Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.
Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.
Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.
Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?
Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 George Cemburu?
Louisa mengatur nafasnya yang tersengal akibat berlari tadi.
"Aku tadi cari kamu kemana-mana! Trus ada yang bilang sama aku kalau kamu tadi berantem sama Amanda. Apa itu benar, Jen?"
"Iya benar, tapi kemudian aku diselamatkan oleh Batman"
"Hah, Batman?" Louisa kemudian melirik ke arah George.
"Ooh ... Ini ya Jen Batmannya?"
"Iya, Lou"
Louisa kemudian memandangi George dengan seksama.
"George? Kamu George kan?"
"Ah, sial! Kok kamu kayak Jenny sih bisa tau kalau ini aku?"
"Ya, kamu kan pernah jadi partner lab aku di kelas Biologi tahun lalu, George. Jadi aku agak hapal dengan wajahmu"
"Gitu ya?"
"Iya"
George kemudian melirik jam di tangannya.
"Anyway, tadi kalian ke sini naik apa?"
"Naik taksi, George. Tapi Jevan meminta kami untuk hubungi dia kalau kami mau pulang nanti"
"Dengar, aku ke sini di antar oleh supirku dan dia sedang menunggu di parkiran mobil karena aku tak boleh pulang terlalu malam. Saranku sebaiknya kalian pulang bersamaku karena sepertinya kita tak mungkin kembali ke pesta itu"
"Kamu benar juga sih, George. Tapi kami bisa pulang sendiri kok"
"Kalian akan sulit menemukan taksi di jam segini"
"Iya sih, tapi... "
"Sudahlah, jangan membantah. Ikut saja denganku. Ayo"
"Baiklah"
Jenny kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Louisa.
"Dia suka banget maksa deh kalau mau anterin pulang. Sifatnya yang satu ini memang menyebalkan"
"Hei, aku dengar itu!" George protes kepada Jenny. Tetapi bukannya kesal, Jenny dan Louisa malah tertawa cekikikan berdua.
***
Ketika sudah berada di dalam mobil milik keluarga George, Jenny baru menceritakan pertengkaran antara dirinya dan Amanda.
"Pokoknya aku ga mau lagi pakai kostum Cat Woman, Lou! Bukannya aku takut sama Amanda, tapi memang memakai kostum yang sama itu menyebalkan. Aku jadi tak bisa terlihat menonjol di banding yang lain"
"Padahal kamu kelihatan seksi loh pakai kostum ini. Iya ga, George?"
"Iya kali"
"Huu ... Pura-pura ga peduli padahal dari tadi dia ngelirik kamu terus loh, Jen" Louisa mengucapkannya sambil berbisik di telinga Jenny. Mereka berdua duduk di bangku bagian belakang dan George di depan menemani Eddie. Tapi kemudian ia menengok ke belakang.
"Aku tak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi sepertinya kalian sedang membicarakan aku dan aku tak menyukainya"
"Masa? Jangan kege-eran, George. Siapa juga yang lagi ngomongin kamu?"
"Jangan jahat gitu, Lou. Nanti kalau kita diturunin di tengah jalan kan repot"
"Jangan khawatir, aku takkan seperti itu" ucap George sambil menenangkan Jenny dan Louisa.
"Thanks, George. Kamu memang baiik banget"
George hanya tersenyum sedikit mendengar ucapan Jenny. Setelah itu ia sempat tertidur selama di perjalanan.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika mobil milik keluarga George tiba di depan gang menuju rumah Jenny dan Louisa. George masih tertidur di bangku depan.
"Dia keliatan cape banget, Jen"
"Iya, Lou. Lebih baik jangan dibangunin. Eddie, terima kasih atas tumpangannya ya. Tolong sampaikan terima kasih kami juga kepada George"
"Baiklah, aku akan sampaikan nanti. Kalian yakin akan aman melewati gang sempit itu? Ini sudah malam loh"
"Yakin, Eddie. Ini kan rumah kami jadi tentu saja aman"
"Baiklah, tapi kalau ada apa-apa hubungi aku ya"
"Bagaimana caranya? Kami kan tak tahu nomer ponsel kamu"
"Tapi aku tahu nomor ponsel kalian"
"What? Kamu tahu darimana, Eddie?"
"Aku kan detektif tak kesampaian"
Jenny dan Louisa lalu menertawakan Eddie. Setelah berterima kasih kepada Eddie, mereka lalu turun dari mobil. Eddie sengaja menyorotkan lampu mobil ke arah gang. Hingga akhirnya Jenny dan Louisa tiba di ujung gang dan dirasa sudah aman, Eddie baru menjalankan mesin mobilnya.
***
Crash mendatangi Jenny yang sedang duduk sendirian di bangku yang terdapat di lapangan sekolah.
"Hei, Jen"
"Hei, Crash"
"Kamu bolos pelajaran apa?"
"Aku tidak bolos. Gurunya memang sedang tidak datang"
"Oh ... Jam kosong ya?"
"Iya"
"Lalu kenapa kamu sendirian di sini?"
Jenny lalu mengangkat bahu.
"Entahlah, aku lagi ga betah aja duduk diam di kelas. Kamu sendiri bukannya harus belajar di kelas, Crash?"
"Ngga, lagi pelajaran olahraga sekarang"
Jenny dan Crash lalu sama-sama melirik ke arah George yang sedang bermain bola basket bersama Bryan sebagai kapten tim dan para murid yang lain.
"Kamu bukannya seharusnya main basket bersama mereka, Crash?"
"Iya sih seharusnya, tapi aku lagi izin berhalangan"
"Berhalangan?"
"Iya, aku lagi datang bulan jadi bawaannya sakit perut terus"
Jenny lalu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Crash.
"Kamu kan laki-laki, Crash! Mana bisa kamu datang bulan!"
"Bisa aja kalau aku mau" ucap Crash dengan santai. Lalu Jenny tertawa lagi. Tapi tawanya tak berlangsung lama karena tiba-tiba ada sebuah bola basket melayang ke arah Jenny dan Crash. Bola itu hampir saja mengenai kepala Jenny jika Crash tidak menangkisnya. Lalu Crash protes kepada para murid yang sedang bermain basket.
"Hei, kalau main hati-hati dong! Hampir kena kepala Jenny nih!"
Lalu Bryan menjadi yang pertama menanggapi protes dari Crash.
"George tadi yang melempar bola, Crash! Sayang sekali padahal dari tadi George mainnya bagus loh, tapi pas melihat keakraban kalian, sepertinya jadi ada yang cemburu nih"
"Apaan sih, Bryan! Aku ga cemburu kok biasa aja!"
"Masa?"
"Ya iyalah! Sorry Jen, tadinya aku memang berniat untuk melempar bola ke arah Crash, tapi malah hampir kena kamu"
"Iya ga apa-apa, George"
"Wait, tadi kamu bilang sebenarnya memang berniat melempar bola ke aku, George?"
"Iya, Crash"
"Kamu kesal sama aku atau cemburu, George?"
"Dua-duanya! Eh, bukan! Maksudku tentu aja aku kesal sama kamu karena kamu sengaja ga ikut pelajaran olahraga biar bisa malas-malasan kan?"
"Itu ada benarnya juga sih ... "
Tapi belum juga Crash selesai bicara, seseorang lalu menjewer telinga Crash.
"Adududuh... Sakitiit!"
Ternyata yang menjewer telinga Crash adalah Mr. Bowles yang merupakan guru olahraga.
"Tidak ada yang namanya malas, Crash! Ganti bajumu sekarang juga dengan baju olahraga dan ikut bermain bersama mereka!"
"I-iya, sir!"
Para murid yang lain yang tadi bermain basket terlihat puas melihat Crash yang dihukum oleh Mr. Bowles. Membuat Crash jadi terpaksa harus menuruti keinginan Mr. Bowles. Kemudian Crash pamit kepada Jenny.
"Sorry Jen, aku pamit dulu ya. Nanti kita ngobrol lagi, oke?"
"Oke, Crash"
Mr. Bowles kemudian melirik ke arah Jenny.
"Miss Rouglas, apakah kamu seharusnya berada di kelas untuk belajar?"
"Jenny saja, Sir"
"Terserah! Yang jelas kamu harus segera kembali ke kelasmu sekarang juga"
"Tapi sekarang sedang jam kosong, Sir"
"Tetap saja kamu harus kembali ke kelasmu, Jenny"
"Hhh ... Baiklah ... "
"Sopan sedikit, Jenny!"
"Maaf, sir"
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang berlari ke arah lapangan basket. Orang itu ternyata adalah Louisa.
"Jennyyyy... Aku ada kabar baik nih buat kamu!"
Semua orang yang berada di lapangan tersebut jadi menoleh ke arah Louisa karena penasaran dengan perkataan Louisa tadi.