NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 21

Hening sejenak. Semua personel terdiam, seolah tak percaya apa yang baru saja didengar.

“What?!” Kenji tiba-tiba maju dengan wajah merah padam. “Lu serius ngomong begitu sekarang? Lu gila!”

Kevin menatapnya balik, rahangnya mengeras. “I’m dead serious. I can’t live like this anymore.”

Kenji mendengus keras, langkahnya maju. “Egois lu, Kev! Semua yang kita bangun bareng-bareng lu hancurin cuma gara-gara lu capek!”

Kevin tersulut. “Don’t you dare call me selfish!”

Kevin sudah mengangkat tangannya, nyaris memukul Kenji, tapi Chris dan Eren cepat-cepat menahan tubuhnya. Anton juga langsung bergerak, berdiri di antara mereka.

“STOP!” Anton berteriak, nadanya tegas. “Lu semua sadar nggak ini udah kelewatan?!”

Kevin masih terengah, tapi ia melepaskan genggamannya dengan kasar. Kenji berdiri mematung, dadanya naik-turun cepat, menahan emosi yang hampir meledak.

Anton menghela napas berat, lalu menatap mereka satu per satu. “Gue ngerti lu semua marah. Gue ngerti lu semua kecewa. Tapi besok kita harus ke Palembang. Kontraknya udah diteken, sponsor udah bayar, tiket udah sold out. SilverDawn harus terlihat solid.”

Riku yang dari tadi diam akhirnya bersuara lirih, “Kalo kayak gini, apa kita bener-bener bisa solid, Ton?”

Anton menatapnya serius. “Lu mau fans liat kita hancur di atas panggung? Nggak, kan?”

Semua terdiam. Suasana mendadak berat.

Kevin akhirnya menunduk, suaranya melemah. “I’ll sing. I’ll do the show. But after that...” ia berhenti sejenak, menatap mereka semua. “I’m done. That’s my last stage with SilverDawn.”

Eren menghela napas panjang, menepuk bahu Kenji agar mundur. Chris hanya menggeleng pelan. Tidak ada yang membantah.

Anton akhirnya berkata pelan, seolah memastikan, “Oke. Jadi besok kita kasih yang terbaik buat fans. After that, kita akan bahas lagi nanti.”

Kevin mengangguk singkat, tapi wajahnya tetap tegang. “Fine.”

Malam itu mereka bubar tanpa banyak bicara. Studio mendadak terasa dingin, sunyi. Kevin mengambil gitarnya, memasukkannya ke dalam case, lalu pergi tanpa menoleh lagi.

_____

Di kamar Kevin terduduk di tepi ranjang, ponselnya tergeletak di samping. Getaran singkat membuatnya meraih ponsel itu.

Satu per satu pesan dari Anton masuk.

Anton: Keberangkatan jam 7 pagi.

Anton: Penerbangan sudah disiapkan sponsor.

Anton: Please jangan begadang, gue mau lo tampil dengan suara sempurna.

Anton: Briefing acara besok akan dikasih begitu sampai.

Kevin mengembuskan napas berat. “Too many rules, Ton...” gumamnya dalam hati sambil mendengus. Rasanya setiap gerak-geriknya selalu diawasi, bahkan tidurnya pun seolah ada yang mengatur.

Ia meletakkan ponsel itu di kasur, mencoba memejamkan mata. Tapi pikiran terus berputar. Jadwal padat, kontrak, konser besok... dan Meira. Ya, nama itu tiba-tiba muncul lagi di kepalanya.

Kevin melihat notifikasi lain yang sudah tenggelam . Kevin membuka, alisnya sedikit terangkat. "Dari Meira..."

Meira: Makasih ya... buat malam kemarin.

Kevin terdiam sejenak menatap layar itu, bibirnya membentuk senyum samar. Jarinya mulai mengetik pelan.

Kevin: You’re welcome. How are you feeling now?

Ia menatap pesan itu sebentar sebelum menekan “send”. Ada perasaan aneh yang merambati dadanya campuran penasaran dan sesuatu yang tak bisa ia jelaskan.

Ponsel masih dalam genggamannya. Ada dorongan kecil di hatinya. “Should I call her? Just to check?” pikirnya. Entah kenapa kali ini ia tidak ingin sekadar menunggu balasan pesan.

Kevin menyandarkan punggung ke headboard, matanya menatap langit-langit. “What’s wrong with me... why do I even care this much?”

Tangannya tetap memegang ponsel erat-erat, seperti sedang menimbang keputusan besar hanya untuk menekan ikon telepon.

Ponsel Kevin masih ia pegang, pesan dari Meira baru saja ia balas singkat.

Tak sampai satu menit, layar ponselnya kembali menyala notifikasi masuk.

“Kevin, lo lagi di mana sekarang?”

Kevin tersenyum tipis, matanya melembut. Jemarinya mengetik cepat.

“Di kamar. Baru kelar latihan.”

Balasan itu tak lama dibaca. Lagi-lagi layar ponselnya berkedip.

“Boleh nggak... gue nelpon?”

Kevin terdiam sejenak, menatap layar dengan rasa tak percaya. Di dalam hatinya, ada sesuatu yang hangat.

“This is it,” gumamnya pelan, “finally she asks.”

Sudah dari tadi ia menimbang ingin mendengar suara Meira. Sekadar memastikan gadis itu baik-baik saja.

Ia mengetik jawabannya.

“Boleh. Aku tunggu telepon kamu.”

Tidak lama kemudian ponselnya bergetar. Nama Meira muncul di layar. Kevin menarik napas panjang lalu menekan tombol hijau.

“Hello...” suaranya lembut, sedikit serak karena lelah.

Di seberang sana, suara Meira terdengar pelan, bahkan nyaris ragu.

“Kev... ganggu nggak?”

Kevin menggeleng meski tahu Meira tidak bisa melihat. “No, not at all. Aku malah seneng kamu nelpon,” jawabnya dengan logat bulenya yang kental.

Hening sesaat. Meira seperti sedang menata napas.

“Gue cuma... pengen bilang langsung kalo gue happy banget ada yang masih peduli sama gue. Walau gue tau lo cuma ngehibur, tapi sumpah itu bikin hati gue agak lega.

Lo sendiri gimana? Baik-baik aja kan?"

Kevin tersenyum kecil. “I’m good. Thanks for asking. It means a lot, Meira.”

Nada suaranya jujur, membuat Meira sedikit tersipu.

“Gue... nggak tau harus ngomong apa lagi,” kata Meira jujur, suaranya bergetar. “Tapi makasih karena lo mau dengerin gue kemarin.”

Kevin berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar.

“Meira,” ujarnya pelan, “kamu nggak ganggu sama sekali. Aku justru lega kamu cerita. At least, aku tau kamu masih berjuang.”

Ucapan itu membuat dada Meira terasa hangat. Air matanya menetes pelan, tapi kali ini bukan karena sedih, melainkan karena merasa ada yang benar-benar peduli.

“Boleh...” suaranya ragu, “boleh kita ngobrol agak lama? Aku cuma nggak mau sendirian malam ini.”

Kevin menghela napas panjang. “Sure,” katanya lembut. “Let’s talk. Aku juga butuh teman ngobrol, actually.”

Percakapan pun berlanjut. Awalnya canggung, hanya saling bertanya kabar, tapi perlahan mencair. Kevin bahkan sempat bercanda kecil, membuat Meira tertawa di sela-sela isakannya.

Malam itu, untuk pertama kalinya, jarak antara seorang idol dan penggemarnya terasa memudar. Bukan karena Kevin mulai menyukai Meira, tapi karena ia sadar Meira hanyalah manusia yang butuh didengar, sama seperti dirinya.

Hampir satu jam Meira berbicara tanpa henti, suaranya kadang tersendat-sendat karena tangis. Kevin hanya terdiam, mendengarkan dari seberang, sesekali menggumamkan “I see...” atau “I’m here...” sebagai tanda ia memperhatikan.

Meira menceritakan semuanya tentang ibunya yang mengabaikannya, ayah biologisnya yang memperlakukannya seperti beban, sampai rasa kosong yang selalu menghantuinya setiap kali ia bangun tidur di apartemen mewah itu.

“Kadang gue mikir...” suara Meira semakin pelan, “...buat apa gue hidup, Kev? Gue cuma pengen... ada satu orang aja yang mikir gue layak ada di dunia ini.”

Kevin menutup mata, jantungnya berdegup lebih cepat. Kata-kata itu menusuk ke dalam dirinya.

“She sounds like me back then...” gumamnya dalam hati. Ia teringat pada dirinya sendiri, sebelum SilverDawn meledak, sebelum semua ketenaran itu datang saat ia hanya anak muda yang merasa tidak didengar oleh siapa pun.

Ia ingin menceritakan itu pada Meira. Ingin bilang kalau ia paham rasa ditinggalkan, paham rasanya diabaikan keluarga. Tapi lidahnya terasa kelu.

“I am a public figure,” pikirnya. “I can’t just open up like that... terlalu riskan.”

Akhirnya Kevin hanya menarik napas panjang dan berkata pelan, “Meira, aku denger semuanya. Aku nggak bisa pura-pura tau rasanya jadi kamu... tapi aku ngerti rasa sakit itu.”

Hening beberapa detik. Meira terisak lagi.

“Lo... lo nggak jijik denger cerita gue?”

Kevin menggeleng. “No. Not at all. Kamu malah bikin aku respect sama kamu. Kamu berani cerita. That’s... brave, Meira.”

Ada jeda panjang, hanya suara napas masing-masing yang terdengar. Kevin sadar Meira menangis lebih pelan sekarang.

“Thanks for telling me, Mei” lanjutnya. “But mungkin aku nggak bisa selalu ada, tapi malam ini... aku dengerin kamu. And I mean it, you’re not alone.”

Meira menutup mulutnya, menahan isak. Kata-kata itu seperti membasuh hatinya. Ada sesuatu yang terasa ringan, meski sakitnya belum hilang.

“Kev...” suaranya pelan. “Gue nggak tau harus bilang apa. Tapi makasih.”

Kevin tersenyum samar. “You’re welcome.” Ia mengalihkan pandangan ke jendela kamarnya yang gelap, pikirannya berkecamuk.

Ia ingin mengatakan, “I know what it feels like. I’ve been there.” Tapi ia menahan diri.

“Bukan waktunya,” batinnya.

Percakapan itu akhirnya mereda. Meira menghela napas panjang, seakan semua beban sedikit terangkat. Kevin bisa mendengar nada suaranya yang lebih tenang.

“Gue... mungkin bisa tidur sekarang,” kata Meira pelan. “Thanks for staying.”

Kevin mengangguk kecil. “Good. Rest well, Meira. You need it.”

Mereka menutup telepon, tapi setelahnya ia mengirimkan pesan:

Mei, I’m super busy tomorrow. I’ll be in Palembang, so you won’t be able to contact me like this."

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!