NovelToon NovelToon
Bodyguard Om Hyper

Bodyguard Om Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Model / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Pengawal / Bercocok tanam
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

"Lepasin om! Badan gue kecil, nanti kalau gue penyet gimana?!"

"Tidak sebelum kamu membantuku, ini berdiri gara-gara kamu ya."

Gissele seorang model cantik, blasteran, seksi mampus, dan populer sering diganggu oleh banyak pria. Demi keamanan Gissele, ayahnya mengutus seorang teman dari Italia untuk menjadi bodyguard.

Federico seorang pria matang yang sudah berumur harus tejebak bersama gadis remaja yang selalu menentangnya.

Bagaimana jadinya jika Om Hyper bertemu dengan Model Cantik anti pria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Main bertiga yuk

"Ahh... terus... lebih cepat.." Suara lirih terdengar di dalam ruangan yang remang.

Suara merdu itu mengalun, diiringi hembusan nafas yang sedikit tersengal. Di atas ranjang, dua sosok tengah sibuk dalam adu mekanik.

Suasana terasa panas dan suara nafas mereka saling bersahut-sahutan. Rambut panjang wanita itu ditarik dan dicengkram.

"Aku hampir..."  Suara itu menggantung di udara, menciptakan ketegangan yang semakin memuncak.

Sementara itu, di sisi lain ruangan, dua gadis tengah menatap layar ponsel mereka, menyaksikan aksi tersebut dengan reaksi yang bertolak belakang.

Gadis yang satu terlihat begitu antusias, bibirnya tergigit kecil menahan ekspresi kegembiraan. Matanya berbinar, mengikuti setiap gerakan di layar dengan penuh semangat.

Sebaliknya, gadis di sebelahnya justru menunjukkan ekspresi jijik. Alisnya berkerut, bibirnya mengerucut, dan ia bahkan sampai memutar bola matanya tanda tidak tahan.

Akhirnya gadis yang malas menutup ponsel itu.

"Loh Cel, kok nontonnya berhenti sih?" Tanya gadis yang bersemangat, wajahnya penuh rasa penasaran.

"Apa-apaan sih? Nonton beginian, jijik banget."

"Eh, ayolah... Seru tau!"

"Terserah kamu deh," sahutnya, mengibaskan tangan. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa temannya begitu menikmati tontonan seperti itu.

Setelah melihat jam, gadis yang malas itu beranjak dari tempatnya.

"Eh, Cel, lo mau ke mana?" Tanya temannya sambil menahan lengan gadis yang dipangil 'Cel.'

"Ih, jangan pergi dulu.. ayo nonton lagi." Lanjutnya dengan nada manja.

"Males, ah. Otak lo kotor banget sih nonton kaya gini," jawabnya sambil merengut, menjauhkan diri.

"Ih… masa lo nggak penasaran gitu sama rasanya? Keliatannya enak nggak sih.." Goda gadis satunya, matanya berbinar penuh rasa ingin tau.

Gadis yang dipanggil 'Cel' mendengus pendek. "Nggak!" jawabnya tegas. Ia lalu bangkit dari tempat tidur, meraih ponselnya dan tas kecilnya.

"Ih, Icel! Lo mau ke mana?"

"Gue ada pemotretan, Zara. Nanti gue main lagi ya," jawabnya santai sambil melambaikan tangan.

"Ah, oke! Semangat, Icel!" Teriak Zara riang.

"Ok, see you~"

Gissele Bianchi atau yang akrab dipanggil Icel—melangkah keluar dengan anggun.

Gissele itu blasteran Italia, tepatnya ayahnya yang menurunkan darah Italia.

Gadis itu benar-benar punya paras yang menakjubkan. Wajahnya cantik luar biasa, seperti boneka hidup. Kulitnya putih mulus, tubuhnya semok dengan lekuk yang sempurna. Rambutnya hitam panjang, lurus dan lembut.

Usianya baru 21 tahun, masih kuliah, dan bekerja sampingan sebagai model.

Cekrek!

Jepretan kamera adalah makanan sehari-hari bagi Gissele. Tapi, di balik penampilan cantiknya, Gissele sebenarnya memiliki sifat yang cukup mengerikan.

Seorang lelaki mencurigakan diam-diam memotret Gissele dari sudut ruangan.

Begitu menyadarinya, Gissele langsung berbalik, matanya menajam. Dengan langkah cepat, ia mendekat dan tanpa ragu menarik kerah lelaki itu.

"Apa maksud lo motret-motret gue diam-diam, hah?!" Suaranya nyaring, penuh tekanan.

Lelaki itu terbata-bata, wajahnya pucat pasi. Tanpa pikir panjang, Gissele mengayunkan tinjunya.

Bugh!

Gissele memiliki moto 'Senggol bacok' banyak yang berkata, kalau sampai berani macam-macam dengan Gissele, lebih baik siap-siap masuk ruma sakit.

Namun di balik ketegasannya, Gissele selalu menjaga kecantikannya dengan ketat.

Rutinitas 11-step skincare adalah hal yang tak pernah ia lewatkan. Karena bagi Gissele, kecantikannya adalah sumber uang.

Di antara teman-temannya yang suka membicarakan cowok, Gissele adalah satu-satunya yang paling anti.

"Kenapa sih kalian ngomongin cowok melulu?" Keluhnya sambil menyesap bubble tea dengan ekspresi bosan.

"Icel, masa lo nggak tertarik sama sekali?" Goda Zara, temannya. "Uh apalagi yang itunya gede.. enak nggak sih."

"Najis, nggak lah! Kalian nih pikirannya sesat semua." Jawab Gissele tegas.

"Cowok tuh otak udang, m*sum, kurang ajar, brengsek!" Tambah Gissele lagi.

"Aduh, lo nggak capek apa ngomong gitu mulu?" Timpal temannya yang lain.

"Capek, makanya berhenti ngomongin cowok!" Balas Gissele sambil memijat pelipisnya.

Kalau sudah begini, teman-temannya hanya bisa saling pandang dan cekikikan. Mereka tau betul bahwa sahabat mereka ini bukan cuma benci, tapi benar-benar anti laki-laki.

Sebenarnya, ada alasan di balik sikap Gissele yang begini. Mantan pacarnya—satu-satunya lelaki yang pernah masuk ke dalam hidupnya sukses bikin dia trauma seumur hidup.

Dia adalah mantan pertama, sekaligus terakhir bagi Gissele. Dan sejak saat itu, Gissele menetapkan aturan dalam hidupnya. Laki-laki? NO, thank you.

Karna itulah, ketika Hari Valentine tiba, loker Gissele berubah jadi kotak amal tak bertuan.

Baru saja ia membuka pintunya, brukkk! amplop, cokelat, dan bunga berjatuhan seperti longsor.

"...Apaan sih ini?" Desisnya sambil menatap semua hadiah itu dengan ekspresi jijik.

Teman-temannya langsung heboh.

"Wah, Cel, lo dapet banyak banget tuh!" Seru Zara iri.

"Astaga, kaya ternak cowo lo, Cel." Celetuk yang lain.

Tanpa banyak pikir, Gissele dengan wajah datar mengambil semua hadiah itu, berjalan ke tempat sampah, dan membuangnya tanpa ragu.

"Eh, eh, EH! Kok dibuang?!"

"Nggak jelas," jawab Gissele santai sambil menepuk-nepuk tangannya.

"Halo? Sadar nggak sih lo baru aja bikin cowok-cowok patah hati se-kampus?" Tanya Zara sambil menepuk bahu Gissele.

"Bagus. Sekalian biar mereka sadar diri," jawab Gissele datar.

Sebelum pergi, ia menoleh ke arah anak-anak lelaki yang masih berkumpul di depan lokernya dan menatap mereka tajam.

"Jangan kasih apa-apa ke loker gue lagi, BR*NGSEK!" Katanya tegas sebelum melenggang pergi.

Tapi makin lama menghajar mereka sendiri, Gissele lama-lama resah dan capek.

"Papi… Icel capek…" Keluhnya sambil mendekap erat lengannya di sofa.

Ayahnya yang sedang membaca koran menoleh dengan ekspresi penuh kasih sayang. Satu-satunya pria di dunia ini yang masih bisa Gissele cintai.

"Ada apa, sayang?"

"ICEL DIIKUTIN COWOK TERUS! BIKIN MALES!" Serunya dramatis.

Ayahnya menaruh koran, mengelus rambut anaknya dengan lembut. "Hmm… Kamu mau Papi panggil temen Papi aja?"

"Temen Papi?"

"Dia orang Italia, pernah tinggal di Indonesia lama, bisa jagain kamu. Dia akan jadi bodyguard buat kamu."

Gissele berpikir sejenak, lalu mengangguk sambil memeluk ayahnya erat. "Boleh deh."

Hari-hari berlalu, dan Gissele tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Pagi ini, ia bangun lebih awal untuk jogging.

Sudah siap dengan baju olahraga ketatnya, ia berjalan ke dapur untuk mengisi air. Tapi begitu sampai di sana, mata Gissele langsung membelalak.

"HAH?!?"

Di depan matanya, pembantu rumahnya sedang berciuman mesra dengan seorang pria asing!

Ciuman itu… sungguh… terlalu berlebihan untuk jam segini. Bibir mereka bahkan saling gigit-gigitan dan menciptakan suara-suara aneh yang membuat Gissele makin jijik.

BRAKK!

Gissele menjatuhkan botol minumnya ke lantai. "AAAKKK!!!"

Pria itu lebih besar darinya, dengan mata tajam dan rahang yang terlihat tegas. Begitu juga pembantunya yang kini panik.

"Non… ini… saya bisa jelasin!"

"JELASIN APA?! KALIAN NGAPAIN BERBUAT NGGAK SENONOH DI RUMAH GUE?!" Bentak Gissele.

Pria itu bukannya merasa bersalah, malah menyeringai licik. Dan sebelum Gissele sempat berlari, pria itu dengan cepat menarik tangannya.

"Eh, anjir, lepasin!"

Tangan pria itu mencengkeram pergelangan tangan Gissele. Bajunya sedikit tersingkap, memperlihatkan pemandangan yang mengerikan bagi Gissele.

"Join ya sama kita, asik juga kalau bertiga." Bisik pria itu dengan senyum menggoda lalu perlahan mendekatkan bibirnya pada Gissele.

1
Elmi Varida
wkwkwkkkk...🤣🤣salah sasaran si Federico🤣🤣
Dyah Rahmawati
lanjuut😘
Dyah Rahmawati
giseel ...ooh giseel 😘😘😀
..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!