5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Jejak
Petunjuk :
"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."
...ΩΩΩ...
Pergerakan kembali di mulai. Rayn telah memerintahkan Bercelly untuk memberi instruksi kepada Sila, pergerakan utama dari pion anak.
Hari rabu aturan Bina Garuda, pulang pukul 14:00, berbeda dengan hari biasanya pukul 14:30.
Setelah pulang sekolah, Sila segera melaksanakan tugasnya sesuai arahan dari Bercelly. Dia mengenakan jubah hitam dan juga masker, tak lupa penutup kepala yang melekat dalam jubah tersebut.
"Sil! Ingat ya cuman ambil balik buku TBGS, jangan apapun lagi. Gue takut lo kenapa-napa," ujar Bercelly sebelum Sila berangkat.
"Okei Celly aman aja, nanti gue bawa buku itu ke lo!"
"Coba nanti cari di perpustakaan, karena kita belum tau markas mereka. Kalo ada sesuatu hang mencurigakan kasih tau gue!"
"Iya Celly!"
Bercelly mengukir senyuman. "Bisa ya! Okei, jalan!" Wanita pendiam seperti Celly, mempunyai rasa peduli yang lebih. Hanya saja mungkin kurang peduli terhadap apa yang terjadi, lebih terfokus pada tujuan dan impiannya.
Sila berangkat, menggunakan sepeda motor. Dia mengendarai motor dengan kecepatan 60km/jam, jarak dari Bina Garuda ke Bima Nasional sekitar 5km. Sehingga tak membutuhkan banyak waktu untuk Sila tiba di sana.
Setelah tiba, dia segera memanjat gerbang Bina Garuda. Dia langsung menuju ruang perpustakaan, gak lupa mengenakan sarung tangan. Sila juga membawa obeng, antisipasi jika perpustakaan sulit di buka.
Dia sampai di depan perpustakaan. Langsung mencoba membuka pintu tersebut, sebelum menggunakan obeng dia lebih dulu mencari alternatif lain. Dia menemukan kunci di atas pintunya, beruntung para satpam juga guru telah tidak ada satupun di sana.
Sila berhasil membuka pintu tersebut, dia segera masuk ke dalam dan mencari keberadaan buku tersebut. 15 menit berlalu, tak kunjung menemukan juga. Hanya ada satu barang yang belum ia periksa, yaitu brankas. Memang fungsinya untuk menyimpan barang berharga sejenis uang dan lainnya, tidak menutup kemungkinan juga mereka menyembunyikannya di sana.
Beberapa kali mencoba memasukan password selalu salah, akhirnya obeng yang ia bawa berguna. Sila membobol brankas tersebut dengan obeng miliknya, sayangnya saat berhasil di buka tangannya luka terkena besi obeng tersebut.
"Sshhh..."
Sila meringis kesakitan, jari telunjuknya mengeluarkan darah, dan sarung tangannya pun sedikit sobek di bagian telunjuk yang terluka. Tapi dia berhasil, buku tersebut memang buku yang di cari. Dia segera membawanya tanpa melakukan apapun lagi selain segera pergi dari sana.
Namun Sila lupa, dia meninggalkan jejak. Bekas darahnya terdapat di brankas dan Sila tidak menyadarinya sama sekali.
...ΩΩΩ...
"Cell! Ini gue udah berhasil dapetin copy-an buku yang lo maksud." Sila menyerahkan buku tersebut ke tangan Celly.
Celly menerimanya dengan senyuman. "Makasih ya Sil, gimana lancar gak?" Tanyanya.
"Lancar kok, cuman tadi ada insiden dikit. Jari gue luka, tapi gak papa kok."
Sila meniup hari telunjuknya, Celly yang melihatnya pun turut prihatin. "Itu doang? Eh maksud gua lo gak ada luka lain 'kan?"
Sila menggeleng. "Aman!"
"Ya udah lo cepet pulang gih, udah mau malam nih." Bercelly menyarankannya.
"Okei, sampai ketemu di sekolah ya Cell."
Bercelly menganggukkan kepalanya. "Ternyata Celly emang dasarnya aja pendiam, dalam keadaan gini dia seperti cewek yang ramah jauh dengan aslinya," gumam Sila.
Celly memasuki rumahnya, dia segera masuk ke dalam kamar dan membuka buku tadi. Dia memotret buku tersebut, lalu mengirimnya ke grup yang hanya terdiri dari 6 orang dengannya. Dengan caption 'Sila udah dapetin bukunya, gue izin cek.'
Tak ada balasan dalam grup tersebut, entah apalah yang saat ini mereka lakukan. Celly membuka bukunya, dan tepat di halaman 57 dia mendapatkan sesuatu. Flashdisk. Ya. Barang tersebut ada dalam buku yang dimaksud. Ia yakin 100% jika itu bukan flashdisk dari buku awalnya, tapi mereka sengaja menyimpannya.
Celly kembali memotret, fotretan flashdisk itu ia langsung kirim ke grup. Namun hasilnya nihil, mereka tak tertarik membaca notifikasi sama sekali. Ataupun sibuk, Celly berusaha berfikir positif.
"Yeh! Udahlah gue bawa aja besok, males mau cek." Celly menaruh kembali flashdisknya dan menutup buku tersebut.
...ΩΩΩ...
Keesokan harinya...
"Ini serius flashdisknya dari sana?" Tanya Daisen.
Mereka kembali menjadwalkan pertemuan, sebelum berangkat sekolah. "Iya, gue yakin 100%," jawab Celly.
Rayn mengambil flashdisk tersebut, "Kita buka sama-sama."
Dia segera masuk ke tampilan layar laptop, dan mulai mencari file yang menampilkan flashdisk tersebut.
Isi rekamannya adalah pertemuan 4 orang, sayang sekali 2 orang lelaki dalam rekaman tersebut tak tampak jelas wajahnya. Hanya samar-samar, juga kualitas gambar yang buruk. Sedangkan 2 wanita itu, terlihat jelas wajahnya.
Mereka membicarakan sesuatu, yang berhasil memancing emosi salah satunya—lelaki. Salah satu wanita di sampingnya ikut membela dan satunya lagi menentang. Layaknya 2 lawan 2, dan direkaman terakhir menampilkan salah satu dari ketiganya mengancam lawannya.
"Ini diambilnya udah lama ya rekaman?" Tanya Lisa.
Rayn mengangguk, "Ini ada tanggal pengambilannya. 24 Oktober 2000."
"Itu artinya 25 tahun yang lalu? Apa ini menyangkut semuanya?" Tanya Evelyn.
"Sepertinya. Oleh karenanya rekaman ini masih ada, jika tidak begitu berarti gak akan disimpan dengan begitu baik." Rayn lagi-lagi yang menjawab pertanyaan yang lainnya.
"Apa rencana selanjutnya bang?"
Rayn berfikir. "Mereka akan cari flashdisk ini, kita harus punya copy-an terlebih dahulu. Sen Lo bisa lakuin itu dengan cepat gak?"
Daisen langsung berdiri.
Dia melakukannya dengan segera, dalam waktu 10 menit berhasil ia copy. Benar dugaan dari Rayn. Mereka datang ke markas, entah tau dari mana.
"Balikin flashdisk itu!" Untungnya kondisi terkendali, Daisen berhasil menyembunyikan laptop tersebut layaknya tidak ada apa-apa.
"Ini gue gak butuh! Gue cuman mau ambil apa yang lo ambil." Rayn melempar flashdisk tersebut, yang ternyata lagi-lagi Renjana yang datang.
"Pengecut!" Renjana mengambil flashdisk tersebut dan segera pergi dari sana.
Setelah Renjana dipastikan pergi mereka kembali berdiskusi. "Dari mana dia tau?" Rayn menggerutu.
"Kayaknya dia ngikutin Celly! Lo harus lebih hati-hati Cell!" Pesan Akashi.
"Mungkin, semalam dia mau ngambil langsung dari Sila, kayaknya gak keburu." Evelyn bersuara.
"Tapi kenapa gak langsung ambil ke Celly?" Tanya Akashi.
"Gue tau kenapa, karena satpam rumah Celly banyak. Jadi gak berani," beo Callisany.
"Yeh, serah lo!"
"Kemungkinan itu bisa jadi, lain kali siapapun itu harus selalu hati-hati."
Pertemuan pagi yang biasanya mereka lakukan diakhiri. Dirasa belum ada sesuatu yang perlu direncanakan kembali, karena harus merencanakan dengan matang, karena ini bukan misi mainan.
...-ToBeContinued-...