Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Satu minggu penuh kehangatan
"Nyonya Ayu ngapain?" tanya Selly begitu menginjakkan kaki ke dalam apartemen itu.
"Bikin sarapan, kenapa Sel?" tanya Ayu sambil mengaduk sesuatu di dalam teflon sana.
"Biar saya aja, Bu!" Selly hendak mengambil alih masakan Ayu.
"Emang kamu bisa?" tantang Ayu sambil meletakkan spatula ke tempatnya.
Selly menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu menggeleng dengan pelan, sepanjang Selly hidup, Selly tak pernah sekalipun masuk dapur dan memasak, Selly terbiasa hidup keras dan mirip laki-laki.
"Sekali-kali biar aku yang handle dapur ini, sayang kan perabotan mahal ini nggak pernah dipakai!" ucap Ayu lalu kembali melanjutkan masakannya.
"Aku ingin berguna, Sel! Udah dikasih banyak hal sama Tuan Fernando, masa untuk membalas kebaikannya saja aku nggak mau!" ucap Ayu tanpa sadar sosok Selly telah berganti dengan Fernando yang berdiri sambil menyandarkan lengannya di tembok.
"Aku tuh miskin banget, jangankan mau melanjutkan kuliah, mau makan aja kadang susahnya minta ampun. Makanya aku diinjak-injak kan sama orang kaya itu, beruntung Tuan Fernando memungutku dan memberikan banyak hal buat aku. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih dengan memasakkannya sesuatu!" lanjut Ayu lagi.
"Tapi lo nggak ngasih racun kan di makanan itu?" tanya Fernando membuat Ayu melonjak kaget dan melemparkan spatulanya hingga membentur tembok.
"Astaga, Pak Nando!" teriak Ayu sambil memungut spatulanya lagi.
"Sekarang manggil Pak, kemarin Sayang, kapan hari lagi manggil Tuan! Jadi kamu tuh mau manggil aku dengan panggilan apa?!" tanya Fernando dengan kening berkerut.
"Saya aja bingung kok apalagi Bapak!" jawab Ayu sambil menghidangkan kopi dan lapis legit ke meja makan.
Fernando duduk di sana dan menikmati kopi pahit itu dengan nikmat. Sepanjang usianya hingga Fernando berumur dua puluh tujuh tahun, baru kali ini Fernando dilayani seseorang layaknya keluarga.
"Mau sarapan sekarang atau nanti?" tanya Ayu sambil duduk di depan Fernando dan menikmati sepiring nasi goreng.
"Aku nggak terbiasa sarapan nasi!" jawab Fernando santai sambil melirik piring Ayu yang berisi nasi goreng sebanyak itu.
"Jangan menghina sarapanku, aku terbiasa makan nasi di kampung!" ucap Ayu dengan kesal.
Fernando mengedikkan bahunya tak peduli dan beranjak dari tempat duduknya. "Siapkan di kotak makan, nanti aku makan di kantor!"
Setelah mengatakan hal itu Fernando pun masuk kembali ke dalam kamarnya menyisakan Ayu yang tersenyum lebar.
Ayu memang memiliki kepribadian yang menarik, dia ramah dan tulus kepada siapapun, kondisinya kemarin membuat dia terpuruk dan merubah sifat baiknya.
Kini setelah dia istilahnya dipungut oleh Fernando (meskipun dengan alasan apapun itu), perlahan sifat Ayu kembali ke keadaan semula.
"Sel!" Ayu memanggil Selly yang berdiri di depan pintu depan sana.
"Saya, Bu Ayu!" Selly mendekat.
"Tolong siapkan kotak makan, Mas Fernando mau bawa nasi gorengnya ke kantor, sekalian untuk Pak Albert juga!" perintah Ayu sambil menyiapkan satu telor ceplok untuk Albert.
Selly mengangakan mulutnya tanpa sadar, ini tuannya lagi kesambet atau kepalanya habis kebentur di dinding, nasi goreng bikinan Ayu itu kan terlihat biasa saja.
"Ditanyain malah bengong!" tegur Ayu membuat Selly tergagap.
"Maaf, Bu Ayu!"
"Kalau kita lagi berdua nggak usah panggil aku Bu lah, aku masih muda banget nggak pantes dipanggil Bu Ibu!" komplain Ayu santai.
Selly tersenyum lebar tapi tak akan mengindahkan permintaan Ayu tadi, Selly takut dicincang sama Albert kalau berlaku kurang ajar kepada istri dari tuannya tersebut.
Selly menyerahkan kotak makan sederhana yang dia temukan di salah satu lemari.
"Tapi ini kotak bekas, Bu! Nggak ada yang lain lagi!" Selly mengangkat kotak bening bekas dengan brand dari restoran terkenal di negeri itu.
"Bersih, kan?" tanya Ayu santai.
"Ya bersih sih, Bu! Tapi... " Selly sampai bingung mengungkapkan kepada Ayu bahwa Fernando itu orang yang sangat kaya raya dan barang bekas seperti itu sangat tak pantas untuk tempat makanannya.
"Kenapa? Kok kamu kayak bingung gitu?" tanya Ayu sambil menempatkan nasi goreng ke wadah itu.
Selly menggaruk kepalanya yang tak gatal, mau mengatakan apa juga Selly bingung.
Albert muncul tak lama kemudian. "Kalian ngapain?" tanya Albert membuat keduanya menoleh.
Albert mendekat lalu melihat nasi goreng dalam wadah itu sambil bergidik.
"Mas Nando minta dibawakan nasi goreng, katanya mau makan di kantor!" jawab Ayu santai.
"Bu Ayu nggak salah?!" tegur Albert sambil menunjuk kotak bekal bekas itu.
"Meskipun bekas tapi ini udah aku bersihin, Pak!" Ayu bersikeras karena memang tak ada kotak makan di tempat itu.
Fernando muncul dari dalam kamarnya dengan pakaian rapi. "Kalian lagi ngapain?" tegur Fernando membuat ketiga menoleh dan menatapnya.
"Nggak ada apa-apa, Tuan!" Albert yang menjawab lalu mengkode Selly untuk menyingkirkan nasi goreng itu.
"Kita berangkat sekarang, bawa sekalian nasi goreng yang tadi dimasak Ayu!" perintah Fernando membuat Albert dan Selly pias.
Dengan terpaksa Albert membawa kedua kotak makan bekas berisi nasi goreng itu, berharap Fernando tidak marah dan melemparkan kotak itu ke mukanya.
Begitu sampai di kantornya, Fernando langsung meminta nasi goreng itu untuk disajikan di depannya.
Untung saja Albert cekatan dan memindahkan nasi goreng itu ke atas sebuah piring lalu menyajikan ke hadapan Fernando.
Fernando tersenyum saat melihat nasi goreng dengan telor ceplok di depannya itu.
Sejak orang tuanya meninggal tak pernah sekalipun Fernando menikmati makanan yang dimasak oleh orang terdekatnya, semua koki yang menyiapkan untuknya.
Hati Fernando menghangat saat menerima perhatian kecil dari Ayu. Fernando merasa terharu dan juga bahagia, setelah sekian lama ada yang peduli dengannya.
"Makan disini, Al!" perintah Fernando saat Albert hendak keluar dari ruangan itu.
Albert mengernyitkan keningnya bingung, bagaimana Fernando bisa tahu Ayu juga memberikan bekal yang sama untuknya.
Albert mengangguk lalu mengambil jatah makanannya dan mereka makan di ruangan itu.
"Masakannya enak!" puji Fernando sambil kembali menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya.
"Saya akan meminta salah satu anak buah kita untuk menyiapkan bahan makanan untuk dimasak Nyonya Ayu!"
"Good, biarkan dia bekerja memasak, anggap aja uang bulanan yang sebanyak itu untuk gaji dia daripada dia nggak ada manfaatnya!" celetuk Fernando setelah memasukkan suapan terakhirnya.
Albert pun mengangguk sopan padahal dalam hatinya Albert bisa tahu bahwa ada ketertarikan Fernando terhadap Ayu, meskipun belum tentu ada alasan romantis di dalamnya.
"Apakah keluarga Santo sudah menerima kabar mengenai pernikahanku?" tanya Fernando.
"Saya rasa mereka pasti tahu, Tuan! Oma Rika nggak mungkin merahasiakan kabar ini!" jawab Albert.
"Good!" Fernando mengangguk.
"Hari ini Oma Rika memanggil notaris datang ke rumah besar, saya rasa Oma Rika akan mulai memindahkan aset warisan itu ke tangan Tuan!"
"Good, terus pantau perkembangan yang ada. Setelah Ayu berangkat, sebarkan kabar pernikahanku kepada media, aku rasa membuat jantung keluarga Santo berantakan adalah sesuatu yang menyenangkan!" perintah Fernando lagi.
"Baik, Tuan! Semua perintah Tuan akan saya lakukan!"
Albert pun memutuskan undur diri karena dia butuh air putih untuk menggelontorkan sisa micin yang masih menyangkut di tenggorokannya itu.
"Makanan banyak micin kayak gini dibilang enak, enak darimananya coba?!" komplain Albert kepada dirinya sendiri lalu meminum air putih dengan rakus.