Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Kebangkitan era Baru
Tiga minggu berlalu sejak malam berdarah itu.
Istana Eteria perlahan bangkit dari abu. Lyra, Ratu yang baru, bekerja tanpa lelah. Para pengkhianat telah dieksekusi atau dipenjara. Liontin Segel perak kini tersimpan dengan aman di perbendaharaan, tidak lagi menjadi kutukan, melainkan simbol persatuan.
Lyra, dalam gaun satin sederhana, berdiri di balkon Ruang Kerja Kael. Ruangan itu telah diperbaiki. Darah dan pecahan kaca sudah dibersihkan, tetapi kenangan akan konfrontasi terakhir masih terasa di udara.
Kael, atau kini lebih tepat disebut Raja Aerion, sedang memulihkan diri. Lukanya sembuh dengan kecepatan yang mengejutkan—seperti yang Lyra duga, Aerion tidak terikat oleh hukum tubuh manusia biasa.
Lyra menoleh ke Jenderal Verris yang berdiri di ambang pintu. Verris kini menjabat sebagai Panglima Tertinggi.
"Jenderal, pastikan dekrit tentang reformasi tanah dan air di Lembah Lyran segera ditandatangani. Saya ingin rakyat tahu bahwa Eteria tidak lagi dipimpin oleh bangsawan korup," perintah Lyra.
"Sudah diurus, Yang Mulia Ratu," Verris membungkuk dalam. Verris tidak lagi meragukan Lyra. Lyra telah membuktikan dirinya di medan perang.
"Dan Jenderal," Lyra menambahkan, "kirim surat ke semua penguasa di perbatasan. Eteria kini bersatu. Kekacauan sudah berakhir. Tapi kita siap berperang jika diperlukan."
Verris tersenyum bangga. "Anda memerintah dengan kehendak yang Aerion sendiri akan hormati, Yang Mulia. Rakyat sudah memuja Anda."
Lyra menghela napas. "Saya memerintah dengan kehendak yang Lyra temukan, Jenderal. Kehendak yang bebas dari dendam dan kutukan."
Verris pergi. Lyra masuk ke ruang perawatan rahasia, tempat Kael berbaring.
Kael berbaring di tempat tidur, hanya mengenakan kemeja tipis. Lukanya hampir hilang. Kael yang sekarang memancarkan ketenangan yang mendalam; kepribadian Valerius yang cemas dan ambisius sudah sepenuhnya hilang.
"Kau merindukanku, Ratu-ku?" Kael bertanya, matanya terbuka, bersinar dengan cahaya emas yang lembut, bukan lagi yang membakar.
Lyra duduk di sampingnya, memegang tangannya. Tangan Kael terasa hangat dan kuat.
"Saya sibuk menata kerajaan yang Anda biarkan hancur," Lyra membalas, tetapi senyumnya terlihat jelas.
"Kau membuktikan bahwa kau bisa melakukannya," Kael berkata. "Aku selalu tahu kau mampu. Aku hanya perlu memastikan kau melakukannya dengan motivasi yang benar."
Lyra menatap Kael dengan serius. "Saya butuh kejujuran. Sekarang setelah kutukan pengikat jiwa Valerius disegel... apakah Anda masih merasakan hasrat itu? Apakah Anda mencintai saya, bukan karena terikat, tetapi karena Anda memilih?"
Kael menarik Lyra mendekat, mencium tangannya.
"Liontin itu mengikat hasrat Valerius agar aku bisa bertahan dalam tubuh ini. Itu adalah energi, bukan cinta," Kael menjelaskan. "Tapi Arvenia, sejak aku bertemu denganmu... sejak kau menantangku, sejak kau menunjukkan tekadmu untuk bangkit dari kubur... jiwa Aerion yang kuno jatuh cinta pada kehendakmu."
Kael menatap mata Lyra. "Aku sudah hidup ribuan tahun, Lyra. Aku tidak pernah menemukan kehendak yang sekuat milikmu. Aku tidak mencintaimu karena kau adalah Arvenia yang dulu. Aku mencintaimu karena kau adalah Lyra yang Bangkit—Ratu yang sejati. Cinta ini milikku, Ratu-ku. Bukan milik Valerius."
Lyra merasa kelegaan yang luar biasa. Ia dicintai oleh entitas yang memilihnya, bukan yang terikat padanya.
"Baiklah, Raja-ku," Lyra tersenyum tulus. "Lalu, sekarang setelah Anda bangun, apa rencana Anda untuk takhta? Apakah Anda akan mengambil kembali kekuasaan dari saya?"
Kael tertawa. "Takhta ini milikmu, Lyra. Aku adalah kekuatan dan pelindung di sampingmu. Aku adalah fondasi kuno. Tapi kau adalah penguasa baru. Kita akan memerintah sebagai pasangan yang setara."
III. Deklarasi di Lapangan Bintang (700 kata)
Beberapa hari kemudian, Lyra dan Kael membuat penampilan publik pertama mereka sebagai penguasa yang bersatu. Mereka berdiri di balkon Istana, menghadap Lapangan Bintang, tempat Lyra pertama kali bekerja sebagai Lyra si pelayan.
Kali ini, Lyra mengenakan gaun Kerajaan yang megah, berwarna emas dan merah marun. Kael berdiri di sampingnya, mengenakan zirah baru yang bersinar.
Kael berbicara terlebih dahulu. "Rakyat Eteria! Pengkhianatan dan kekacauan telah berakhir! Saya, Raja Aerion, telah kembali untuk memimpin Anda!"
Kael berbicara tentang masa lalu, tentang kutukan, dan tentang perlunya persatuan.
Lalu, Kael mengambil Mahkota Emas Eteria yang kuno, dan semua orang menahan napas. Mereka mengira Kael akan memahkotai dirinya sendiri.
Namun, Kael menoleh ke Lyra. Kael mengangkat mahkota itu, dan meletakkannya dengan lembut di atas kepala Lyra.
"Aku tidak memerintah sendiri," Kael berkata, suaranya menggelegar penuh kebanggaan. "Inilah Ratu Eteria yang sejati! Dia bangkit dari abu pengkhianatan, mengalahkan kegelapan, dan membebaskan kerajaan dari kutukan. Hormati kehendaknya. Dengarkan perintahnya. Lyra Velmora adalah Ratu yang akan memimpin Eteria menuju era baru!"
Kerumunan meledak dalam sorakan. Mereka tidak hanya melihat Ratu, tetapi mereka melihat Ratu yang dipilih oleh Raja Aerion sendiri.
Lyra melangkah maju, membiarkan Mahkota Darah (sebutan Lyra untuk mahkota itu, yang dimenangkan dengan kekejaman dan darah) bersinar di kepalanya.
"Rakyat Eteria," Lyra berbicara, suaranya jelas dan meyakinkan. "Era penindasan dan intrik sudah berakhir. Saya berjanji, Eteria akan menjadi kerajaan yang adil, yang didirikan atas kebenaran, bukan kebohongan. Kita akan membangun kembali, kita akan bersatu, dan kita akan makmur!"
Deklarasi Lyra disambut histeria positif. Lyra telah diakui oleh rakyat, bangsawan yang tersisa, dan oleh Aerion.
Malam itu, Lyra dan Kael duduk di Ruang Kerja. Lyra, Ratu yang baru, memeriksa laporan. Kael, di sampingnya, adalah Raja dan kekasihnya.
"Kita damai, Yang Mulia," kata Lyra. "Tapi saya tahu ini tidak akan bertahan lama."
"Tentu saja tidak," Kael tersenyum, membelai Liontin Segel perak Lyra. "Ordo Tujuh Bintang hanya memiliki basis di Eteria. Mereka memiliki kekuatan di Kerajaan Timur, Niveria. Mereka akan menggunakan Niveria untuk menyerang kita."
Lyra menunjuk peta di perbatasan Timur. "Niveria adalah Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Ratu yang licik. Ratu Ilaria. Dia pasti akan melihat kita yang lemah sebagai peluang."
Kael mengangguk. "Itulah babak selanjutnya, Ratu-ku. Perang tidak lagi hanya intrik Istana. Perang akan menjadi perang antar-kerajaan."
Kael menarik Lyra mendekat. "Tapi jangan khawatir. Kita adalah penguasa yang bersatu. Aku akan menjadi pedangmu, dan kau adalah kehendakku. Kita tidak bisa dikalahkan."
Lyra mencium Kael. Ciuman mereka kini dipenuhi cinta murni dan janji akan takdir bersama.
"Kael, ada satu hal lagi," Lyra berbisik. "Anda berkata bahwa Liontin ini mengunci jiwa Valerius. Tapi... apakah Valerius benar-benar pergi?"
Kael menatap Lyra, matanya bersinar emas. "Jiwa Valerius sudah di surga, Lyra. Tapi... memorinya tentangmu, hasratnya, dan cintanya—itu adalah energi yang kuat. Aku sudah menyegelnya, tetapi... ingat, hasrat adalah kekuatan. Dan hasrat bisa kembali."
Lyra memeluk Kael erat-erat. Ia tahu: perjuangan untuk takhta telah usai. Sekarang, perjuangan untuk mempertahankan cinta dan memimpin kerajaan baru saja dimulai.
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.
Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.
Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.
“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.
Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.