Transmigrasi ABCDE

Transmigrasi ABCDE

1 : Prolog

...Petunjuk :...

..."Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."...

Pagi yang sangat cerah. Semerbak awan mengapung di antara langit dan bumi, semilir angin meraba pagi yang berbunyi. Pandangan langit yang begitu memanjakan mata. Namun, pagi hari tak pernah lepas dari polusi udara.

Lelaki itu melangkahkan kakinya usai turun dari mobil dengan santai, membenarkan kaca mata hitamnya yang sedikit terasa kurang nyaman. Parasnya begitu tampan, bak pangeran dalam negri dongeng. Model rambutnya yang dipotong kurang rapi, tetapi menambah kesan ketampanan dalam dirinya. Hidung yang sedikit mancung, berpadu dengan kulit kuning langsatnya. Rahang yang tegas, juga tinggi badannya yang ideal.

Hari ini adalah hari pertama ia memasuki sekolah barunya, BINA GARUDA. Setelah setahun lamanya ia tak merasakan kehidupan di sana, akhirnya ia kembali. Dia memasuki area sekolah, membuat siapapun terpana padanya. Dia sama sekali tak mempedulikan, hanya satu tujuannya sekarang, ruang kepala sekolah.

Hanya memerlukan beberapa langkah saja untuk ia tiba di ruangan kepala sekolah. "Permisi!" Ucapnya, penuh wibawa.

Wanita paruh baya, tetapi paras cantik masih melekat dalam dirinya, menghampiri dia dengan senyuman yang indah. Ia pun masuk ke dalam ruangan, wanita paruh baya itu melebarkan tangannya dan memberikan pelukan hangat untuk siswa baru tersebut.

"Semalat datang sayang, maaf tadi Mama gak dengar suara mobil yang antar kamu." Dia tersenyum manis dan melepas kaca matanya. Wanita yang menyebut dirinya sebagai Mama, melepaskan pelukan tersebut.

Marseny. Itu adalah nama yang tertera pada pin jas wanita itu, kedudukannya sebagai kepala sekolah. Ia telah menjabat sebagai kepala sekolah selama 15 tahun. Lalu, anak lelaki yang di depannya adalah anak bungsunya.

"Aku bisa langsung masuk 'kan Ma?" Tanyanya, memastikan.

"Tentu sayang, kemarin kita telah berunding. Sesuai dengan bakat kamu, kamu ada di kelas XII-IPA-1. Mari Mama antar," papah Marseny.

Mereka berdua menuju ruangan kelas XII-IPA-1 yang tak jauh dari sana, selesai Marseny mengantarkan, ia langsung kembali ke ruangan kerjanya. Marseny meyakini, jika anaknya akan dapat beradaptasi dengan baik.

Dia memasuki ruangan kelas, semua mata tertuju padanya. Dia mencari kursi yang kosong untuk diduduki, yang sebelumnya diceritakan oleh Ibunya. Sepasang matanya menyoroti kursi barisan kedua yang berada didekat tempat duduk wanita, dekat jendela. Ia langsung menghampirinya dan duduk.

Semua anak-anak BINA GARUDA terkenal ambisius, dikarenakan mereka memperebutkan 10 besar. Jika berada di antara 10 besar tersebut maka biaya mereka selama sekolah akan digratiskan. 10 besar tersebut bukan diukur setiap kelas, tetapi langsung satu sekolah. 5 besar di antaranya akan dikirim ke berbagai universitas ternama dunia, dan 5 lainnya dikirim ke universitas ternama negara Indonesia.

Mereka tidak membuang waktu sedikitpun, bahkan seperti sekarang ini ada murid baru masuk, hanya 4 diantara 30 orang dalam kelas yang Akashi lihat tidak sibuk membaca. Pepatah menyebutkan jika "Waktu itu emas" benar adanya di sana.

Guru wanita tersebut memasuki ruangan kelas. Mereka langsung menyimpan kembali buku yang semula dibaca, ada yang menyimpannya di kolong meja ada juga yang memasukannya ke dalam tas. Mereka mengenalnya dengan salah satu  guru wanita yang tegas dan bijak di sekolah tersebut. Sebelum jam pelajaran dimulai, dia terlebih dahulu akan selalu menggunakan absensi untuk mencatat para siswa yang tidak hadir, baik dengan alasan maupun tanpa alasan.

"Baik, saya akan absen terlebih dahulu. Sebelumnya, ini adalah hari pertama kalian memasuki kelas XII-IPA-1, ada perubahan posisi absenan, terutama seperti apa yang kalian ketahui jika ada siswa baru yang masuk hari ini." Tak heran jika mereka sulit berteman, karena selalu menganggap orang lain itu saingannya. Terkecuali beberapa di antara mereka yang memang tidak ambisius untuk mendapatkan prestasi di BINA GARUDA, mereka hanya tampil sebagai dirinya sendiri.

"Akashi Sereyn Adhikari!" Seru Pertyca.

"Hadir!" Dia. Lelaki itu bersuara, membuat semua orang tau siapa namanya. Nama murid baru tersebut sangat tampan, persis seperti orangnya.

Akashi adalah anak bungsu Marseny, hubungan mereka tidak pernah diketahui oleh publik sekolah. Bahkan guru-guru pun tidak mengetahui hubungan mereka. Akas sangat menggemari dunia berhitung, seperti matematika. Terakhir kali dia berhasil menjuarai Olimpiade National JAPAN. Itu adalah pencapaian paling luar biasa dalam hidupnya, sebelum akhirnya ia kembali ke Indonesia atas permintaan Marseny.

"Bercelly Harviana Qaniya!"

"Hadir Bu!" Akas memperhatikan setiap nama yang guru sebut, dia melihat wanita yang bernama Bercelly ternyata sangat pendiam.

Bercelly. Memiliki postur tubuh yang ideal, dia sangat menyenangi mata palajaran olahraga. Bercelly adalah juara umum semester kemarin. Selalu menduduki peringkat tertinggi, sejak awal memasuki sekolah tersebut. Bercelly dikenal sebagai wanita pendiam, tetapi bukan berarti tidak mempunyai penggemar di sekolahnya. Penggemarnya lumayan ramai, ada beberapa siswa tidak menyukainya karna terkesan sangat jutek dan cuek, termasuk pada lelaki dan sampai terhadap guru pun cuek. Dia tidak menanyakan atau melakukan hal yang sekiranya kurang diperlukan.

"Callisany Qiberna Harmony!"

"Iya Bu, saya selalu hadir dong!" Sahut Callisany.

Berbeda halnya dengan Celly, Lisa adalah type orang yang sangat ramah dan friendly. Dia menduduki peringkat pertama pada semester kemarin. Sesuai dengan namanya, Harmony, dia sangat menyukai dunia seni. Terutama musik, baginya musik adalah bagian penting dalam hidupnya. Penggemarnya lebih ramai dari Celly, hanya berbeda sedikit saja.

"Daisen Kayseri Karrada!"

Hening, rupanya lelaki itu hanya mengangguk tanpa bersuara. Daisen dikenal sebagai lelaki pendiam dan dingin, dia lebih pendiam dari Akas, tetapi tentunya Akas lebih dingin meskipun sifatnya bukan pendiam. Bu Tyca pun hanya tersenyum, Daisen memang terbiasa seperti itu.

Daisen menduduki peringkat ketiga pada semester kemarin, dia sangat telaten dan menggemari komputer. Bahkan dia pernah meng-hack, sebuah kejanggalan di sekolah. Penggemarnya hampir sama dengan Celly. Karena sikap mereka yang sama-sama pendiam, membuat pandangan siswa lain tentang mereka hampir sebanding.

Peringkat 2 siapa?

"Evelyn Yashany Difhana!"

"Saya di sini!"

Akhirnya Akas tau siapa nama wanita di sampingnya. Ia Evelyn kerap disapa dengan Hany, nama tengahnya. Dia siswa berprestasi dalam bidang tata rias dan kecantikan, tepat beberapa bulan yang lalu dia berhasil menjuarai ajang festival fashion show tingkat nasional, dia tiba di 3 besar. Penggemar Hany adalah paling terbanyak di antara semua siswa di sana. Juga parasnya yang cantik, dan tubuhnya yang ideal. Hany juga type orang yang bukan pendiam, tetapi juga tidak friendly. Hany berhasil meraih peringkat 2 semester kemarin, setelah silih berganti dengan Lisa.

Bu Tyca melanjutkan dengan mengabsen siswa lain, hingga berlanjut kepembelajaran.

...-ToBeContinued-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!