NovelToon NovelToon
Duda Dan Anak Pungutnya

Duda Dan Anak Pungutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Duda
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

carol sebagai anak pungut yang di angkat oleh Anton memiliki perasaan yang aneh saat melihat papanya di kamar di malam hari Carol kaget dan tidak menyangka bila papanya melakukan hal itu apa yang Sheryl lakukan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Keesokan paginya, di meja makan, Papa menghindari kontak mata dengan Carol.

Carol bingung, ada apa dengan papanya. Ia mencoba untuk mendekat kepada papanya.

Carol pun pindah tempat duduk, tapi papanya tetap fokus pada handphone sambil makan.

Carol merasa marah pada papanya.

“Pa, Papa kenapa sih? Papa sudah tidak sayang sama Carol, ya?”

“Kamu bicara apa sih? Ya, Papa sayanglah sama kamu. Kenapa juga Papa harus tidak sayang? Kamu kan sayangnya Papa.”

“Terus, kalau aku sayangnya Papa, kenapa Papa menghindari kontak mata sama aku?”

“Itu perasaan kamu saja, Sayang. Papa pergi ke kantor dulu, ya. Nanti kamu pergi sama sopir kamu.”

Carol merasa ada yang aneh dengan papanya. Ia tidak ikut makan dan langsung naik ke mobil Papa.

Papa bingung, ada apa dengan Carol.

“Carol, kamu kenapa sih, Sayang? Papa ada rapat hari ini, rapat penting. Papa tidak bisa antar kamu ke sekolah, maaf ya.”

Carol menangis, karena ia berpikir Papa sudah tidak sayang lagi padanya. Anton bingung harus bagaimana.

Sebenarnya dirinya juga merasa aneh terhadap dirinya sendiri.

Anton hanya takut akan menyakiti Carol, tapi Carol menganggap papanya — alias Anton — ingin menjauh darinya.

“Papa sudah tidak sayang Carol, ya?”

“Sayang, cuma Papa lagi ada rapat, Sayang.”

“Bohong! Pasti bohong! Tidak mungkin kalau Papa sayang Carol, Papa tidak mau menatap mata Carol. Biasanya Papa selalu menatap mata Carol. Papa kenapa sih? Please, Pa, cerita. Carol tidak tahu Papa kenapa.”

Carol merasa kesal pada papanya, lalu keluar dari mobil.

Anton ingin menjelaskan pada Carol, tapi karena Anton terus menunda, Carol jadi salah paham.

Setelah itu, Carol naik mobilnya sendiri sambil menangis, dengan rasa sakit hati dan kecewa pada papanya sendiri.

Anton langsung bilang ke pengawal Carol untuk memberi kue manis atau makanan pedas, karena Carol hanya suka dua hal itu kalau sedang sedih.

Anton juga meminta pengawal itu untuk mengawal Carol 24 jam tanpa ketahuan oleh Carol.

Namun setelah mencoba mengawal Carol, ternyata Carol tidak mau makan.

Anton yang mendengar itu merasa khawatir. Pengawal mencoba memberi makan lewat guru Carol, tapi Carol tetap tidak peduli.

Ia tidak mau makan kalau bukan papanya yang menyuapi.

Tak lama kemudian, pengawal memberi kabar kalau Carol pingsan di sekolah.

Anton yang sedang dalam rapat langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Ia tidak peduli dengan rapat itu — yang penting adalah anaknya.

Gerald yang melihat itu hanya menggeleng kepala, tidak menyangka kalau Anton akan melakukan hal seperti itu di tengah rapat.

Sikap tidak profesional Anton membuat para klien jadi malas bekerja sama dengannya. Entah kenapa, Gerald juga merasakan hal yang sama.

Anton tiba di rumah sakit, tepat ketika Carol sedang dirawat. Ia menangis dengan air mata yang bergelimang, merasa kecewa karena tidak pernah punya waktu untuk Carol.

Andaikan waktu bisa diputar kembali, Anton berharap Carol bukan diambil olehnya, tapi oleh keluarga yang lebih baik dari dirinya.

Tangan Carol bergerak saat Anton mengusap kepalanya.

Tidak lama kemudian, Carol mencoba membuka matanya perlahan.

Anton yang melihat itu sangat senang dan ingin segera memanggil dokter, tapi tangan Anton ditahan oleh Carol.

“Kenapa, Sayang? Papa mau panggil dokter buat cek keadaan kamu.”

“Aku mau Papa.”

Anton yang mendengar itu langsung lemas. Ia tidak bisa berkata apa-apa.

Selama ini yang membuat Carol sedih bukanlah keadaan, tapi dirinya sendiri.

Anton bingung, bagaimana agar bisa lepas dari Carol, sementara dirinya sudah berjanji akan melepaskan Carol bila tidak menemukan mama yang tepat untuk Carol.

Anton harus menepati janji itu, agar Carol tidak semakin membencinya.

Setelah itu, Anton melepaskan tangan Carol dengan lembut, lalu memanggil dokter.

Begitu dokter datang dan memeriksa Carol, dokter menatap Anton dengan pandangan aneh.

Anton bingung, ada apa.

Lalu dokter memanggil Anton ke ruangannya.

“Pak Anton.”

“Ya, ada apa, Dok?”

Hati Anton berdegup kencang. Ia merasa seperti akan dimarahi dokter.

Tak lama, ia mencoba bersikap tegas.

“Bapak benar-benar ayah dari pasien itu?”

“Ya, benar. Ada apa memangnya?”

“Kenapa wajah Bapak dan anak Bapak berbeda, ya?”

Anton terdiam, tidak mengerti maksud dokter. Ia kira dokter akan bicara hal wajar, tapi ternyata berbeda.

“Maksud dokter apa sih? Saya jadi tidak paham. Langsung to the point saja, Dok, biar saya mengerti apa yang dokter maksud.”

“Anak Bapak tidak sakit apa-apa. Hanya saja, dia kurang kasih sayang dari Bapak. Memangnya Bapak tidak sayang sama anak Bapak? Anak Bapak cantik, lho. Kalau tidak mau anaknya, kasih saya saja.”

Anton yang mendengar itu merasa dokter itu aneh. Ia langsung keluar dari ruangan dan kembali ke kamar Carol.

“Sayang, bagaimana keadaan kamu? Sudah membaik? Ada yang sakit atau pusing?”

Carol tersenyum, merasa senang karena papanya masih menemaninya.

Ia pikir papanya akan meninggalkannya.

Carol langsung memeluk papanya erat.

Anton kembali merasakan hal yang aneh dalam dirinya.

Ia bingung, kenapa setiap kali didekap oleh Carol, tubuhnya seperti merasakan getaran listrik yang tidak bisa dijelaskan.

“Sayang, kamu kan masih perlu pemulihan. Kamu istirahat dulu, ya. Papa mau bayar rumah sakit kamu sebentar aja, kok. Nanti Papa balik lagi.”

“Baik, Pa.”

Anton keluar dari ruangan Carol untuk mencari udara segar, tapi perasaannya malah makin aneh.

Ia lalu meminta pengawal untuk menjaga Carol.

Anton kembali ke kantor. Baru saja duduk, Gerald langsung menghampiri dan menonjoknya.

Anton yang bingung, langsung membalas tonjokan itu. Mereka berdua saling mencengkram baju.

“Kenapa sih, Bro?! Lu nggak bisa profesional banget! Ini rapat penting! Kenapa lu main pergi aja?! Harusnya lu bisa bedain dong!”

“Anak gue sakit, masa gue tinggal diam aja? Lu gila, ya? Kalau ada apa-apa sama anak gue gimana?! Emang lu bisa tanggung jawab?!”

“Bro, itu cuma anak pungut. Apa yang lu harapin dari anak pungut?”

Anton yang mendengar itu langsung naik pitam. Darahnya mendidih. Ia menonjok Gerald hingga wajah Gerald hampir lebam.

Anton tidak menyangka dirinya bisa melakukan hal seperti itu.

Akhirnya ia pergi meninggalkan kantor dan memutuskan untuk keluar negeri selama satu bulan.

Selama sebulan itu, Anton hanya tahu kabar Carol dari jauh, sementara Carol tidak tahu kabar papanya sama sekali.

Carol sempat mencari Om Gerald, tapi Gerald hanya diam.

Ia tidak bisa menjawab apa-apa, karena semua perkelahian itu bermula darinya.

“Maafin Om, Carol. Om nggak tahu kalau Papa kamu sampai menghilang begitu. Semua ini salah Om. Om minta maaf, ya.”

Carol merasa mungkin ini bukan salah Gerald. Mungkin Papanya memang sedang punya masalah yang tidak bisa ia ceritakan.

Akhirnya Carol memilih pulang ke rumah, daripada terus memikirkan Papanya yang entah di mana.

Tak lama kemudian, Carol mendapat telepon dari Papanya.

“Hai, Carol. Kamu di mana?”

“Papa ke mana? Kok Papa nggak ada kabar? Papa ada masalah apa, Pa? Papa nggak mau cerita sama aku? Ada apa, Pa?”

“Papa nggak apa-apa kok, lagi liburan aja. Papa butuh healing. Oh ya, uang jajan kamu kurang ya? Nanti Papa transfer, ya, Sayang.”

“Papa! Papa kenapa sih?! Yang aku butuh itu Papa, bukan uang! Emang menurut Papa aku cari Papa selalu karena uang, ya?!”

Anton terdiam mendengar perkataan Carol.

Apakah dirinya sudah menyakiti perasaan Carol? Tapi kalau tidak begini, Carol tidak akan bisa lepas dari dirinya.

Anton berharap Carol bisa benar-benar lepas darinya, agar ia tidak terus merasa terbebani.

Ia menutup telepon itu tanpa bertanya apa pun lagi.

Di sisi lain, Anton berpikir: apakah dirinya salah sudah membesarkan anak yang bukan anaknya sendiri, sampai dimusuhi oleh orang tuanya sendiri?

Anton juga belum menemukan wanita yang benar-benar bisa mencintai Carol seperti anak sendiri.

Lantas, ia harus bagaimana terhadap Carol?

Anton ingin terus bersama Carol, tapi jika ia tidak bisa menemukan “mama” yang tepat untuk Carol, maka sebagai orang tua, ia merasa sudah gagal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!