Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.
Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.
Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.
Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."
Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.
"Aku bukan Shu Yue."
Pemuda itu tersenyum.
"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18: Orang yang Suka Pura-Pura Pasti Sangat Malu
Kediaman Kepala Sensor Kerajaan sangat tenang ketika malam hari tiba. Di taman yang sedang memekarkan bunga musim semi, rumput hijau tumbuh seperti permadani hijau gelap, tertimpa cahaya bulan.
Suara binatang malam terdengar, menempatkan kesunyian yang terasa hidup namun menguarkan kesan terasing. Lampu-lampu taman sudah menyala, angin berembus menerbangkan kepenatan yang membabi-buta.
Di dalam ruang samping Paviliun Haitang, Shu Yue sedang mandi. Dia merendam dirinya di dalam bak mandi air hangat yang ditaburi kelopak mawar merah. Suara gemericik air terdengar setiap kali tubuhnya bergerak. Harum aroma sabun bercampur dengan aroma mawar yang samar.
Matanya menatap kosong kisi jendela yang tertutup. Bukan jendela itu yang menjadi fokus utamanya, melainkan sesuatu di luar sana yang sangat jauh dan sulit dijangkau.
Pangeran Xuan, Pei Yuanjing, sebenarnya orang seperti apa dia itu.
Percakapan mereka di Restoran Jiluo telah menumbuhkan semakin banyak pertanyaan dalam hati Shu Yue. Bukan hanya tentang dia yang seorang Pangeran Pemangku, tapi juga tentang dirinya yang seakan telah mengenal sosok Ruan Shu Yue namun menyangkal dan menyembunyikannya, seolah tak ingin ada orang yang tahu.
Shu Yue tak pernah berangan-angan menjalin hubungan dengan keluarga kerajaan. Dalam hidupnya, dia hanya ingin hidup dengan baik bersama orang yang dicintainya, memiliki keluarga yang hangat di setiap musim dan bisa menemaninya menjalani kehidupan ini tanpa rasa sakit.
Namun, dia gagal total. Ia tak pandai menilai orang, dengan mudahnya percaya bahwa seseorang akan sangat mencintainya tanpa syarat. Di dunia ini, mana ada orang yang memberikan keuntungan secara cuma-cuma?
Pei Yuanjing adalah seorang pangeran yang diberkati. Dia berkuasa dan bijaksana, dikenal karena ketegasannya dalam bertindak. Sosok seperti itu jelas adalah permata di mata semua orang, dan mereka menganggapnya sebagai harta yang sangat berharga.
Lantas, mengapa Pei Yuanjing justru memilih membawa pergi jasad seorang wanita yang jelas-jelas tidak pernah ada hubungannya dengan dia? Terlebih, wanita itu adalah istri dari pejabatnya sendiri.
Shu Yue tidak berani percaya dan tidak berani memikirkan hal yang keterlaluan, atau berangan-angan dan berkhayal tentang sesuatu. Ia takut jika dia percaya diri, dia akan kembali terjebak ke lubang api yang sama. Pei Yuanjing bukanlah orang yang mudah digapai.
Tapi, dia adalah pisau yang bagus. Dengan kekuasaan besarnya, dia mengendalikan pemerintahan dan menekan banyak orang. Dia adalah kandidat terbaik yang bisa dijadikan pisau untuk menghancurkan Ling Baichen.
Shu Yue kembali bertanya pada dirinya sendiri, siapakah dia? Dengan identitas apa dia ingin mendekati Pei Yuanjing dan mengapa dia berpikir pria itu akan membantunya?
Bagaimanapun, sekarang dia adalah Shu Yue, putri keempat Keluarga Shu. Dia bukan lagi Ruan Shu Yue yang seorang yatim piatu korban pengkhianatan itu, yang secara misterius membuat Pangeran Pemangku Kerajaan Dongyu membawa pergi jasadnya tanpa penjelasan.
Mustahil mengatakan dia adalah Ruan Shu Yue. Jika memaksa mengatakannya, Pei Yuanjing akan menganggapnya gila. Dia bahkan akan mengira kalau Shu Yue adalah wanita licik yang sengaja mendekatinya dengan suatu tujuan.
Untuk mengetahui tujuan pria itu, Shu Yue hanya bisa menunggu. Dia tidak berani bertaruh, karena ia memikul banyak nyawa di tangannya sendiri.
Kepala Shu Yue tenggelam dalam bak mandi. Bayangan masa lalu kembali menghantuinya, membuat jiwanya yang terluka merasakan sakit yang luar biasa.
"Nona!"
Kesadaran Shu Yue dibangkitkan oleh suara Xiaohe. Seketika kepalanya menyembul dari dalam air. Napasnya sangat cepat dan jantungnya berdetak dua kali lipat dari kondisi normal.
Hampir saja. Hampir saja Shu Yue tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Nona sudah satu jam berendam. Airnya sudah dingin, sebaiknya segera turun agar tidak masuk angin dan jatuh sakit. Tuan dan Nyonya pasti sedih kalau Nona jatuh sakit."
"Satu jam?"
Shu Yue bahkan tidak merasakan kalau air di bak mandinya sudah dingin. Ia terlalu larut memikirkan sesuatu. Jika Xiaohe tidak datang, mungkin dia bisa saja tertidur.
"Nona pasti melamun lagi. Dulu, Nyonya Ruan juga sering melamun ketika sedang mandi."
Tatapan gadis pelayan itu turun. Kenangan lama berputar seperti fragmen yang terputus-putus. Xiaohe hanya ingin mengingat kenangan indah sang tuan, namun selama hidupnya, hanya rasa sakit yang diberikan kepada tuannya itu.
Tahu bahwa Xiaohe mengingat dirinya, Shu Yue buru-buru mengambil handuk dan turun dari bak mandi. Air menetes dari rambutnya yang basah, wajah polos tanpa riasan itu masih tetap cantik meski hanya ada cahaya temaram menerangi ruang samping itu.
"Baiklah, aku tidak akan melamun lagi. Kau jangan bersedih," hibur Shu Yue.
Xiaohe tersenyum. Gadis ini selalu mudah dibujuk. Setiap kali merajuk karena Shu Yue membahayakan dirinya, gadis itu akan memasang wajah kusam seolah dunia adalah penyakit. Tapi setelah dibujuk beberapa kata, keceriaannya akan secara otomatis kembali.
Setelah berpakaian, Shu Yue kembali ke dalam ruang utama. Ada hidangan makan malam yang sudah ditata rapi di meja. Beberapa hidangan merupakan kesukaan Shu Yue. Mungkin, Xiaohe mencoba peruntungan dengan memasak resep yang sama seperti yang sering ia sajikan kepada dirinya di masa lalu.
"Nona, cepat cicipi masakan Xiaohe. Xiaohe tidak tahu preferensi makanan Nona, jadi hanya bisa memasak seadanya. Harap Nona tidak menertawakanku."
"Gadis bodoh, untuk apa meremehkan diri sendiri? Kau masak bukan untuk perlombaan. Yang penting bisa dimakan dan bisa membuat perut kenyang. Selama tidak membuat keracunan, makanan apapun boleh dimakan."
Xiaohe tersenyum. Namun, hatinya merasakan sakit hati. Ia sudah dengar tentang Nona Keempat yang sejak kecil dibesarkan di pedesaan dari Bibi Zhou. Padahal jelas-jelas putri keluarga terpandang dan putri keluarga kaya, tapi harus menderita hanya karena sesuatu yang tidak nyata.
Nona pasti sudah banyak menderita, sampai makanan pun tidak pilih-pilih. Karena jika tidak makan, maka tidak akan ada makanan lagi. Bahkan setelah kembali ke kediaman, sifatnya dalam memilih makanan tidak berubah.
Tidak seperti beberapa orang, yang jelas bisa makan enak namun suka membuangnya seperti sampah. Sifat Nona Keempat begitu lembut, mana mungkin dia adalah bintang pembawa sial.
"Kau cukup pandai memasak. Tapi kelak, jangan melakukan pekerjaan kasar. Cukup temani aku dan melayaniku dari dekat. Dalam hal memasak, biarkan koki kediaman saja yang melakukannya."
"Nona tidak suka masakannya? Apakah rasanya tidak cukup enak?"
"Sudah kubilang makanan apapun boleh. Masakanmu enak. Aku hanya tidak mau kau terlalu lelah."
"Nona, Xiaohe adalah pelayan Nona. Sudah sewajarnya bekerja untuk Nona. Nona sudah menyelamatkanku, seumur hidup ini aku tidak akan bisa membalas budi Nona."
"Sudah, jangan bicara soal balas budi. Xiaohe, kau bilang saat itu Pangeran Xuan membawa pergi jasad Nyonya Ruan. Lalu apakah kau tahu mengapa dia melakukannya?"
"Xiaohe tidak tahu. Saat mendengar kabar itu di kediaman, situasinya sudah rumit. Kediaman tidak tenang. Nona Shen mungkin merasa aku adalah noda yang belum hilang, sampai mau menyiksaku sampai mati. Tapi, Tuan Adipati kemudian membujuknya dan memberi pilihan hingga mereka akhirnya menjualku kepada orang lain."
"Ah.... Bajingan itu memang sangat pandai membujuk wanita," gumam Shu Yue.
Tapi begitu ingat kalau jasadnya diambil oleh Pei Yuanjing, Shu Yue merasa senang juga. Ia tak sudi disentuh oleh tangan kotor Ling Baichen, apalagi dimakamkan olehnya.
Orang yang suka pura-pura baik itu pastinya sangat malu, 'kan?
Istrinya yang tidak dianggap dan selalu disakiti setelah dimanfaatkan sudah mati, tapi orang lain mengambil jasadnya dan tidak membiarkannya dimakamkan di makam leluhur Keluarga Ling. Parahnya lagi, dia tidak bisa melawan orang itu. Harga dirinya yang tinggi pasti sangat terluka.
"Xiaohe, maukah kau membantuku membalaskan rasa sakit yang diterima Nyonya Ruan?"
"Xiaohe tentu mau! Asalkan dendam Nyonya Ruan terbalaskan, Xiaohe rela melakukan apapun!"
Shu Yue tersenyum. Ia bersyukur karena menemukan kembali Xiaohe dan membawanya ke kediaman.
Tapi, selain itu, Shu Yue mungkin juga harus berterima kasih kepada Pei Yuanjing. Berkat bantuan pria itu, dia bisa membawa pulang Xiaohe tanpa hambatan.
"Anak baik. Besok minta dapur membuat beberapa camilan. Aku ingin membawanya ke perjamuan."
"Tapi, di istana ada banyak sekali makanan. Untuk apa Nona membawa makanan dari rumah?"
"Untuk berterima kasih kepada seseorang."
"Oh... Baiklah."
Emang enak di tampar kenyataan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣