NovelToon NovelToon
Wanita Istimewa

Wanita Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mafia / Single Mom / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Berkisah mengenai Misha seorang istri yang baru saja melahirkan anaknya namun sayangnya anak yang baru lahir secara prematur itu tak selamat. Radit, suami Misha terlibat dalam lingkaran peredaran obat terlarang dan diburu oleh polisi. Demi pengorbanan atas nama seorang istri ia rela dipenjara menggantikan Radit. 7 tahun berlalu dan Misha bebas setelah mendapat remisi ia mencari Radit namun rupanya Radit sudah pindah ke Jakarta. Misha menyusul namun di sana ia malah menemukan sesuatu yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malah Marah

Lobi penjara terasa dingin, begitu pula hati Hana yang kini hancur. Ia duduk di kursi tunggu, menunggu giliran untuk bertemu dengan Radit. Wajahnya sembab, air mata tak henti-hentinya mengalir. Ia tidak menyangka, hidupnya yang sempurna akan hancur dalam sekejap mata.

Tak lama, namanya dipanggil. Hana segera bangkit, lalu berjalan menuju ruang kunjungan. Di sana, ia melihat Radit sudah duduk di balik jeruji besi. Wajahnya yang dulu cerah, kini terlihat lelah dan putus asa.

"Radit!" isak Hana, suaranya parau. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya.

Radit tersenyum tipis. "Hana... kenapa kamu datang?" tanyanya, suaranya parau.

"Kenapa kamu tanya begitu?! Aku istrimu, Radit!" Hana berteriak, air mata membanjiri pipinya. "Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?! Kenapa kamu tidak jujur?!"

Radit menunduk, tidak sanggup menatap mata Hana. "Aku minta maaf, Hana. Aku... aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya... aku tidak tahu harus bagaimana."

"Kamu pengecut, Radit!" Hana berteriak. "Kamu membiarkan Misha dipenjara! Dan sekarang... kamu meninggalkan aku dan Wina!"

Radit tidak menjawab. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Ia tahu, semua yang dikatakan Hana itu benar. Ia adalah seorang pengecut. Ia adalah seorang yang tidak bertanggung jawab.

"Aku... aku tidak tahu, Radit," bisik Hana. "Aku tidak tahu bagaimana harus hidup tanpamu."

"Kamu harus kuat, Hana," kata Radit. "Kamu harus kuat untuk Wina. Jaga Wina, ya. Jaga Wina baik-baik."

"Aku tidak bisa! Aku tidak bisa tanpamu, Radit!" Hana histeris. Ia mencoba memeluk Radit, namun terhalang oleh jeruji besi. Ia hanya bisa memeluk Radit dari jauh.

Tiba-tiba, seorang petugas datang. "Waktu kunjungan sudah habis, Bu. Silakan keluar," katanya.

Hana menggeleng. "Tidak! Saya masih mau di sini! Saya masih mau bicara dengan suami saya!"

"Maaf, Bu. Waktu kunjungan sudah habis," kata petugas itu lagi, mencoba menarik tangan Hana.

Hana menolak. "Tidak! Saya tidak mau pergi! Lepaskan saya!" teriaknya. Ia meronta, mencoba melepaskan tangannya dari genggaman petugas.

"Ibu, jangan membuat keributan. Kalau Ibu tidak mau keluar, kami akan paksa," kata petugas itu.

"Tidak! Saya tidak mau!" Hana terus berteriak. Ia menatap Radit, lalu menatap petugas itu. "Kenapa?! Kalian semua jahat! Kalian semua tidak punya hati!"

Radit menatap Hana, matanya penuh kesedihan. "Hana, sudahlah. Pulanglah. Jaga Wina, ya."

Hana tidak peduli. Ia terus berteriak, meronta. Petugas itu akhirnya dengan paksa menarik Hana keluar dari ruang kunjungan. Hana histeris, membuat drama di lobi penjara. Ia menangis, berteriak, dan memaki-maki petugas.

****

Siang itu, Warung Bahagia dipenuhi tawa dan perbincangan para pelanggan. Meja-meja terisi penuh, antrean mengular hingga ke pinggir jalan. Misha dan Bu Lastri hilir mudik mengantar pesanan, wajah mereka berseri-seri meski keringat membasahi dahi. Di dapur, Pak Raharjo juga sibuk, sesekali bertukar tempat dengan Bu Lastri agar bisa ikut membantu.

"Alhamdulillah, Bu, warung kita ramai sekali hari ini," kata Pak Raharjo sambil mengusap keringat di pelipisnya.

Bu Lastri tersenyum. "Iya, Pak. Berkat doa kita dan juga Misha. Rezeki tidak akan ke mana," jawabnya.

Keramaian di Warung Bahagia tidak luput dari pandangan Bu RT. Ia berdiri di teras rumahnya, menatap pemandangan itu dengan hati yang penuh dengki. Ia benci sekali melihat Misha tersenyum bahagia, benci melihat warung itu begitu laris. Ia merasa semua ini tidak adil.

"Lihat tuh! Gara-gara drama kemarin, warung itu malah makin ramai," gumam Bu RT pada dirinya sendiri. "Kenapa sih hidup si Misha itu tidak hancur juga?!"

Tak lama kemudian, Bu Endah dan Bu Nanik melintas. Bu RT segera memanggil mereka. "Bu Endah! Bu Nanik! Sini kalian! Kita harus kasih pelajaran lagi sama si Misha itu!"

Bu Endah dan Bu Nanik saling berpandangan. Mereka sudah kapok. Mereka tidak mau lagi terlibat. "Maaf, Bu RT. Kami tidak mau," kata Bu Endah, suaranya terdengar lelah.

"Kenapa?! Kalian takut?! Kalian mau membiarkan wanita itu menang?!" bentak Bu RT.

"Bukan takut, Bu. Kami hanya tidak mau terlibat lagi. Urusan Bu Ratmi sudah cukup jadi pelajaran," jawab Bu Nanik.

Bu RT mendengus kesal. Ia merasa ditinggalkan oleh teman-temannya. Ia melotot. "Dasar penakut! Kalian semua sama saja! Tidak ada yang bisa diandalkan!"

Di tengah amarahnya, Bu Susi muncul, baru saja pulang dari masjid. Ia melihat wajah Bu RT yang merah padam dan langsung tahu apa yang sedang terjadi.

"Assalamualaikum, Bu RT," sapa Bu Susi lembut.

"Waalaikumsalam," jawab Bu RT ketus.

"Kenapa lagi, Bu? Masih memendam amarah?" tanya Bu Susi, mencoba meredakan ketegangan.

"Bukan urusanmu, Bu Susi!" bentak Bu RT. "Kamu itu sok suci! Kerjaannya cuma ceramah saja! Sebaiknya urus saja urusanmu sendiri!"

Bu Susi tidak gentar. Ia menatap Bu RT dengan tatapan prihatin. "Bu RT, saya datang bukan untuk menceramahi. Saya datang untuk mengingatkan. Marah dan dengki itu tidak akan membuat hidup Ibu lebih baik. Justru akan menyiksa hati dan pikiran Ibu sendiri."

Bu RT tertawa sinis. "Halah! Bilang saja kamu iri dengan kehidupan saya! Kamu pikir kamu lebih baik dari saya?!"

"Bu RT, saya tidak iri. Saya hanya ingin Ibu mendapatkan kedamaian," kata Bu Susi. "Saya tahu, Ibu cemburu dengan Misha. Tapi, apakah dengan membenci dia, suami Ibu akan lebih setia? Apakah dengan membenci dia, warung Ibu akan lebih ramai?"

Namun, alih-alih meredakan amarah, ucapan Bu Susi justru membuat Bu RT semakin tersinggung. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak. Ia bangkit dari duduknya, menatap Bu Susi dengan mata berkaca-kaca.

"Sudah! Saya tidak mau dengar lagi!" teriak Bu RT. "Lebih baik kamu pergi! Saya tidak butuh ceramahmu!"

Bu RT masuk ke dalam rumah, membanting pintu dengan keras. Bu Susi hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu, hati Bu RT masih keras. Ia tidak bisa memaksanya. Ia hanya bisa berharap, suatu hari nanti, hati Bu RT akan melunak.

****

Waktu menunjukkan sore hari ketika Rendy datang ke Warung Bahagia. Warung itu sudah tutup, meja-meja sudah bersih dan rapi. Hanya ada Misha yang sedang menyapu lantai. Ia terkejut melihat Rendy.

"Pak Rendy, ada apa?" tanya Misha, menghentikan kegiatannya.

Rendy tersenyum tipis. "Saya ingin bicara, Misha. Ada hal yang mengganjal di hati saya."

Misha mengangguk, lalu menunjuk ke kursi kosong. "Duduk, Pak."

Rendy duduk, menatap Misha dengan tatapan penuh penyesalan. "Misha, saya... saya ingin minta maaf."

Misha mengerutkan kening. "Minta maaf untuk apa, Pak?"

"Untuk saat pertama kali kita bertemu," jawab Rendy, suaranya pelan. "Saat itu, saya sangat sombong. Saya menghina Anda. Saya menuduh Anda sebagai pengemis. Saya... saya tidak tahu apa yang sedang Anda alami."

Hati Misha terasa hangat. Ia tidak menyangka Rendy masih mengingat hal itu. "Tidak apa-apa, Pak. Saya sudah memaafkan Bapak. Saya tahu, Bapak tidak bermaksud begitu."

"Tidak, Misha," Rendy menggelengkan kepalanya. "Saya bermaksud begitu. Saya sangat menyesal. Saya sudah bersikap sangat buruk."

Misha tersenyum. "Pak Rendy tidak perlu merasa bersalah. Saya tahu, Bapak adalah pria yang baik. Bapak sudah banyak membantu saya. Tanpa Bapak, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya."

Rendy menatap Misha, matanya berkaca-kaca. "Misha... terima kasih."

Tanpa mereka sadari, di seberang jalan, Bu RT diam-diam mengambil foto mereka. Ia melihat Rendy dan Misha duduk berdekatan, terlihat sangat akrab. Senyum licik terukir di wajahnya. Ia langsung mengunggah foto itu ke media sosial, dengan caption yang sangat provokatif.

"Lihat! Wanita ini! Baru juga cerai sudah punya pacar baru! Cowoknya kaya raya lagi! Pasti sudah lama mereka main belakang! Suaminya ditangkap polisi juga pasti gara-gara dia! Dasar wanita ular!"

Video itu langsung viral. Bu RT tertawa puas. Ia yakin, kali ini Misha tidak akan bisa lolos. Ia yakin, ia akan menghancurkan Misha. Ia tidak peduli dengan konsekuensi. Ia hanya ingin Misha hancur, sama seperti dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!