Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Pertemuan Dewi Dan Hans

Pagi itu Hans buru-buru ke kantor, dia tidak menyentuh makanan yang telah disiapkan oleh istrinya, Lily.

Lily: "Makanlah dulu, mas." pintanya.

Hans: "Aku sudah telat, sayang. Pagi ini aku ada rapat di kantor." ucapnya. Hans mencium kening Lily, lalu melangkah dengan terburu-buru masuk ke dalam mobilnya. Mertua Lily, yaitu tante Meti keluar dari kamarnya.

Tante Meti: "Hans tidak sarapan, ya?" tanyanya.

Lily: "Mas Hans buru-buru, bu. Katanya ada rapat di kantornya." ucapnya sambil tersenyum kecil. Mawar berjalan pelan menghampiri Lily dan ibunya yang sedang berbincang.

Mawar: "Apakah mas Hans sudah pergi, mbak?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Lily hanya tersenyum hangat menatap Mawar sambil menganggukkan kepalanya.

Lily: "Kamu ingin diantar mas Hans, kan?" tanyanya dengan pelan.

Mawar: "Iya, mbak, tapi mas Hans sudah pergi." ucapnya dengan wajah cemberut.

Tante Meti: "Naik ojek aja, Mawar. Banyak ojek mangkal di depan." ucapnya.

Mawar: "Iya, bu." ucapnya dengan sedikit kesal. Mawar mencium tangan ibunya dan kakak iparnya, lalu melangkahkan kedua kakinya untuk mencari ojek yang sering mangkal tak jauh dari rumahnya. Hans dan Lily belum dikaruniai anak, namun mereka hidup bahagia dan saling mencintai. Hans memiliki kulit yang putih dan bersih, dan berwajah tampan. Tante meti yang merupakan mertua Lily, tergolong mertua yang baik dan pengertian. Tante Meti tidak pernah mempermasalahkan tentang kesuburan Lily sebagai seorang wanita. Usia Lily juga masih tergolong masih muda yaitu, 30 tahun dan Hans berusia 33 tahun. Lily juga seorang wanita karier yang pintar dan lihai, dia mempunyai toko perhiasan logam mulia atau emas. Ayahnya yang telah mewariskan toko perhiasan emas itu kepadanya dan Lily mengelolanya dengan baik. Toko itu berkembang, Lily mempunyai karyawan sekitar 7 orang. Lily keturunan cina, ibunya telah meninggal. Ayahnya telah mempunyai istri dan menetap di Finlandia. Lily mempunyai asisten rumah tangga sebanyak 3 orang yaitu, bu Sita sebagai tukang masak dan membersihkan dapur, seorang tukang kebun bernama pak Anto dan seorang satpam rumah mereka bernama pak Benti. Rumah itu milik Lily, warisan dari ayahnya yang bernama koh Along.

Lily: "Aku berangkat ke toko dulu, ma." ucapnya sambil bergegas mengambil tasnya di atas kursi.

Tante Meti: "Iya Lily. Hati-hati, nak." ucapnya sambil tersenyum hangat menatap menantunya itu. Begitulah kegiatan Lily dan suaminya setiap hari. Sedangkan Mawar yang merupakan adik dari Hans mempunyai jadwal kuliah yang cukup padat di kampusnya. Mawar gadis yang sangat pintar, karena kepintarannya dia mendapat bea siswa. Mawar mempunyai sahabat yang bernama Dewi, mereka satu kampus. Dewi tidak sepandai Mawar, dia selalu meminta tolong pada Mawar untuk mengerjakan tugas dari dosen mereka. Untungnya kedua orang tua Dewi kaya raya. Siang itu Dewi curhat pada Mawar tentang keadaan kedua orang tuanya yang sering bertengkar.

Dewi: "Aku cukup stres, Mawar. Hampir setiap hari papa dan mamaku bertengkar." ucapnya dengan kesal. Mawar menghela nafas pendek, dia mendesah.

Mawar: "Sabar aja, Wi." hiburnya memanggil nama belakang Dewi.

Dewi: "Aku ingin kos dulu, Mawar. Aku tidak mau ikut stres dengan papa dan mama." ucapnya.

Mawar: "Jangan dulu, Wi. Pertengkaran dalam rumah tangga itu hal yang biasa, kok." ucapnya dengan enteng.

Dewi: "Kamu tuh, kayak udah pernah berumah tangga saja." ejeknya.

Mawar: "Bukan gitu, Wi. Aku biasa melihat mas Hans dan mbak Lily bertengkar." ucapnya dengan penuh keyakinan. "Setelah bertengkar, mereka baikkan lagi, kok." ucapnya lagi. Dewi menghela nafas pendek, dia mencoba memahami perkataan sahabatnya itu.

Dewi: "Iya, deh. Semoga saja papa dan mama baikkan lagi." ucapnya dengan penuh harap. Begitulah, Dewi terkadang curhat ke Mawar tentang semua masalahnya, hidupnya, bahkan keadaan kedua orang tuanya. Mawar selalu mencoba memahami sikap Dewi yang sedikit manja, dan selalu menginginkan hal yang instan.

Mawar: "Aku pulang dulu, Wi. Mata kuliahku sudah selesai." ucapnya. Dewi melirik jam tangannya dan menunjukkan jam 2 siang.

Dewi: "Untuk apa sih pulang cepat?" tanyanya dengan kesal. "Ini masih siang, Mawar." ucapnya. "Kita ke kafe dulu, yuk." ajaknya. Mawar merasa tidak enak menolak ajakan sahabatnya, Mawar juga merasa jenuh jika pulang cepat ke rumah. Akhirnya Mawar dan Dewi sepakat untuk ke kafe. Seorang pria yang bernama Dave menghampiri Mawar dan Dewi saat hendak pergi. Dave adalah pria yang menyukai Mawar sejak pertama kali masuk kuliah. Mawar belum membuka hatinya untuk Dave karena Mawar belum menginginkan mempunyai kekasih.

Dave: "Kalian mau ke mana?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Dave melirik ke arah Mawar yang berdiri di samping Dewi.

Dewi: "Kepo, deh." candanya.

Dave: "Ikut, dong." pintanya dengan suara memelas. Dewi melirik ke arah Mawar, dia tahu jika Mawar akan merasa terganggu dengan kehadiran Dave.

Dewi: "Boleh atau tidak dia ikut kita?" tanyanya sambil berbisik di telinga Mawar.

Mawar: "Terserah kami, Wi. Kamu yang traktir, kan?" sahutnya membalas bisikan sahabatnya.

Dave: "Kenapa berbisik-bisik, sih? Apa yang kalian bisikkan?" tanyanya dengan rasa penasaran. Dewi menatap Dave sambil tersenyum hangat.

Dewi: "Kata Mawar kamu boleh ikut, Dave." ucapnya sambil melirik ke arah Mawar.

Dave: "Gitu, dong." ucapnya sambil tersenyum lebar. "Kalian jalan duluan, yah. Aku akan menyusul dari belakang." ucapnya. Dewi menggunakan mobil untuk ke kampus, begitupun dengan Dave. Akhirnya mereka bertiga sepakat untuk ke kafe. Mawar ikut di mobilnya Dewi, sedangkan Dave hanya seorang diri dengan mobil pribadinya. Dewi menyetir secara perlahan, sedangkan Dave mengikuti mereka dari arah belakang. Sekitar 20 menit, akhirnya mereka tiba di depan sebuah kafe yang cukup mewah dan ternama. Mawar dan Dewi keluar dari dalam mobil, disusul oleh Dave. Saat hendak masuk ke dalam kafe, Mawar berpapasan dengan kakaknya yaitu, Hans. Kakaknya hendak keluar bersama rekan kerjanya, sedangkan Mawar hendak masuk ke dalam kafe itu.

Mawar: "Hai, mas." sapanya dengan lembut. "Sedang apa di kafe ini, mas?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Hans: "Aku habis rapat dan akan kembali ke kantor." ucapnya. "Kenapa kamu di sini?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. "Apakah kamu tidak kuliah?" tanyanya lagi dengan rasa curiga.

Mawar: "Aku sudah selesai, mas. Temanku mengajakku ke sini." ucapnya sambil melirik ke arah Dewi. "Kenalkan, mas. Dia teman dekatku, namanya Dewi." ucapnya. Dewi maju selangkah, menyodorkan tangannya ke arah Hans sambil tersenyum ramah.

Dewi: "Hai, mas. Aku Dewi." ucapnya sambil menatap dalam pada Hans.

Hans: "Iya, Dewi. Aku Hans." ucapnya. Hans menatap Dewi dengan tatapan dalam, dalam hatinya dia mengagumi kecantikan Dewi.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!