The Phoenix Jade

The Phoenix Jade

Episode 1: Bunga yang Jatuh

Kota Jingdu, ibu kota Kerajaan Dongyu sedang dilanda musim dingin. Salju yang turun sejak sore tersebut telah mengubah seluruh wilayah ibu kota yang besar dan megah menjadi hamparan putih yang luas.

Di Distrik Selatan Kota Jingdu, sepi menyertai hujan salju malam itu. Lampu-lampu di beberapa kediaman menyala. Pintu besarnya tertutup rapat.

Halaman belakang kediaman Adipati Muda juga demikian. Meski bukan suasana ramai yang tercipta, namun sudah cukup membuat orang merasa putus asa.

Salju di halaman barat menumpuk menutupi taman yang beku. Hawa dingin menyebar, menebarkan rasa dingin yang membekukan hati. Hanya ada embusan angin dan suara ranting pohon cemara yang bergoyang terdengar hingga menyusup ke berbagai penjuru.

Ruan Shu Yue masih berlutut di depan Paviliun Xihua. Jubah tipisnya tak mampu menghalau hawa dingin yang terus menusuk hingga ke dalam tulang dan dagingnya.

Rambutnya memutih dihinggapi butiran salju, menjadikannya seperti patung hidup yang sekarat. Pada dasarnya, dia memang sudah sekarat.

Kakinya mati rasa. Tak dapat digerakkan. Dia lupa, selain kakinya, hatinya juga sudah mati.

Sayup-sayup dia mendengar suara kemesraan yang lolos dari Paviliun Xihua. Suara itu seperti anak panah yang menancap di hatinya, membelahnya dan menghancurkannya berkeping-keping. Rasa sakitnya sangat kentara, membuat tubuhnya bergetar.

Wajah Ruan Shu Yue memucat. Mulutnya terkatup rapat seolah salju telah membekukannya.

Bahkan sampai saat ini pun, orang itu masih enggan melepaskannya. Sebenarnya apa yang dia inginkan? Apakah dia sungguh sangat merasa bangga dan senang menyiksanya seperti ini?

Ruan Shu Yue tertawa sumbang. Bertahun-tahun lalu, dia pernah sangat mencintai orang itu.

Ia bahkan tak segan memberikan harta peninggalan ibunya sebagai mas kawin untuk memuluskan jalan orang itu dalam karirnya. Bayangan akan ingatan masa lalu berkelebat dalam pikirannya.

Dia, Ruan Shu Yue, hanyalah seorang gadis yang lahir dari selir di kediaman Penasihat Kerajaan. Ibunya seorang pebisnis yang melebarkan sayapnya di berbagai wilayah, ikut menopang kehidupan Keluarga Ruan yang terpandang dan dihormati. Dia tidak terlalu disayangi karena asal-usul ibunya yang berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan dari kaum bangsawan.

Ruan Shu Yue sering dipandang rendah oleh saudara-saudarinya. Satu-satunya orang yang menyayanginya dengan tulus adalah ibunya.

Ayahnya jarang memperlihatkan kepedulian dan sehari-hari sangat sibuk dengan urusan pekerjaannya. Urusan di halaman belakangnya selalu diatur oleh istri sahnya, seorang nyonya kediaman yang tegas dan berintegritas.

Ruan Shu Yue tidak punya banyak bakat. Dia mengikuti ibunya yang diberi kebebasan mengelola bisnis keluarga. Keluarga asalnya berada di Dingzhou. Di kota itulah dia pertama kali bertemu dengan Ling Baichen, yang saat itu mengikuti ayahnya melakukan perjalanan dinas.

Adipati Ling adalah keluarga bergengsi. Gelarnya diwariskan dalam beberapa generasi. Namun, saat itu sudah menurun dan terpuruk.

Keluarga tersebut sudah lama tidak banyak melahirkan pemuda berbakat. Penerusnya, Ling Baichen, memiliki bakat langka dalam seni beladiri dan pengetahuan tata kelola negara. Dia adalah anak emas yang lahir di napas terakhir Keluarga Adipati Ling.

Dia adalah pemuda yang lembut dan baik hati. Senyumnya sangat lembut dan hangat, hingga bisa menghangatkan hati Ruan Shu Yue yang sudah lama dingin dan kehilangan kepercayaan pada sesuatu yang disebut dengan kasih sayang dan cinta. Tangannya yang terampil mengajarinya beladiri, membantunya menguasai teknik mempertahankan diri.

Saat Ruan Shu Yue merasa berada dalam titik paling gelap dalam hidupnya, orang itu hadir seperti cahaya yang menerangi jalannya dan memberinya kehangatan. Tangan orang itu dulu pernah menggenggamnya dengan erat dan hangat, membawanya menyusuri jalan yang dipenuhi pemandangan indah.

Karena itulah, dia bersedia membantunya, memberinya banyak hal untuk memperlancar karirnya dan meraih kembali kejayaan keluarganya.

Dia menikah dengannya. Dia, putri dari penasihat Kaisar yang tidak disayangi menikah dengan Adipati Muda Ling Baichen yang dihargai Kaisar Tua.

Saat itu, dia merasa bahwa dia telah mendapatkan hari paling bahagia dalam hidupnya. Namun, semuanya ternyata hanyalah angan-angan palsu. Kenyataan tak pernah semanis yang diharapkan.

Bajingan itu, Ling Baichen, yang bersembunyi di balik kebijaksanaan dan pendapatnya yang luar biasa, telah lama menaruh hati pada wanita lain. Pernikahan ini hanya sebuah janji yang sudah usang.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk membawa cinta pertamanya, Shen Jia memasuki kediaman. Bahkan, dia tidak ragu memintanya memberikan posisi yang setara dengannya demi wanita itu.

“Shu Yue, aku tahu aku berutang budi padamu. Aku sudah menunaikan janjiku untuk menikahimu. Namun, aku memohon padamu untuk satu hal. Izinkan aku menjadikan Shen Jia sebagai istri yang setara denganmu. Aku ingin melindunginya.”

Betapa hancurnya hatinya saat dia mendengar suaminya sendiri mengatakan ingin menikahi wanita lain untuk melindunginya. Ruan Shu Yue masih mencoba bertahan, berpikir bahwa Ling Baichen sedikitnya masih menaruh perasaan kepadanya. Dia bersikap baik, menjadi istri yang penurut dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa mengeluh.

Tapi, ular berbisa telah memasuki kediaman. Shen Jia dengan segala tipu dayanya berhasil merebut hati Ling Baichen sepenuhnya.

Setiap malam, Ling Baichen selalu bersamanya. Setiap malam, Ling Baichen selalu bersamanya. Bahkan tak sehari pun Ling Baichen pernah menyentuhnya. Semakin hari, ketidakadilan itu berubah menjadi rasa sakit yang diperkeruh keadaan.

Ruan Shu Yue telah menjadi duri dalam daging dalam hubungan Ling Baichen dan Shen Jia. Semakin lama, dia semakin tak dihormati.

Bahkan keberadaannya pun seakan hanya sebuah pajangan yang tidak perlu dilihat. Ruan Shu Yue seakan menjadi wanita pengganggu yang menghalangi hubungan mereka.

Bajingan itu tak hanya menghancurkan hati dan kepercayaannya, tapi juga hidupnya. Dua tahun lalu saat ibu kota sedang tidak damai karena pemberontakan, keluarganya dibantai dan musnah dalam satu malam.

Ketika Ruan Shu Yue memintanya untuk memohon pada Kaisar Tua agar menyelidiki masalah tersebut, pria itu dengan dinginnya menolak dan menyuruhnya menerima nasib.

Hatinya sudah hancur. Harapannya sudah pupus. Tidak ada lagi yang ia inginkan selain pergi dari tempat terkutuk ini secepatnya. Akan tetapi, Ling Baichen tetap tidak mau melepasnya.

Penderitaan demi penderitaan, rasa sakit yang mendera semakin membuatnya hancur. Tubuhnya tak bisa lagi bertahan.

Ruan Shu Yue menyentuh seutas kain putih yang menutupi matanya. Mata ini, yang dulu dipenuhi sinar harapan kepada Ling Baichen sekarang sudah kehilangan cahayanya.

Ling Baichen, pria kejam itu telah menusukkan pisau tajam yang membutakan kedua matanya lewat tangan Shen Jia. Bahkan Ling Baichen dengan kejamnya membuat kedua kakinya lumpuh, membuatnya tidak bisa melarikan diri dari tempat yang sangat kotor ini.

“Aku benar-benar bodoh. Hahaha… aku benar-benar bodoh.”

Dia memuntahkan seteguk darah segar. Tubuhnya tak bisa lagi bertahan. Hatinya sudah hancur, hidupnya berantakan. Dalam hidup ini, dia gagal.

Tubuh Ruan Shu Yue rubuh. Meski pandangannya gelap, namun hatinya tahu jelas bahwa dia sudah sekarat.

Apakah hanya ini satu-satunya cara agar bisa pergi dari sini? Apakah dia harus mati agar mereka puas dan mengizinkannya pergi?

Pintu Paviliun Xihua terbuka, menampilkan sesosok pria bertubuh gagah yang hanya mengenakan jubah luar. Dadanya yang dulu mengesankan terlihat. Ada peluh membasahi pelipisnya.

Rambut sosok pria itu terlihat acak-acakan. Matanya membelalak melihat Ruan Shu Yue terkapar di halaman bersalju. Dia berlari menerobos hujan salju, menghampiri Ruan Shu Yue dengan raut aneh. Keningnya mengernyit.

"Ruan Shu Yue...."

Kesadaran Ruan Shu Yue hampir padam, namun telinganya masih dapat mendengar jelas suara di sekitarnya. Ruan Shu Yue dapat melihat secara samar sosok Ling Baichen berdiri memandangnya dengan datar melalui seutas kain putih itu, seakan mengatakan bahwa dia tak perlu pura-pura kasihan seperti ini.

"Sampai kapan kau akan membuat keributan?"

Suara dingin Ling Baichen menembus keheningan malam. Ruan Shu Yue menyunggingkan seulas senyum tipis, sebuah senyuman penyesalan yang lahir dari keputusasaannya. Sampai detik terakhir pun, pria ini masih begitu dingin dan tak sekalipun mempedulikannya.

"Mengapa kau memperlakukanku seperti ini? Aku sudah memberimu banyak jalan. Aku hanya ingin kau menyisakan satu jalan untukku..." lirih Ruan Shu Yue.

"Surat perceraian itu, kau jangan harap bisa memilikinya."

"Ling Baichen, aku menyesal telah memilihmu."

Ucapan itu seperti duri tajam yang ditusukkan langsung ke dalam hati Ling Baichen. Kerutan di keningnya berubah menjadi ekspresi marah dan matanya kian menatap tajam sosok perempuan yang terkapar di tanah dingin itu.

Melihat Ruan Shu Yue tidak bergerak dan merespon, Ling Baichen langsung berjongkok dan memeriksa napasnya. Matanya membelalak, namun dia berusaha tetap tenang.

Napas Ruan Shu Yue sudah tidak terasa. Bibirnya berubah pucat. Tubuhnya sangat dingin. Matanya yang buta tertutup rapat, tanpa ada pergerakan sedikit pun. Barulah dia sadar bahwa Ruan Shu Yue tidak pura-pura.

"Ruan Shu Yue!"

Ling Baichen berteriak keras, menarik perhatian para penjaga. Dia mencoba membangunkan Ruan Shu Yue, namun tak ada respon apapun. Perempuan yang biasanya sering mengganggunya dengan mengatakan ingin bercerai dengannya kini membisu.

"A Yue!"

Teriakan lain datang dari arah gerbang. Seorang pemuda dengan jubah bulu rubah yang hangat berwarna merah berlari ke tengah halaman dengan raut wajah panik.

Ling Baichen tidak sempat menyapa dengan tatakrama karena pemuda berjubah itu langsung menendangnya agar menjauh dari tubuh Ruan Shu Yue. Pemuda itu memindahkan tubuh kaku Ruan Shu Yue ke pangkuannya, memeriksanya dan menyentuh wajahnya penuh kepanikan.

"A Yue," lirih pemuda itu.

Tersirat sebuah kesedihan yang tidak terucapkan. Pemuda itu tiba-tiba menatap marah pada Ling Baichen yang tersungkur dan terdiam dengan tatapan kosong. Wajahnya mengeras menahan emosi yang hampir meledak.

"Ling Baichen! Aku mengizinkanmu menikahinya bukan untuk membunuhnya!"

Suaranya menggema, menggelegar seperti petir menyambar. Hati Ling Baichen seperti disiram air dingin. Perasaannya bercampur aduk.

Dia tidak kuasa menengadahkan kepala atau mengatakan sesuatu untuk sekadar meminta pengampunan. Dia tidak mampu melakukannya. Pemuda itu memejamkan matanya dalam-dalam dan memeluk tubuh kaku Ruan Shu Yue. Seandainya dia datang lebih awal, mungkin tidak akan jadi seperti ini.

"A Yue, aku datang terlambat."

Namun, betapa besar pun penyesalan itu, tidak ada gunanya. Bunga yang jatuh tidak akan pernah bisa kembali ke tangkainya, tak akan bisa mekar dengan indah seperti sebelumnya.

Terpopuler

Comments

A

A

oalaahh ada yg baru lagi toh. yg satunya tetap di lanjutkan kan thorr? 🥺

2025-09-18

4

sahabat pena

sahabat pena

part awal mengandung bawang 😭😭😭😭pedes, perih😭😭😭

2025-09-19

3

Biyan Narendra

Biyan Narendra

Awal cerita yang bikin nyesek,marah dan pengen bikin Ling Baicheng hancur

2025-09-19

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Bunga yang Jatuh
2 Episode 2: Nona Keluarga Shu
3 Episode 3: Istri Adipati Muda
4 Episode 4: Ayah dan Ibu
5 Episode 5: Dia Sangat Pengertian
6 Episode 6: Teman Lama
7 Episode 7: Apakah Kita Pernah Bertemu Sebelumnya?
8 Episode 8: Orang yang Mencari Perhatian
9 Epsiode 9: Bawa Aku Keluar
10 Episode 10: Tuan Kecil
11 Epsiode 11: Bantuan yang Tidak Boleh Setengah-Setengah
12 Episode 12: Jangan Bicara!
13 Episode 13: Meminjamkan Harem
14 Episode 14: Reuni Kecil
15 Episode 15: Bayangan yang Hilang
16 Episode 16: Menghancurkan Aliansi Keluarga
17 Episode 17: Kartu Undangan
18 Episode 18: Orang yang Suka Pura-Pura Pasti Sangat Malu
19 Episode 19: Tuan Tidak Berdaya
20 Episode 20: Pamer Harga Diri
21 Epsiode 21: Tidak Sopan
22 Episode 22: Wajah Tanpa Topeng
23 Episode 23: Ucapan Terima Kasih
24 Episode 24: Orang Asing
25 Episode 25: Orang yang Berulah
26 Episode 26: Bisnis
27 Epsiode 27: Membakar Hidup
28 Episode 28: Kotak Kayu
29 Episode 29: Menteri Setia
30 Episode 30: Kebetulan Manis
31 Episode 31: Bersenang-Senang Sendiri
32 Episode 32: Lebih Tampan
33 Episode 33: Menghancurkan Nama Baik
34 Episode 34: Bunga Osmanthus
35 Episode 35: Benar-Benar Sulit
36 Episode 36: Pelajaran Berharga
37 Episode 37: Tentang Keluarga Ruan
38 Episode 38: Nyonya Besar
39 Episode 39: Bersabar Saja
40 Episode 40: Tidak Perlu Mencarinya Lagi
41 Episode 41: Bunga dari Masa Lalu
42 Episode 42: Apakah Kau Baru Mengantar Kekasih?
43 Episode 43: Salep Bunga Persik
44 Episode 44: Jamuan dan Sindiran
45 Episode 45: Hubungan Rahasia
46 Episode 46: Aroma Pemikat
47 Episode 47: Putri yang Terbuang
48 Episode 48: Kontes Menantu
49 Episode 49: Lagu Rakyat
50 Episode 50: Jasad yang Membeku
51 Episode 51: Melepas Pergi
52 Episode 52: Giok Kembar
53 Episode 53: Masalah Bencana
54 Episode 54: Menikahlah Denganku
55 Episode 55: Para Tuan Gelisah
56 Episode 56: Jangan Melewatkan Kesempatan
57 Episode 57: Mereka yang Selalu Ribut
58 Episode 58: Memberi Bantuan
59 Episode 59: Kampung Halaman
60 Episode 60: Panah
61 Episode 61: Desa Keluarga Shu
62 Episode 62: Rencana yang Matang
63 Episode 63: Dekrit Penangkapan
64 Episode 64: Berjalanlah Bersamaku, A Yue!
65 Episode 65: Pulang
66 Episode 66: Berkah Tersembunyi
67 Episode 67: Kehamilan Nyonya Adipati Muda
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Episode 1: Bunga yang Jatuh
2
Episode 2: Nona Keluarga Shu
3
Episode 3: Istri Adipati Muda
4
Episode 4: Ayah dan Ibu
5
Episode 5: Dia Sangat Pengertian
6
Episode 6: Teman Lama
7
Episode 7: Apakah Kita Pernah Bertemu Sebelumnya?
8
Episode 8: Orang yang Mencari Perhatian
9
Epsiode 9: Bawa Aku Keluar
10
Episode 10: Tuan Kecil
11
Epsiode 11: Bantuan yang Tidak Boleh Setengah-Setengah
12
Episode 12: Jangan Bicara!
13
Episode 13: Meminjamkan Harem
14
Episode 14: Reuni Kecil
15
Episode 15: Bayangan yang Hilang
16
Episode 16: Menghancurkan Aliansi Keluarga
17
Episode 17: Kartu Undangan
18
Episode 18: Orang yang Suka Pura-Pura Pasti Sangat Malu
19
Episode 19: Tuan Tidak Berdaya
20
Episode 20: Pamer Harga Diri
21
Epsiode 21: Tidak Sopan
22
Episode 22: Wajah Tanpa Topeng
23
Episode 23: Ucapan Terima Kasih
24
Episode 24: Orang Asing
25
Episode 25: Orang yang Berulah
26
Episode 26: Bisnis
27
Epsiode 27: Membakar Hidup
28
Episode 28: Kotak Kayu
29
Episode 29: Menteri Setia
30
Episode 30: Kebetulan Manis
31
Episode 31: Bersenang-Senang Sendiri
32
Episode 32: Lebih Tampan
33
Episode 33: Menghancurkan Nama Baik
34
Episode 34: Bunga Osmanthus
35
Episode 35: Benar-Benar Sulit
36
Episode 36: Pelajaran Berharga
37
Episode 37: Tentang Keluarga Ruan
38
Episode 38: Nyonya Besar
39
Episode 39: Bersabar Saja
40
Episode 40: Tidak Perlu Mencarinya Lagi
41
Episode 41: Bunga dari Masa Lalu
42
Episode 42: Apakah Kau Baru Mengantar Kekasih?
43
Episode 43: Salep Bunga Persik
44
Episode 44: Jamuan dan Sindiran
45
Episode 45: Hubungan Rahasia
46
Episode 46: Aroma Pemikat
47
Episode 47: Putri yang Terbuang
48
Episode 48: Kontes Menantu
49
Episode 49: Lagu Rakyat
50
Episode 50: Jasad yang Membeku
51
Episode 51: Melepas Pergi
52
Episode 52: Giok Kembar
53
Episode 53: Masalah Bencana
54
Episode 54: Menikahlah Denganku
55
Episode 55: Para Tuan Gelisah
56
Episode 56: Jangan Melewatkan Kesempatan
57
Episode 57: Mereka yang Selalu Ribut
58
Episode 58: Memberi Bantuan
59
Episode 59: Kampung Halaman
60
Episode 60: Panah
61
Episode 61: Desa Keluarga Shu
62
Episode 62: Rencana yang Matang
63
Episode 63: Dekrit Penangkapan
64
Episode 64: Berjalanlah Bersamaku, A Yue!
65
Episode 65: Pulang
66
Episode 66: Berkah Tersembunyi
67
Episode 67: Kehamilan Nyonya Adipati Muda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!