NovelToon NovelToon
Jalan Yang Terkurung

Jalan Yang Terkurung

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tulisan_nic

"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."

Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Memikirkan Cara

"Aduh kok masih 14% aja nih"

Arina berjongkok di depan meja kecil di dekat televisi.

Disana colokan listrik menempel di dinding yang cat nya mulai mengelupas.Kabel USB nya menjuntai,sudah mulai menguning di bagian ujungnya.

Ia menatap ponselnya yang redup,sudah hampir dua jam di colok tapi tetap saja segitu,tidak bergerak sama sekali.

"kenapa sih...."sambil mengoyang-goyangkan kabel. Layar ponsel sempat menyala sebentar lalu mati lagi.

Ia menghela nafas,mencoba menahan kesal.

"Harusnya aku nabung buat beli kabel USB yang baru,tapi uang kemarin sudah aku belikan detergent pas mau nyuci"

Arina menatap ponselnya lama-lama,seperti berharap ponselnya mau mengerti. Ponselnya memang sering begitu.Di cas harus dalam keadaan miring,biar bisa masuk.Goyang sedikit saja sambungannya bisa lepas.

Akhirnya Ponsel malam itu menyala,setelah di goyang-goyangkan kepala USB nya dan memposisikan ponsel sedikit miring.

Arina pasrah,membiarkan begitu saja Ponselnya.Sambil menonton acara Televisi.

Bapak baru masuk rumah,setelah ada rapat warga di rumah Pak RT,membahas gotong royong Mushola hari Minggu nanti.

"Mamak mu mana Rin?"

"tadi ke rumah Buk Tini pak,nganter mie ayam pesenanya"

"o... Alhamdulillah berarti hari ini lumayan ya jualan Mamak mu"

"Iya,tadi juga pas aku pulang sekolah kedai juga rame.Mamak wajahnya cerah hari ini Pak"Jawab Arina semangat.

"Alhamdulillah,besok juga Bapak mau bantu Pak Rohadi"

"Pak Rohadi suaminya Bu Tini itu Pak?"

"Iya,Pak Rohadi itu"

"Emangnya bantu apa Pak?"

"Pak Rohadi ada borongan bangunan,Bapak mau jadi kuli di situ"

"Kuli Bangunan maksudnya Pak?"

"Iya,lumayan buat tambah-tambah uang belanja Mamakmu"

"Wah ...Mamak pasti seneng,tapi apa Bapak ngga capek? Kan Bapak harus ke ladang juga?"

"Ngga capek,Bapak akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan Mamakmu,Kamu,dan Mas mu Raka.Itu sudah jadi tugas Bapak sebagai kepala rumah tangga"

"Nanti kalo aku sudah besar aku mau cari kerja yang banyak duitnya ya Pak,biar Bapak ngga usah capek-capek lagi kerja berat"

"Aamiin ,Bapak Do'akan kamu tercapai cita-cita nya...sekarang kamu tugasnya belajar yang pinter,biar bisa nyari kerja yang duitnya banyak"

Arina memeriksa lagi ponselnya,Dalam hatinya..

"Alhamdulillah,sudah ngisi" Lalu ia melanjutkan nonton serial kesukaannya di TV. Ia sangat suka serial drama Korea,kadang setelah menonton adegannya akan menjadi perbincangan hangat dengan sahabat-sahabat nya,Vivian dan Dita.saking sukanya menonton Arina sampai tidak berkedip.

"Alah Rin...nontonnya sampe ngga kedip" Bapak sambil senyum memperhatikan Arin.

"Seru Pak,filmnya bagus...orangnya cantik sama ganteng-ganteng "Jawab Arina sambil menoleh sekilas ke arah Bapak lalu cepat-cepat menonton lagi,seperti tidak ingin melewatkan satu adegan pun dari serial film yang dia tonton.

Bapak hanya manggut-manggut,seulas senyum di bibirnya masih terlukis

Mamak masuk ke rumah,langkahnya cepat.Menaruhkan tas yang di biasa di pakai untuk mengantarkan pesanan Mie Ayam. Lalu duduk di sebelah Bapak

"Huh ...capeknya hari ini"

Bapak memiringkan badannya,menoleh ke arah Mamak.Tangan Bapak terulur,memegang pundak Mamak.Pelan-pelan Bapak mulai memijit pundak dan punggung Mamak.

"sini tak pijeti"

Mamak diam saja tidak menjawab.

"Besok libur saja jualannya kalo capek" kata Bapak pelan,tapi reaksi Mamak malah melotot.Mamak beringsut menatap Bapak dengan mata masih melotot dan bibir sedikit manyun.

"Enak saja,libur-libur.Memangnya ada yang mau ngasih uang kalo libur?"

Bapak masih diam, tangannya masih di pundak Mamak.lalu melanjutkan memijit pelan.

"Lah kalo capek gimana,kan istirahat dulu.Besoknya kalo sudah nggak capek buka lagi"

"Kalo aku ni seperti Bu Tini itu ya enak,di rumah cuma ngurusi rumah.. ongkang-ongkang kaki,setiap Minggu di kasih duit belanja yang banyak.Lah aku ini siapa yang ngasih"

Bapak menghela nafas,mencoba menetralkan suasana.

"Besok Bapak,mau bantu Pak Rohadi di proyek Rukonya.Nanti insyaallah ada uang lebih untuk tambah-tambah belanja"

"Tapi,ya tetep aja kalo kuli kan sedikit Pak.Kalo pak Rohadi itu kan pemborong Proyek,gajihnya pasti besar"

"Ya..mau gimana lagi Mak,aku ngga bisa kaya Pak Rohadi merancang bangunan.Bisa ku cuma ngaduk semen"

"Makanya Bu Tini itu beruntung banget punya suami Pak Rohadi"

Bapak diam lagi,tapi tangannya masih memijit lembut punggung Mamak.

Arina, sebenarnya mendengar semua percakapan antara Mamak dan Bapak.Meski matanya menatap Tv tapi sejak Mamak datang dia memasang telinganya untuk mendengar percakapan tadi. Di hatinya...

"Bapak kasihan sekali sih,di marahin Mamak terus.Padahalkan Bapak sudah sayang sama Mamak, pijitin Mamak... walaupun Bapak juga capek seharian ini di ladang membersihkan rumput di tanaman singkong"

Arina memeluk dua kakinya,dua tangannya saling bertaut. Hatinya seperti tidak terima atas apa yang Mamaknya ucapkan kepada Bapak.

"Mak,Ponsel ku nih sudah ngga enak buat main game.Nge Lag terus bikin aku kalah.ngeselin banget"

Raka keluar kamar dengan rambut acak-acakan.

"Beli ponsel baru Mak" Ucapnya sambil nyengir.

Mamak menatap tajam,tangannya bersiap menunjuk-nunjuk ke arah Raka.

"Main game terus isinya!! Kamu kira uang tinggal ngambil?"

Raka menggaruk-garuk kepalanya,tampangnya masih merasa tidak bersalah. Tapi matanya tidak berani menatap Mamak

"Ya..kan cuma ngomong Mak"

"Main game sampe ngerusak benda,trus nyalahin.Kamu itu yang salah"

Nada suaranya berat,lebih seperti semburan udara yang menahan sesak sejak lama

Bapak mendehem pelan

"ponselnya di jaga Raka.Bapak baru bisa membelikan Ponsel itu untukmu"

"Iya Pak,kan kalo boleh.Kalo ngga boleh ya sudah,kenapa harus ngomel-ngomel.Ngomel terus..."

Raka sambil membalikkan badan,masuk lagi ke kamarnya ...menutup pintu dengan keras hingga terdengar suara "Brakk!!!"

Mamak semakin. Merah padam.

"Anak ngga tahu sulitnya orang tua"

Bapak diam saja,tangannya masih di punggung Mamak.Mengelus nya pelan,hingga Mamak sedikit mereda

Arina menangkupkan kakinya, menepuk-nepuk betisnya pelan.Dalam hatinya

"Gimana aku mau ngomong kalo sebenarnya ponselku semakin susah di cas.Mamak benar,nyari uang memang susah.Bapak harus panas-panasan di ladang dan harus jadi kuli bangunan,sementara Mamak juga harus jualan mie ayam. Tapi kalo ponselku begini terus,gimana aku bisa belajar. Tugas-tugas juga sering si share via grup oleh guru."

Arina berdiri,lalu melangkah ke kamarnya.Bapak dan Mamak masih di depan TV.

Di dalam kamar Arina duduk di tepi ranjang.Matanya menatap langit-langit.Ada bercak dari air hujan di plafon bertanda bahwa atap kamarnya sudah mulai bocor

Matanya terpejam,mulutnya berkata lirih

"Aku harus cari uang tambahan,tapi gimana caranya ya..."

1
pilay
Lanjutin Thor🙏
Tulisan_nic: Terimakasih pilay,atas dukungannya🤍
total 1 replies
miu@
karya yang luar biasa untuk orang yang posisinya sama
Tulisan_nic: Terimakasih dukungannya Zahara🤍
total 3 replies
miu@
Thor,😥 lanjutin
Tulisan_nic: oke,dukung aku terus buat lanjutin ceritanya ya🤍
total 1 replies
OBELISKC
Aku bahkan rela membayar untuk kelanjutan cerita ini!
Tulisan_nic: Hai,kamu suka alur cerita nya? oke aku akan lanjutkan
dukung aku terus ya🤍
total 1 replies
Eira
Wajib dibaca semua orang!
Tulisan_nic: berasa realate ya,oke aku lanjutin
trimakasih support nya🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!