NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Diselingkuhi

Jodoh Setelah Diselingkuhi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

"Aku mau kita putus!!"

Anggita Maharani, hidup menjadi anak kesayangan semata wayang sang ayah, tiba-tiba diberi sebuah misi gila. Ditemani oleh karyawan kantor yang seumuran, hidupnya jadi di pinggir jalan.

Dalam keadaan lubuk hati yang tengah patah, Anggita justru bertemu dua laki-laki asing setelah diputuskan pacarnya. Jika pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, kalau ini malah tak kenal tapi berujung perjodohan.

Dari benci bisa jadi tetap benci. Tapi, kalau jadi kekasih bayaran ... Akan tetap pura-pura atau malah beneran jatuh cinta?

Jangan lupa follow kalau suka dengan cerita ini yaa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JSD BAB 18

Aroma khas es dawet sudah tercium dari luar rumah Anggara. Di bagian bangunan yang begitu mepet dengan rumah mewah tersebut, di sanalah tempat Shinta selesai bersiap untuk berjualan.

Saat sedang mencari plastik, telinga perempuan itu mendengar derap langkah seseorang. Lehernya pun merinding, pasalnya di rumah Anggita tidak ada siapa-siapa selain satpam yang berjaga di depan.

"Sendirian doang nih," celetuk seorang laki-laki.

"Huakh! Ampun, lo ngapain di sini! Pergi gak!"

"Dih, ngusir banget. Jangan galak jadi perempuan, gue ke sini disuruh sama abang lo," ujar Ridho enteng.

Sontak Shinta terbelalak tak menyangka. "Loh, jadi lo— lo anak buahnya abang gue!? Hah!?" Saking tidak percaya Shinta sampai menjambak rambutnya sendiri.

Laki-laki di hadapannya? Hanya terkekeh pelan.

"Abang lo Januar 'kan? Ya maklum sih kalau lo kaget, secara gue kan baru gabung setengah tahun lalu setelah lo sama Widi putus."

Mendengar pernyataan itu Shinta tak ingin ambil pusing. Ia memilih untuk fokus kembali ke dagangan yang akan ia bawa berupa Es Dawet Mbak Gitshin.

"Mendingan lo pergi deh, gue muak liat muka lo terus. Lagian gue bukan bocah yang gak bisa apa-apa sendiri. Jadi anak buah abang gue aja udah belagu, sok nurut," cibirnya.

Seseorang di sebelah Shinta menaikkan kedua alisnya, bahkan terkekeh sambil menatap Shinta. "Justru karena gue anak buah abang lo, gue ditugasin buat jagain lo."

"Enak aja, dikira gue bocah yang suka dipantau sama preman brengsek," ucap Shinta sinis.

Senyum tipis Ridho mendadak berubah. "Lo marah? Gue ke sini cuma niat bantuin sama jaga lo aja sesuai perintah Bang Januar."

"Ngapain juga gue marah, gue cuma risih aja kalau lo ngikutin gue."

Begitu selesai membereskan dan bersiap-siap, Shinta bergegas keluar membawa semua barang-barang dengan mencicil satu per satu.

"Shin, gue bantu bawain ya." Tanpa menunggu jawaban, Ridho bergerak cepat menjinjing tas beserta tremos es batu.

Dirasa memang melelahkan jika harus berputar balik membawa barang. Shinta bungkam tak mau menanggapi.

Sampai waktu pun berlalu menjadi siang yang sangat terik. Yah, walau sedikit terlambat jadwal berdagang di tepi jalan raya, Shinta tak mengeluh.

"Lo ngapain lagi masih petantang-petenteng di sini? Gak takut dikatain preman gadungan?"

Seseorang yang diajak mengobrol tersebut tak lain justru terkekeh. "Lah, gue emang preman. Tapi, gini-gini gue juga manusia, Shin. Tahu kapan waktunya kurang ajar dan saatnya kalem."

Shinta duduk di gubug lapaknya sambil menatap kendaraan berlalu lalang.

"Enak banget ya jadi lo, hidupnya cuma malak orang-orang yang susah."

Ucapan itu seketika membuat Ridho menoleh dan mengernyit. "Malak? Gue jahat emang iya, Shin. Tapi, sejauh ini gue belum pernah minta duit sama orang lain tanpa ada kerjaan."

"Berarti kalau lo dikasih tugas sama abang gue buat nyopet orang kaya, lo lakuin?"

"Ya enggaklah. Udah gue bilang, meski gue preman gini, lo harus tahu kalau gue sama Widi bukan preman pasar biasa."

"Terus?"

Ridho menunduk menatap sepatunya yang berayun-ayun pelan. "Bisa dibilang gue sama Widi udah termasuk orang yang katanya sih gak bisa diremehin."

"Kenapa gitu?"

"Gak tahu juga sih, mungkin karena anak buahnya abang lo."

Disela-sela menunggu pembeli, Shinta tiba-tiba merasa tertarik untuk sekadar mengobrol dengan Ridho. Entah apa alasannya. Namun, sosok Ridho benar-benar tidak seperti yang ia pikir.

"Lo orangnya nakal gak? Maksud gue, dalam arti ketika lo lagi sama orang lain gitu."

Ridho mengernyit dan sempat bergeming. Dalam hitungan detik laki-laki itu mengangguk pelan. "Gue nakal sih orangnya, tapi bukan nakal ke perempuan ya. Dan gue juga nakal palingan keras doang, gak sampai minum yang bahaya buat kesehatan diri," jelasnya.

Diam-diam Shinta tersenyum. Dalam keadaan kepala menunduk karena takut orang di sebelahnya tahu.

"Oh, kirain lo orang yang bener-bener gak ngotak. Soalnya ke Widi kan lo begitu," ujar Shinta tak mengubah posisinya.

"Enggak, gue sama dia emang sering bentrok kalau ada masalah yang gak diurus bareng aja sih."

••••

Widi mengejar Anggita yang tak mau diikuti dan sedang dalam kondisi marah. "Anggita, ayo kita ke rumah ibu. Aku minta maaf, aku tahu aku salah. Tapi, Shinta sama aku gak ada apa-apa."

Penjelasan dari Widi tidak ditanggapi. Bahkan Anggita tetap berjalan dengan langkah yang seolah disertai kekecewaan.

Deretan rumah yang langka warganya menjadi saksi saat Gita mulai menghentikan langkah. Perempuan itu berbalik badan, sorot mata tajam menembus mata Widi.

"Lo selalu bikin gue kecewa ngerti gak? Lo selalu jadi orang yang gue benci. Emang gak bisa apa, sesekali gak ngecewain terus?" tanya Gita dengan nada pelan, tapi menusuk.

Tak bisa menjawab, Widi menunduk lemah. "Aku hanya ingin kamu aman dengan ibu. Karena kehadiran kamu bisa menjadi bahaya. Aku gak apa-apa kalau kamu mau benci atau berpisah, lagipula aku hanya bisa melindungi kamu sama ibu dengan cara menyerahkan diri aku ke mereka."

"Mereka siapa? Gak usah sok loyo," cibir Gita. Ia melipat kedua tangan di depan dada.

"Mereka preman yang gak bisa diremehkan. Sudah dari dulu aku jadi buronan. Selain itu mereka juga akan mengincar orang terdekatku selama aku tidak menyerahkan diri," jelas Widi.

"Lah, kenapa cuma lo? Ridho enggak?"

"Karena aku pernah dituduh membunuh seorang ibu-ibu yang aku antar ke rumah sakit saat mau lahiran. Waktu menuju rumah sakit, motorku tiba-tiba disenggol sama mobil yang mengakibatkan kami celaka. Ibunya hanya lecet, dan alhamdulilah aku bisa bawa ke rumah sakit sampai anaknya lahir. Tapi ... Setelah itu ibunya meninggal dunia."

Anggita turut prihatin mendengar ungkapan suaminya. Tak lama kemudian muncul sebuah pertanyaan di pikiran Gita.

"Anaknya gimana?"

Widi menegakkan kepalanya menatap Anggita lekat meski jarak posisi mereka tak begitu dekat.

"Salah satu dari mereka yang mengincar kamu dan ibu adalah anaknya."

1
Lonafx
kacau banget cwok kayak Arya, gak modal😅

hai kak, aku mampir, cerita kakak bagus💐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!