NovelToon NovelToon
Hidden Love From The Past

Hidden Love From The Past

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Kisah cinta masa kecil / Gadis Amnesia
Popularitas:432
Nilai: 5
Nama Author: Midnight Blue

Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lukas di jodohin?

Keesokan paginya, Narynra memasak bubur di dapur, sementara Elisya juga sedang memasak untuk sarapan. Elisya menoleh ke arah Narynra, sambil membalik telur di wajan.

"Sayang, kamu habis sarapan langsung ke rumah sakit?" tanya Elisya dengan nada lembut.

Narynra mengangguk singkat, terus mengaduk bubur di panci. "Iya," jawabnya singkat.

Elisya mematikan api kompor, lalu mendekati Narynra. "Nanti kamu beli buah juga, ya, buat dia," ucap Elisya sambil menyentuh bahu Narynra.

Narynra tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, nanti saya beli," ucapnya sambil memindahkan bubur yang sudah matang ke dalam rantang.

Elisya memperhatikan Narynra dengan penuh perhatian. "Kamu jangan naik motor, ya. Biar Kakak kamu yang antar," ucap Elisya dengan nada khawatir.

Narynra menggelengkan kepala. "Saya naik taksi saja," ucapnya dengan nada santai.

Elisya menarik napas dalam-dalam, lalu mengingatkan Narynra. "Buat keselamatan kamu, nanti kamu diantar Kakak kamu. Tadi Ayah kamu juga kirim pesan ke Ibu, kalau kamu mau ke sana harus diantar Kakak kamu," ucap Elisya dengan tegas.

Narynra mengangguk pelan, menyerah pada permintaan Elisya. "Hmm, baiklah," ucapnya sambil menutup rantang bubur.

Setelah Narynra selesai memasak bubur, Narynra dan Elisya membawa makanan ke ruang makan. Lukas sudah menunggu di sana, menunggu sarapan dengan penuh semangat. Mereka bertiga duduk di meja makan, Elisya menyajikan makanan yang lezat, sementara Narynra meletakkan rantang bubur di tengah meja dengan hati-hati.

Lukas memperhatikan rantang itu. "Itu buat siapa?" tanya Lukas sambil menunjuk rantang dengan jari telunjuknya.

"Itu buat orang yang kemarin nolongin Ibu dan Naryn," jawab Elisya sambil tersenyum.

"Oh," ucap Lukas dengan nada biasa.

Elisya mengalihkan perhatian kepada Lukas. "Lukas, habis sarapan anter adek kamu ke rumah sakit," ucapnya dengan nada tegas.

"Hmm, iya, Bu," ucap Lukas sambil mengangguk.

"Bawa mobilnya yang pelan dan jaga adek kamu jangan sampai kenapa-kenapa di jalan," pesan Elisya dengan nada khawatir.

"Iya, Bu, aku tahu," ucap Lukas sambil tersenyum meyakinkan.

Sementara Narynra terlihat fokus memakan makanannya.

"Bagus, oh ya, Lukas, besok pagi kamu jangan ke kantor, karena teman Ibu mau main ke sini sama anaknya," ucap Elisya dengan nada santai.

Lukas mengerutkan keningnya, tidak setuju. "Apa hubungannya sama aku kalau teman Ibu mau datang ke sini? Ngapain aku ga boleh masuk kantor?" ucap Lukas dengan nada tidak sabar.

Elisya tersenyum, lalu menjawab. "Ya ada dong, Ibu mau kenalin kamu sama anaknya teman Ibu," ucap Elisya dengan nada manis.

Narynra tertawa kecil mendengar ucapan Elisya, dan Lukas melihat Narynra tertawa. "Ngapain ketawa, ga lucu," ucap Lukas sambil menatap Narynra.

Lah, hak gue lah mau ketawa kek, mau nangis kek, mau senyum itu kan hak gue," jawab Narynra dengan nada cuek.

Lukas menggelengkan kepala, lalu berbicara kepada Elisya. "Aduh, Ibu ngapain sih mau ngenal-ngenalin aku segala, aku ga mau," ucap Lukas dengan nada tidak suka.

Elisya tidak bergeming, tetap dengan keputusannya. "Jangan bantah, pokoknya besok kamu harus di rumah, ga boleh ke kantor," ucap Elisya dengan nada tegas.

Lukas menyerah, menghela napas. "Hm... udahlah, terserah Ibu aja," ucap Lukas dengan nada pasrah.

Setelah selesai sarapan, Narynra dan Lukas langsung berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk Kayvan.

Sementara di tempat lain, Kayvan membuka matanya perlahan, memandang sekeliling ruangan rumah sakit yang familiar. Saat matanya tertuju pada seorang pria yang duduk di sampingnya, dia langsung teringat pada kejadian sebelumnya.

"Udah bangun?" tanya Edward dengan nada hangat, sambil tersenyum melihat Kayvan yang mulai sadar.

Kayvan memperhatikan Edward dengan penuh rasa ingin tahu, mencoba mengingat siapa pria di depannya. "Anda siapa ya?" tanya Kayvan dengan suara yang masih lemah.

Edward mengangguk, lalu memperkenalkan dirinya. "Saya Edward. Yang kamu tolong kemarin itu anak dan istri saya," ucap Edward dengan nada penuh rasa terima kasih. Kayvan memperhatikan wajah Edward, dan sedikit demi sedikit, dia mulai ingat pada kejadian kemarin.

Kayvan memperhatikan Edward dengan penuh perhatian, mencoba mengingat kembali kejadian kemarin. "Oh, ya... saya ingat," ucap Kayvan dengan nada lembut.

Edward mengangguk, lalu bertanya, "Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kamu merasa baik-baik saja?" ucap Edward dengan nada khawatir.

Kayvan mengangguk perlahan, mencoba menggerakkan tubuhnya. "Saya merasa sedikit lelah, tapi baik-baik saja, Om," jawab Kayvan dengan nada lembut.

Tiba-tiba, dokter masuk ke ruangan dengan langkah mantap, membawa clipboard dan tersenyum profesional. "Baiklah, saya akan memeriksa keadaan pasien sekarang," ucap dokter dengan nada tegas.

Edward mengangguk, lalu berdiri dari kursinya, memberikan ruang bagi dokter untuk memeriksa Kayvan. "Saya akan menunggu di luar," ucap Edward sambil berjalan menuju pintu.

Dokter mengangguk, lalu memulai pemeriksaan dengan memeriksa denyut nadi Kayvan dan memeriksa hasil tes yang ada di clipboard-nya. Edward keluar dari ruangan, menutup pintu di belakangnya dengan lembut.

Beberapa saat kemudian Narynra dan Lukas tiba di depan ruangan Kayvan, lalu Narynra melihat Edward menunggu di luar. "Ayah, kenapa Ayah menunggu di luar?" tanya Narynra dengan rasa ingin tahu.

Edward menoleh ke arah Narynra, lalu menjelaskan. "Dokter sedang memeriksa keadaan Kayvan, jadi Ayahbmenunggu di luar," Jawa Edward.

Narynra mengangguk, lalu bertanya lagi. "Ayah, bagaimana keadaan dia?" tanya Narynra dengan nada khawatir.

"Dari yang Ayah lihat tadi, sepertinya dia baik-baik saja, tapi kita tunggu pemeriksaan dari dokter," ucap Edward sambil mengangguk meyakinkan.

Tepat saat itu, dokter keluar dari ruangan Kayvan dengan senyum profesional. Narynra langsung menghampiri dokter, menunjukkan kekhawatirannya terhadap temannya. "Gimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Narynra dengan nada cemas.

Dokter tersenyum, memberikan jawaban yang melegakan. "Pasien baik-baik saja, dan bisa pulang siang ini," jawab dokter sambil memeriksa clipboard-nya. Narynra merasa lega mendengar kabar baik itu.

Setelah memberikan informasi tentang keadaan Kayvan, dokter mengangguk lalu pergi dengan langkah mantap. Narynra, Edward, dan Lukas kemudian masuk ke ruangan Kayvan.

Narynra tersenyum melihat Kayvan yang sedang berbaring di tempat tidur, lalu menghampiri Kayvan dengan langkah ringan. "Gimana keadaan kamu? Apa kamu merasa ada yang tidak baik dengan tubuh kamu?" tanya Narynra dengan nada khawatir, sambil memperhatikan wajah Kayvan dengan saksama.

Kayvan tersenyum lemah, lalu menjawab pertanyaan Narynra. "Aman, aku sudah merasa baik-baik saja," ucap Kayvan dengan suara yang mulai lebih kuat.

Narynra tersenyum, lalu mengeluarkan rantang dari tasnya. "Ini aku bawain kamu bubur, kamu belum sarapan kan?" tanya Narynra sambil membuka rantang itu.

Kayvan menggelengkan kepala, lalu menjawab. "Belum, makasih ya, udah bawain bubur buat aku," ucap Kayvan dengan nada gembira.

Narynra tersenyum, lalu menjawab. "Aku yang harusnya makasih, kemarin kamu udah nolongin aku," ucap Narynra sambil membuka rantang berisi bubur. "Bisa makan sendiri?" tanya Narynra dengan nada lembut, sambil memperhatikan Kayvan dengan saksama.

Kayvan melihat ke arah Edward dan Lukas, lalu beralih ke Narynra. "Bisa," ucap Kayvan singkat, menerima rantang berisi bubur dari Narynra. Dengan perlahan, Kayvan memakan bubur itu hingga habis, sementara Narynra, Edward, dan Lukas menunggui dengan sabar.

1
Rien
semangat, 👍
Ignacia belen Gamboa rojas
Sumpah baper! 😭
Blue Persona
thor, bisa bikin sekuelnya? Pengen baca terus nih!
ANGELBRODROIX
Kehabisan kata-kata. 😶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!