Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Satu pukulan Rex mampu merobek topeng kemewahan penthouse Alditama, melepaskan keganasan yang selama ini tersembunyi, Darah kembali mewarnai malam Arion, bukan lagi percikan samar, melainkan genangan nyata yang mengalir dari bibirnya.
Ini bukan sekadar perkelahian jalanan, melainkan tarian maut yang dipentaskan di panggung emas, Arion tahu ia sudah membuat kesalahan, Memancing Rex di sarang predator bukanlah ide bagus, Tapi terkadang untuk mendapatkan kebenaran, ia harus rela berdarah.
Pukulan Rex membuat Arion terhuyung, Darah segar menetes dari sudut bibirnya, sebuah aroma yang familiar di tengah wangi parfum dan sampanye. Tamu-tamu pesta terkesiap, beberapa berteriak panik. Alditama dan Dekan Anwar yang tadinya terkejut, kini terlihat marah, Mereka tidak menginginkan kekacauan di pesta mereka.
"Aku sudah bilang, Arion," Rex menggeram, matanya memancarkan kebencian murni.
"Aku akan membunuhmu."
"Kau tidak akan sanggup," Arion membalas meludahkan darah dari mulutnya.
Ia tahu ia harus hati-hati, Ini bukan lagi lorong kampus yang gelap. Ini adalah tempat yang penuh mata-mata dan kamera pengawas.
Mereka berdua mulai bertarung, Rex adalah lawan yang tangguh, pukulan-pukulannya kuat dan membabi buta didorong oleh amarah atas kematian Adam. Arion di sisi lain lebih lincah dan presisi, memanfaatkan celah dan kelemahan Rex. Meja-meja terbalik, kursi-kursi berhamburan, Para tamu panik, berlari mencari perlindungan.
Di tengah kekacauan itu, Arion melihat Anita yang berdiri mematung, ketakutan, Arion memanfaatkan satu kesempatan untuk melayangkan tendangan ke arah Rex yang membuat Rex sedikit terhuyung, Arion lalu buru buru berbisik pada Anita,
"Ingat brankas itu, Aku butuh videonya."Anita mengangguk, lalu berbalik, menghilang di tengah kerumunan yang panik.
Rex yang sempat lengah, menyerang Arion lagi, Kali ini dengan lebih brutal, Sebuah pukulan telak menghantam rahang Arion, membuatnya terjatuh ke lantai.
"Dion!"
Kenzie tiba-tiba muncul langsung menerjang ke arah Rex, mencoba menariknya dari Arion, Rex menoleh dan melemparkan Kenzie ke samping seperti boneka kain.
Namun intervensi Kenzie cukup untuk memberi Arion waktu, Arion bangkit, darah mengalir dari hidahnya, namun matanya tetap tajam.
"Kalian berdua terlalu berisik!"
Sebuah suara menggelegar, Mr. Alditama, dengan wajah merah padam dikelilingi oleh beberapa pengawal berbadan besar.
"Singkirkan mereka!" Arion tahu ini adalah kesempatan terakhirnya, Di tengah kekacauan itu, ia melihat Dekan Anwar yang panik, sedang mencoba mengambil sesuatu dari sakunya, Sebuah USB flash drive kecil.
"USB!"
Arion berteriak pada Kenzie, dan Kenzie langsung mengerti, Sementara Arion sibuk menghindar dari pukulan Rex dan pengawal Alditama.
Kenzie bergerak cepat, Ia berlari ke arah Dekan Anwar, merebut USB itu lalu kembali berlari menuju pintu keluar darurat.
Rex melihat Kenzie melarikan diri dengan USB lalu berteriak
"Bajingan,,, Itu bukti Adam" Ia mencoba mengejar Kenzie, namun Arion menghalanginya.
"Kau tidak akan kemana-mana Rex," Arion berteriak, menghantam Rex dengan sebuah pukulan telak yang membuat Rex terhuyung ke belakang.
Pengawal Alditama menyerbu Arion, Arion tahu ia tidak akan bisa bertahan lama, Ia melihat Adrian di kejauhan memberi isyarat padanya untuk melarikan diri, Arion melayangkan beberapa pukulan balasan untuk memberi dirinya waktu, lalu melompat ke arah jendela darurat yang sudah terbuka dan melarikan diri ke atap gedung.
Saat Arion berlari di atap gedung, ia mendengar teriakan kemarahan Rex, dan suara-suara panik dari bawah, Ia tahu ia telah membuat kekacauan besar, tapi ia juga tahu, ia telah mendapatkan sesuatu.
Kenzie berhasil melarikan diri dengan USB drive, Ia menghubungi Arion begitu ia tiba di tempat aman.
"Dion, aku punya USB-nya!" Kenzie berseru.
"Aku akan kembali ke apartemenmu."
"Bagus" Arion berkata, napasnya terengah-engah.
"Aku akan menyusul."
Arion melompat dari satu atap ke atap lainnya, melarikan diri dari pengejaran pengawal Alditama, Ia merasakan seluruh tubuhnya sakit, ada beberapa luka baru, tapi ia tidak peduli, Ia punya USB-nya.
Arion melihat pantulan wajahnya di kaca gedung di depannya, Wajah tampannya kini babak belur, bibirnya pecah, hidungnya berdarah seperti Bukan lagi wajah seorang playboy yang bersih, melainkan wajah seorang pejuang, Ia tersenyum tipis, Ini adalah harga yang harus dibayar.
Di apartemen Arion, Luna dan Profesor Hadi sedang menunggu dengan cemas, Adrian sudah tiba, menyiapkan laptopnya.
"Kenzie berhasil mendapatkan USB-nya," Adrian memberitahu.
"Dia sedang dalam perjalanan kembali." Luna menghela napas lega.
"Arion bagaimana?"
"Dia juga dalam perjalanan, Tapi dia terlibat perkelahian," Adrian menjelaskan.
Luna khawatir, Ia menatap ke arah pintu, berharap Arion akan segera kembali.Tak lama kemudian Arion tiba, Ia masuk dengan langkah gontai, wajahnya babak belur, jasnya robek.
"Arion!" Luna berteriak, bergegas menghampirinya.
Luna memegang wajah Arion, merasakan luka-luka di sana, Air mata mengalir di pipinya.
"Kau terluka parah!"
"Aku baik-baik saja Luna," Arion berbisik, mencoba tersenyum.
"Kita punya USB-nya" Ia merasakan kehangatan tangan Luna, sentuhan yang kini terasa seperti penyembuh baginya.
Kenzie tiba tak lama kemudian, menyerahkan USB drive itu pada Adrian, tanpa basa basi Adrian segera menyambungkannya ke laptop.
"Ini adalah USB Dekan Anwar," Adrian menjelaskan.
"Mungkin ini berisi semua bukti yang kita butuhkan". Mereka semua menatap layar laptop, menunggu, Ketegangan memenuhi ruangan, Apa yang akan terungkap dari USB ini?