NovelToon NovelToon
Regresi Sang Raja Animasi

Regresi Sang Raja Animasi

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Bepergian untuk menjadi kaya / Time Travel / Mengubah Takdir / Romantis / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chal30

Kael Ardhana, animator berusia 36 tahun yang hidupnya hancur karena kegagalan industri, tiba-tiba terbangun di tubuhnya saat berusia 18 tahun… di tahun 1991. Dengan seluruh pengetahuan masa depan di tangannya, Kael bertekad membangun industri animasi lokal dari nol, dimulai dari sebuah garasi sempit, selembar kertas sketsa, dan mimpi gila.

Tapi jalan menuju puncak bukan sekadar soal kreativitas. Ia harus menghadapi dunia yang belum siap, persaingan asing, politik industri, dan masa lalunya sendiri.
Bisakah seorang pria dari masa depan benar-benar mengubah sejarah… atau justru tenggelam untuk kedua kalinya?

Yuk ikutin perjalanan Kael bersama-sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

Bulan pertama hampir berlalu, dan animasi lima menit mereka masih jauh dari selesai. Tapi yang mengejutkan Kael adalah bukan lambatnya progress, melainkan betapa cepat mereka belajar.

Dimas, yang awalnya cuma bisa gambar karakter statis, sekarang mulai paham konsep squash and stretch. Rani mengembangkan gaya background yang unik, perpaduan antara realisme dan sentuhan naif yang justru membuat suasana pasar malam terasa hidup. Budi? Anak itu genius dalam hal sound design. Ia bisa membuat suara derap kaki dengan mengetuk-ngetuk sendok di atas meja kayu, atau suara angin malam dengan meniup botol plastik bekas.

Tapi tantangan terbesar bukan soal teknik, melainkan konsistensi.

"Kael, gue capek," keluh Dimas suatu malam, tangannya gemetar setelah menggambar frame kesepuluh dalam satu jam. "Ini gak akan selesai-selesai."

Kael yang sedang menyusun storyboard, mendongak dan menatap Dimas dengan tatapan tenang. "Emang. Gak akan selesai kalau lu berhenti sekarang."

Dimas menatapnya dengan tatapan lelah dan sedikit kesal. "Lu gampang banget ngomong, Kael. Lu yang ngatur jadwal, tapi kita yang gambar sampe tangan pegel."

Kael terdiam sejenak. Ia tahu perasaan ini. Di kehidupan sebelumnya, banyak tim yang ia pimpin akhirnya bubar karena ia terlalu keras dan tidak peka terhadap kelelahan orang lain. Kali ini, ia harus lebih bijak.

"Gue tau lu capek. Kita semua capek." Kael meletakkan pensilnya, lalu duduk di sebelah Dimas sambil menatap garasi yang gelap di luar. "Tapi ini bukan cuma soal gambar. Ini soal mimpi, Mas. Lu pengen diinget sebagai orang yang nyoba, atau orang yang nyerah di tengah jalan?"

Dimas terdiam. Lalu ia tertawa kecil, suara lelah tapi masih ada semangat di dalamnya. "Lu selalu aja bisa bikin gue semangat lagi."

"Karena gue percaya sama lu. Sama kita semua." Kael tersenyum tulus, lalu menepuk punggung Dimas pelan. "Besok kita istirahat. Kita pergi jalan-jalan, makan bakso, terus balik lagi kerja. Gimana?"

Dimas mengangguk. "Deal."

Keesokan harinya, mereka berempat pergi ke pasar malam Tebet, tempat yang menjadi inspirasi cerita animasi mereka. Kael sengaja mengajak mereka ke sana bukan cuma untuk refreshing, tapi untuk merasakan suasana yang ingin mereka tuangkan dalam animasi.

Lampu-lampu bohlam warna-warni berjejer di sepanjang gang sempit. Bau gorengan, sate, dan kembang gula bercampur dengan aroma tanah basah setelah hujan sore. Anak-anak berlarian, pedagang berteriak menawarkan dagangan, dan musik dangdut mengalun dari warung kaset.

"Ini dia," gumam Kael sambil tersenyum, matanya memindai setiap sudut. "Ini yang harus kita tangkap. Bukan cuma visualnya, tapi rasanya."

Rani mengeluarkan buku sketsa kecilnya, mulai menggambar cepat sudut lampu, pedagang sate, anak kecil yang sedang makan gulali. "Gue ngerti maksud lu, Kael. Kita harus bikin penonton ngerasain pasar malam ini, bukan cuma ngeliatnya."

"Tepat." Kael menunjuk ke arah seorang nenek yang menjual kembang gula. "Lihat nenek itu. Senyumnya tulus banget. Kita bisa bikin karakter kayak dia, hangat, ramah, bikin penonton pengen peluk."

Budi mengangguk sambil merekam suara-suara pasar dengan tape recorder murah yang ia pinjam dari tetangga. "Gue dapet ide. Suara pedagang ini bisa kita pake buat background ambience. Biar kerasa rame."

Mereka menghabiskan malam itu di pasar malam, makan bakso, minum es teh manis, dan tertawa lepas. Untuk sejenak, mereka lupa tentang deadline, tentang frame yang belum selesai, tentang keraguan-keraguan. Mereka hanya menikmati momen itu, momen yang kelak akan menjadi kenangan paling berharga dalam perjalanan mereka.

Kembali ke garasi, semangat mereka pulih. Frame demi frame mulai tergambar dengan lebih cepat. Kael mulai menerapkan sistem kerja yang lebih efisien, ia membagi tugas berdasarkan kekuatan masing-masing. Dimas fokus pada karakter utama, Rani pada background, Budi pada sound design, dan Kael sendiri mengurus storyboard, timing, dan editing kasar.

Tapi ada satu masalah yang belum terpecahkan, musik.

"Kita butuh musik yang pas," kata Kael suatu sore, sambil mendengarkan demo kasar animasi mereka. "Musik keyboard lu bagus, Mas, tapi kurang… penuh perasaan. Kurang nusantara."

Dimas mengernyit. "Terus gimana? Kita gak punya duit buat nyewa musisi."

Kael berpikir sejenak. Lalu ia teringat sesuatu atau lebih tepatnya, seseorang. "Gue punya kenalan. Anak kuliahan, jurusan musik tradisional. Dia jago mainin angklung sama gamelan. Mungkin dia mau bantuin."

"Lu yakin?" tanya Rani, skeptis tapi penasaran.

"Gak ada salahnya nyoba."

Namanya Arman, mahasiswa ISI yang eksentrik, rambutnya gondrong, dan selalu bawa angklung kemana-mana. Ketika Kael menjelaskan proyeknya, Arman tertawa keras.

"Lu mau bikin animasi pake musik tradisional? Kael, orang-orang bakal mikir ini aneh."

"Justru itu yang gue mau. Aneh, tapi beda." Kael menatap Arman dengan tatapan serius yang membuatnya berhenti tertawa. "Gue gak mau bikin animasi yang kedengerannya kayak Disney atau Jepang. Gue mau bikin sesuatu yang kedengerannya kayak… Indonesia."

Arman terdiam, lalu tersenyum tipis. "Lu gila. Tapi gue suka gila-gilaan lu. Oke, gue bantuin. Gratis. Anggap aja investasi buat portfolio gue juga."

Dan dengan itu, mereka punya satu bagian penting lagi dari puzzle yang sedang mereka susun.

Minggu keenam. Animasi hampir selesai. Total frame sudah mencapai 1800-an, durasi sekitar empat setengah menit. Kael memutar draft final mereka di proyektor, kali ini dengan musik angklung buatan Arman yang lembut tapi penuh karakter.

Layar menampilkan bocah kecil berlari-lari di pasar malam, bertanya pada pedagang, melewati lampu-lampu warna-warni, hingga akhirnya menemukan kucingnya yang tertidur di kandang ayam. Adegan terakhir adalah close-up wajah bocah yang tersenyum lega, lalu ia memeluk kucingnya erat.

Musik angklung menutup dengan nada yang hangat dan menenangkan.

Ketika layar menjadi gelap, tidak ada yang bicara. Hanya suara jangkrik malam di luar garasi.

Lalu Rani mulai menangis, tangis haru yang ia coba sembunyikan dengan menutupi wajahnya. "Ini… ini bagus banget."

Dimas tersenyum lebar, matanya juga berkaca-kaca meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya. "Gila, Kael. Kita beneran berhasil bikin ini."

Budi melompat dari kursinya, memeluk Kael dengan antusias sampai hampir menjatuhkan proyektor. "Kita harus tunjukin ini ke orang banyak! Ke TV! Ke siapa aja yang mau nonton!"

Arman yang duduk di pojok garasi sambil memeluk angklungnya, mengangguk puas. "Musiknya pas banget sama ceritanya. Kalian emang punya visi yang jelas."

Kael hanya diam, menatap layar yang sudah padam dengan perasaan campur aduk. Ada bangga, ada lega, tapi juga ada ketakutan, ketakutan bahwa ini semua masih belum cukup. Bahwa dunia luar tidak akan menerima karya mereka. Bahwa mimpi ini akan hancur sebelum sempat terbang.

Tapi ia menggelengkan kepala pelan, mengusir pikiran negatif itu. "Kita belum selesai," katanya dengan nada tenang tapi tegas, suaranya memecah keheningan yang mulai terasa berat. "Sekarang kita harus cari cara buat nunjukin ini ke dunia. Kita harus cari stasiun TV yang mau kasih kita kesempatan."

"Caranya gimana?" tanya Rani sambil menyeka air matanya, mencoba kembali fokus meskipun emosinya masih bergejolak.

Kael tersenyum, senyum tipis yang menyimpan strategi yang sudah ia rancang sejak awal. "Kita datangi satu-satu. Mulai dari stasiun lokal. Kita bawa kaset VHS ini, tunjukin karya kita, dan minta slot walau cuma lima menit pun gak papa."

"Kalau ditolak?" tanya Dimas, nada suaranya menunjukkan kekhawatiran yang ia coba sembunyikan.

"Ya kita coba lagi. Dan lagi. Sampe ada yang mau." Kael berdiri, menatap teman-temannya satu per satu dengan tatapan yang penuh keyakinan, keyakinan yang entah dari mana datangnya, tapi terasa begitu kuat. "Ini baru permulaan. Perjalanan kita masih panjang. Tapi gue yakin, yakin banget kalau kita bisa bikin Indonesia punya industri animasi yang layak dibanggakan."

Mereka berempat, lima, kalau dihitung Arman, saling menatap. Lalu satu per satu, mereka mengangguk. Tidak ada lagi keraguan. Hanya ada tekad yang mengeras seperti batu.

"Ayo kita lakukan," gumam Dimas sambil tersenyum, tangannya yang masih pegal diangkat untuk tos bersama yang lain.

Dan malam itu, di garasi kecil yang sudah menjadi saksi bisu dari perjuangan mereka, mimpi itu terasa lebih nyata dari sebelumnya.

1
Syahrian
🙏
Syahrian
😍🙏
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍🙏
Revan
💪💪
Syahrian
Lanjut thor
Kila~: siap mang💪
total 1 replies
pembaca gabut
thorr lagi Thor asik ini 😭
±ηιтσ: Baca karyaku juga kak
judulnya "Kebangkitan Sima Yi"/Hey/
total 2 replies
pembaca gabut
asli gue baca ni novel campur aduk perasaan gue antara kagum dan takut kalo kael dan tim gagal atau ada permasalahan internal
Syahrian
Lanjut thor👍👍
Revan
💪💪💪
Revan
💪💪
Syahrian
Tanggung thor updatenya🙏💪👍
Kila~: udah up 3 chapter tadi bang/Hey/
total 1 replies
Syahrian
🙏👍👍
Kila~: makasii~/Smile/
total 1 replies
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍
Syahrian
Lanjut 👍😍
Kila~: sudah up 2 chapter nih
total 1 replies
Syahrian
Lanjuut🙏
Kila~: besok up 3 chapter 😁
total 1 replies
Syahrian
Mantap💪🙏
Kila~: terimakasih bang/Rose/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!