NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18 Amal Membuka Mata Lily

Lily menunggu suaminya pulang ke rumah, dia heran ponsel Hans tidak bisa dihubungi. Lily mencoba beberapa kali menelpon Hans, namun tetap tidak aktif. Malam itu Lily gelisah di dalam kamarnya, pukul 11 malam Hans belum juga pulang ke rumah.

Lily: "Ada apa dengan mas Hans? Mengapa ponselnya tidak aktif? Tidak biasanya dia seperti ini. Apakah terjadi sesuatu dengannya, ya?" dia bertanya-tanya dengan rasa cemas dan gelisah. Hingga pukul 1.00 malam, Hans tidak kunjung pulang dan akhirnya Lily tertidur sendiri di atas ranjangnya. Pagi harinya saat Lily terbangun, dia tidak melihat Hans tidur di sampingnya. Lily semakin gelisah dan berniat ke kantor suaminya, setelah mandi dan berganti pakaian Lily keluar dari dalam kamarnya dan melihat tante Meti sedang sibuk di dapur bersama bi Sita.

Lily: "Aku mau ke kantor mas Hans, bu. Semalam dia tidak pulang. Ponselnya juga tidak aktif." ucapnya dengan wajah sedih dan rasa cemas.

Tante Meti: "Kamu sarapan dulu, Li. Setelah itu kamu ke kantor Hans." ucapnya.

Lily: "Tidak usah, bu. Nanti aku sarapan di toko saja." ucapnya. Tante Meti menghela nafas pendek, lalu menatap wajah Lily yang cemas memikirkan Hans.

Tante Meti: "Apakah saat kamu di kota Batam, Hans tidak menghubungimu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Tidak, bu. Aku yang menelponnya, tapi hanya sekali." sahutnya dengan wajah sedih. Tante Meti mulai curiga pada Hans, namun dia berusaha menyembunyikan kecurigaannya di depan menantunya itu.

Tante Meti: "Ada apa dengan Hans, ya?" tanyanya dengan cemas. "Tidak biasanya Hans seperti ini." ucapnya lagi.

Lily: "Aku pergi dulu, bu." ucapnya.

Tante Meti: "Hati-hati, nak." sahutnya. Lily melangkah keluar dengan cepat, tante Meti kepergian Lily dengan rasa cemas. Dia turut merasakan kesedihan menantunya itu. Bi Sita yang sedang sibuk mencuci piring ikut mendengar pembicaraan nyonyanya hanya bisa terdiam. Bi Sita ingin memberitahu tentang tissue yang dia temukan di tumpukan baju kotor Hans, namun dia takut salah bicara. Tante Meti menoleh ke arah bi Sita.

Tante Meti: "Apakah kamu mengetahui sesuatu tentang tuan, bi?" tanyanya dengan rasa curiga.

Bu Sita: "Tidak, nyonya. Saya tidak tahu apa-apa." ucapnya dengan spontan. Bu Sita kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa di dapur. Sedangkan Lily telah tiba di depan kantor suaminya, Lily keluar dari dalam mobilnya lalu masuk ke dalam kantor suaminya dengan terburu-buru. Lily menghampiri seorang resepsionis pria.

Lily: "Pagi, pak." sapanya sambil tersenyum tipis. "Apakah pak Hans ada di dalam ruangannya?" tanyanya.

Resepsionis: "Pagi, nyonya. Pak Hans belum datang pagi ini." ucapnya dengan ramah. Lily melirik ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 9.15 pagi, dia mengerutkan kedua alisnya dan terheran-heran karena Hans belum masuk kantor. Biasanya sekitar pukul 9 Hans sudah ada di kantor.

Lily: "Apakah pak Hans cuti, pak?" tanyanya lagi dengan rasa penasaran.

Resepsionis: "Saya sendiri kurang tahu, nyonya." sahutnya.

Lily: "Terima kasih, pak. Saya akan menunggunya di sini saja." sahutnya. Resepsionis itu tersenyum tipis kepada Lily.

Resepsionis: "Silahkan duduk di sana, nyonya." pintanya sambil menunjuk ke arah beberapa kursi khusus untuk tamu. Lily membalikkan badannya, lalu menuju ke arah kursi yang telah tersedia. Lily duduk menunggu sekitar 15 menit, batang hidup Hans belum kelihatan. Lily mulai gelisah, dia memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di depannya, namun Hans belum kelihatan. 25 menit berlalu, akhirnya Lily memutuskan untuk pergi dari kantor suaminya. Lily masuk kembali ke dalam mobilnya dengan rasa kecewa dan sedih.

Lily: "Ke mana perginya mas Hans? Mengapa dia tidak masuk kantor?" tanyanya dengan gelisah. Lily mulai melaju dengan mobilnya, dan berniat ke tokonya. Lily mencoba lagi menelpon ponsel suaminya, namun ponsel Hans tetap tidak bisa dihubungi. Lily mulai kesal pada Hans, dia kecewa, sedih bercampur marah. Dalam kemarahan dan kesedihannya, Lily menahan laparnya.

Lily: "Sebaiknya aku membel**i makanan dulu." gumannya di dalam mobil. Lily melaju dengan pelan, mencari toko makanan di sekitar jalan yang dia lalui. Lily memberhentikan mobilnya, di depan sebuah warung kaki lima dan berniat membeli di warung itu. Walaupun Lily berasal dari keluarga yang kaya raya, namun Lily tidak pernah malu untuk sekedar membeli makanan di sebuah warung kaki lima. Lily keluar dari dalam mobilnya, lalu melangkah pelan masuk ke dalam warung itu. Di samping warung itu terdapat toko buah, Lily hendak membeli buah-buahan untuk di bawa pulang.

Lily: "Pagi, pak." sapanya dengan ramah. Pemilik warung tersenyum lembut kepada Lily.

Pemilik warung: "Pagi, mbak." sapanya. "Mau pesan apa, mbak?" tanyanya dengan ramah.

Lily: "Saya pesan 10 bungkus nasi dan lauknya, ya." ucapnya. Lily sengaja memesan lebih banyak untuk dibagikan kepada karyawannya di toko.

Pemilik warung: "Iya, mbak." sahutnya dengan riang. Pemilik warung itu sangat bahagia, dia segera membuatkan pesanan Lily.

Lily: "Saya bayar duluan, pak. Saya ke toko buah sebelah dulu, ya." ucapnya sambil mengeluarkan beberapa lembar uang kertas yang cukup banyak.

Pemilik warung: "Uangnya lebih, mbak. Totalnya tidak sebanyak ini." ucapnya dengan jujur.

Lily: "Simpan saja uang lebihnya, pak. Simpan untuk tambah modal, ya." ucapnya dengan tulus. Pemilik warung itu tersenyum bahagia bercampur haru. Tanpa sadar pemilik warung itu meneteskan air mata.

Pemilik warung: "Alhamdulillah... Terima kasih, mbak." sahutnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Lily: "Iya, pak. Saya ke toko buah sebelah dulu, ya." ucapnya. Lily melangkah dengan pelan memasuki pintu kaca toko buah itu. Di dalam toko buah itu, Lily memilih buah-buahan yang dia sukai.

Lily: "Aku perlu buah apel dan jeruk ini. Aku cukup stres memikirkan mas Hans." gumannya. Lily selalu memakan buah kesukaannya saat pikirannya kalut. Saat selesai memilih buah kesukaannya, Lily berjalan pelan menuju kasir untuk membayar, namun alangkah terkejutnya Lily dengan apa yang dilihatnya. Lily melihat Hans sedang menggandeng tangan seorang wanita yang dia kenal, dan wanita itu adalah Dewi. Dengan cepat, Lily menghentikan langkahnya, dan bersembunyi di balik sebuah tiang yang cukup besar untuk bersembunyi.

Lily: "Ya, Tuhan. Bukankah itu Dewi? Dia adalah teman Mawar." gumannya dengan pelan. Lily terus menatap ke arah Hans dan Dewi yang kelihatan bahagia sedang membeli beberapa buah dan minuman. Jantung Lily berdetak kencang, kedua kakinya terasa lemas, namun dia tidak berani menghampiri suaminya. Hatinya menjerit menyaksikan kemesraan suaminya dengan wanita lain di depan matanya sendiri. Lily masih terus menatap ke arah Hans dan Dewi.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!