Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDATANGAN TUAN PRATAMA KE ASRAMA
Tuan Pratama datang ke Asrama di sore hari. Namun Farhana masih belum pulang dari sekolah. Ia menunggu Farhana di tempat yang sudah disediakan pihak asrama apabila ada keluarga siswa datang berkunjung.
Tuan Pratama berbincang dengan petugas yang sedang berjaga. Wajahnya nampak lelah. Namun keinginannya untuk bertemu dengan Farhana sudah tidak bisa terbendung lagi.
Seperti sebelumnya Dzaki kembali mendorong kursi rodanya sampai di Asrama. Meski Farhana sudah menolak secara halus, namun Dzaki tetap tidak bergeming. Setelah mengantarkan Farhana hingga masuk pintu gerbang, Ia kembali melanjutkan langkahnya ke apartemen.
Tuan Pratama yang melihat kedatangan Farhana bergegas menghampirinya. Namun begitu berdiri di depannya, Tuan Pratama bingung dengan apa yang akan ia katakan.
"Bagaiamana kabarmu? " tanyanya dengan agak kikuk.
"Baik."
"Kenapa pulangnya sore. "
"Masih ada tugas."
"..... "
Tuan Pratama tidak tahu lagi apa yang harus ditanyakan.
"Kenapa berdiri disana saja. Duduk disini lebih nyaman, " kata penjaga yang tadi ngobrol dengan Tuan Pratama. Tuan Pratama langsung menoleh ke arahnya.
"Terima kasih Bu. Kalau boleh Saya ingin mengajak Hana untuk makan malam di restoran terdekat. "
"Silahkan... tapi ingat jangan sampai melewati waktu yang sudah di tentukan."
"Terima kasih. "
Tuan Pratama kembali mengalihkan pandangannya pada Farhana. Ia berharap Farhana menerima ajakannya. Namun ia bersiap dengan segala penolakan yang akan Farhana ucapkan.
"Ada yang ingin Papa bicarakan. Apa Kamu mau makan malam bersama Papa? " tanya Tuan Pratama dengan gugup.
Farhana menatap sosok di depannya dengan tajam. Melihat penampilannya yang nampak lebih tua dari terakhir kali mereka bertemu, Farhana merasakan kesedihan yang tak dapat ia fahami.
"Baiklah."
Mendengar jawaban Farhana yang setuju untuk makan malam bersama, Tuan Pratama merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.
"Tunggu sebentar. Aku masih perlu mandi. Rasanya tidak nyaman jika harus keluar seperti ini."
"Baik. Papa akan tunggu disini."
Farhana mengangguk sebelum mendorong kursi rodanya masuk ke dalam kamar. Ia meletakkan tasnya di atas meja rias. Kemudian mengambil baju dan membawanya masuk kedalam kamar mandi.
Setengah jam lebih Farhana berada di dalam kamar. Ia keluar dengan tampilan yang lebih segar.
"Maaf lama. "
"Tidak papa. Bisa langsung berangkat sekarang? "
"Hmmmm"
Tuan Pratama mendorong kursi roda Farhana dengan semangat ke tempat mobilnya yang terparkir. Ia membantu Farhana masuk kedalam mobil dengan hati-hati. Setelah memastikan Farhana duduk dengan nyaman, Tuan Pratama mulai mengendarai mobilnya.
Lalu lintas cukup padat di jam-jam seperti ini. Tuan Pratama mengendarai mobilnya dengan hati-hati.
Setelah lima belas menit, mobil yang Tuan Pratama kendarai akhirnya tiba di restoran. Saat Farhana bersiap tadi, Tuan Pratama sudah melakukan pemesanan. Jadi setibanya disana, karyawan yang bekerja di restoran itu langsung membawa mereka ke ruang ViP.
Makanan juga sudah Tuan Pratama pesan. Jadi mereka tinggal menunggu penyajiannya saja.
"Terimakasih sudah menerima permintaan Papa. Bagaimana kondisimu saat ini. "
"Seperti yang Papa lihat. Mungkin lebih baik dari Papa."
"Baguslah kalau begitu. Papa sudah memenjarakan mereka semua. Wanita itu benar-benar iblis. Papa begitu bodoh sampai mempercayai wanita seperti itu. Andai wanita itu tidak ada mungkin Mamamu.."
Tuan Pratama tak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia sendirilah yang memilih Nyonya Dewi sebagai asisten Mey Lin. Dengan harapan bisa membantu Mey Lin meringankan pekerjaan serta menjadi teman dikala dirinya sedang bekerja.
"Semua sudah terlanjur. Tidak perlu disesali. Menyesal pun percuma. Jadikan ini pelajaran agar kedepannya bisa lebih berwaspada."
"Maafkan Papa. "
".... "
Farhana tidak menjawabnya. Hatinya masih belum rela untuk memaafkan. Suasana agak canggung. Untunglah pelayan datang membawa pesanan.
"Maaf mengganggu. Kami membawakan makanan yang sudah Tuan pesan. "
"Silahkan."
Pelayan dengan hati-hati menyajikan makanan yang dibawanya ke atas meja. Ada Ayam bakar, dendeng balado, cumi krispi dan sambal cocolan.
Dari tampilannya saja sudah membuat perut keroncongan.
"Silahkan dinikmati, " kata pelayan sebelum pergi.
"Terima kasih. "
Setelah pelayan pergi Tuan Pratama langsung berdiri. Ia mengisi piring yang ada di depan Farhana untuk Ia isi.
"Mau makan yang mana? " tanyanya dengan semangat
"Biar Aku saja. "
"Biarkan Papa saja. Kamu tinggal tunjuk aja apa yang ingin Kamu makan. "
Farhana tidak menolak. Ia membiarkan Tuan Pratama mengisi piringnya. dengan hidangan yang ada dia atas meja.
Setelah itu mereka makan dengan tenang.
"Persidangan akan dilakukan satu bulan mendatang, " kata Tuan Pratama setelah selesai makan.
"Baguslah kalau begitu. Kerja yang bagus, " puji Farhana dengan tulus.
"Kalau bukan karena petunjuk yang Kamu berikan, entah sampai kapan kebohongan itu akan terbongkar."
".... "
"Apakah Kamu ingin menghadiri persidangan itu? "
"Kita lihat saja nanti."
Tuan Pratama tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Putrinya terlalu dingin untuk disentuh. Entah kapan lagi hubungan mereka akan kembali membaik.
Selesai makan Tuan Pratama mengantar Farhana kembali ke Asrama. Setelah itu Tuan mengendarai mobilnya kembali ke rumah.
Sejak Farhana pindah ke asrama ini merupakan pertama kalinya Tuan Pratama kembali ke rumahnya. Suasana sangat sunyi. Tidak ada kehangatan yang menyambut kepulangannya.
Sapaan kepala pelayan ia jawab seadanya. Ia memintanya untuk mengeluarkan semua barang Nyonya Dewi dari kamarnya. Setelah itu mengganti semua dekorasinya. Ia ingin semua yang berhubungan dengan Nyonya Dewi hilang dari pandangannya.
Bang Atta juga pulang lebih awal dibanding Tuan Pratama. Ia sedang beristirahat di dalam kamarnya. Sama halnya dengan Tuan Pratama, Bang Atta juga baru malam ini pulang sejak kepergian Farhana
Tinggal Bang Reza yang masih belum pulang. Ia kini secara resmi tinggal satu apartemen dengan Dzaki.
Di dalam kamarnya Farhana mulai belajar berjalan. Setelah melakukan akupunktur secara rutin kakinya berhasil disembuhkan.
Namun untuk sementara Farhana masih harus menggunakan kursi roda. Jika dipaksakan untuk berjalan terlalu lama takutnya malah kembali sakit.
hana dn kluarganya pst bhgia bgt....
slain hana udh smbuh,nnek shir jg bkln d hkum mti....
jd pgn mkan nasi padang jg....ngiler.....🤤🤤🤤
slain msih khilangn orngtua angktnya,dia jg kcewa dgn kluarga kndungnya....tp mngkn dgn brjalnnya wktu,dia jg mau mmaafkn kluarganya.....
yg mstinya malu tu klian kaleee....
ngaku2 dkt sm dzaki,pdhl mh knal jg kagak.....