakek dan nenek, apalagi soal pembagian warisan, mereka tak mau ibu Iswa mendapat bagian.
“Tolong, Wa pikirkan sekali lagi, agar Paman bisa tenang!” Iswa masih belum memutuskan, sang paman memberikan nomor ponsel Kaisar, siapa tahu mereka mau berdiskusi dulu untuk perjodohan ini.
Iswa tak berniat menghubungi, dia masih sanggup hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Apalagi usianya masih 19 tahun, baru juga kuliah semester 3, lebih baik bekerja daripada menikah muda tanpa cinta, pikir Iswa.
Dari pihak Pak Yasha sendiri tidak menuntut cepat, menunggu Keputusan Iswa juga. Pak Hanan setiap hari menghubungi dan menunggu keputusan sang ponakan, gusar juga karena tiba-tiba sang istri punya ide, agar Iswa tak membebani pikiran Pak Hanan dengan menjodohkan Iswa dengan tuan tanah berumur 45 tahun. Jelas Pak Hanan tak mau sang ponakan mendapat suami yang layak dipanggil ayah bagi Iswa. Oleh sebab itu Pak Hanan sekali lagi memohon dan menceritakan alasan Pak Hanan menjodohkan Iswa tersebut.
"Ya ampun, Paman kenapa tante tega sih. Padahal aku juga gak minta dikasihani, aku juga tidak minta uang paman dan tante, Iswa bisa hidup sendiri!"
"Tolong, Wa. Demi kesalamatan kamu, tante mu kalau ada embel-embel uang, apa saja ditrabas."
Iswa pun dibuat bimbang, ingin kekeh, tapi khawatir sang tante nekad, demi mendapatkan imbalan uang dari tuan tanah tersebut. "Baiklah, aku mau, tapi dengan syarat hanya keluarga saja yang tahu." Pak Hanan mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
partini
iswa nad hawa
2025-10-14
0