Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Debat Manis
"Kenapa bereaksi seperti itu? Apa saya melakukan kesalahan?" tanya Aliza.
"Banyak!" Dhafian langsung menjawab dengan cepat. Aliza mengerutkan dahi melihat ekspresi sang suami.
"Apa kau menyukaiku?" tanya Dhafian. Aliza mengerutkan dahi mendengar pernyataan itu.
"Benar! Jadi sekarang kau sudah mulai menyukaiku dan sehingga kau bersikap seperti ini," ucap Dhafian dengan sangat percaya diri.
"Tuan salah paham, saya tidak memiliki rasa itu sedikitpun," jawab Aliza jujur.
"Benarkah? Lalu apa maksudmu melakukan semua itu seolah mencari perhatianku?" tanya Dhafian.
"Saya sudah menjawab tadi dan tidak ada maksud untuk mencari perhatian. Saya hanya melaksanakan tugas sebagai seorang istri," jawab Aliza.
Dhafian menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan dan tiba-tiba saja dia memegang kedua bahu Aliza dan menarik Aliza untuk lebih dekat lagi padanya sehingga wajah mereka berdua berdekatan dengan jarak hanya beberapa cm saja dan nafas yang saling menerpa.
Wajah Aliza seketika menjadi panik yang kesulitan menelan ludah.
"Jadi sekarang kau benar-benar ingin menjadi istri yang melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri?" tanya Dhafian.
Aliza tidak mampu menjawab dan sepertinya dia terjebak dengan ulahnya sendiri.
"Aliza jangan bermain-main denganku, aku tidak bisa dipancing, saat ini juga aku bisa membuatmu telanjang di depanku," ucap Dhafian.
Aliza menepiskan kedua lengan suaminya itu yang sekarang sudah tidak memegang bahunya lagi. Aliza menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
"Semua tidak ada berhubungan. Saya hanya berusaha untuk menjadi istri yang baik. Jika tuan menganggap apa yang saya lakukan untuk hal yang lain, maka itu adalah urusan tuan!" ucap Aliza berdiri dari tempat duduknya.
"Tuan sarapanlah!" ucap Aliza yang berlalu dari hadapan suami yang keluar dari kamar.
"Hah!" Dhafian sampai mendengus kasar mendengarnya.
"Wanita ini benar-benar mengujiku," ucap Dhafian yang menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
Dhafian ingat ke arah sarapan itu dan ternyata mengambilnya. Dhafian yang juga mungkin merasa lapar karena pagi-pagi sudah kembali berdebat dengan sang istri dan lebih baik menikmati sarapan yang sudah di siapkan.
"Lumayanlah!" ucapnya yang ternyata menikmati.
******
Aliza memasuki kamar yang melihat suaminya tampak rapi yang memancing lengan kemejanya.
"Ada apa?" tanya Dhafian lihat istrinya berdiri di depan pintu dan sepertinya ada yang ingin dia sampaikan.
"Saya ingin ke luar," jawab Aliza dengan gugup.
"Lalu apa urusannya dengan ku?" tanya Dhafian.
"Meminta izin," jawab Aliza.
"Kalau aku tidak mengizinkan, kamu akan tetap pergi atau akan di rumah?" tanya Dhafian yang ingin menguji istrinya itu.
"Akan dirumah," jawab Aliza.
"Kalau begitu aku tidak mengizinkan dan tetaplah berada di rumah sampai aku pulang!" tegas Dhafian.
"Tapi ada beberapa hal yang harus saya beli," jawab Aliza.
"Katakan apa yang kamu butuhkan dan nanti pulangnya di rumah ini yang akan membelinya," jawab Dhafian.
"Tidak bisa. Harus yang membeli sendiri," jawab Aliza.
"Kalau keras kepala dan tetap ingin pergi. Lalu kenapa meminta izin!" tegas Dhafian yang lagi-lagi istrinya hanya menguji kesabarannya.
"Ini hal yang sangat penting dan tidak boleh diwakilkan oleh siapapun dan karena saya sudah menikah maka harus meminta izin kepada suami dan saya memohon untuk diizinkan keluar rumah," jawab Aliza.
"Baiklah! Kau bisa pergi bersama dengan Arga. Dia yang akan mengantarmu!" ucap Dhafian yang akhirnya menuruti keinginan istrinya itu.
"Maaf tuan, alangkah baiknya untuk tidak membiasakan saya satu mobil dengan laki-laki yang bukan mahram saya," ucap Aliza.
"Astaga, kenapa maumu begitu banyak. Ya sudah kau pergi sendiri dan ingat jalan pulang ke rumah ini!" tegas Dhafian yang akhirnya mengalah.
"Baiklah," sahut Aliza dengan tersenyum yang pasti sekarang merasa sangat lega.
"Aku benar-benar tidak tahu bagaimana menghadapi wanita ini," batin Dhafian yang mulai frustasi.
****
Lucky yang sedang berada di kantor mendapat laporan dari anak buahnya yaitu tim kepolisian.
"Apa kalian sudah memeriksa gedung ini?" tanya Lucky.
"Kami belum mendapat surat perintah untuk melakukan penggeledahan," jawab pria tersebut.
"Aku mencurigai gedung yang dijadikan pabrik untuk Perusahaan yang dikelola Dhafian ada selain dan bisa saja gedung ini hanya sebuah pengalihan saja untuk membuat kita lengah," ucap Lucky.
"Apa tuan ingin mengatakan, jika gedung ini adalah markas perjudian yang sebenarnya?" pria tersebut.
"Aku tidak bisa menyimpulkannya. Dhafian orang yang sangat licik dan pintar mengatur siasat yang ujung-ujungnya kita akan terkecoh kembali. Aku juga harus hati-hati menghadapi laki-laki, karena keponakanku berada di tangannya," ucap Lucky yang pasti sangat mengkhawatirkan Aliza yang menjadi sandra bagi Dhafian.
"Lalu tindakan apa yang harus kita lakukan?" tanya pria itu.
"Kerahakan beberapa tim untuk menyelidiki gedung ini dan kalian juga harus mengawasi pergerakan Dhafian," jawab Lucky.
"Pak, maaf jika saya lancang berbicara, Bapak mengatakan keponakan bapak sekarang menjadi istrinya. Lalu kenapa tidak kita gunakan saja keponakan bapak untuk mencari tahu hal yang lebih detail lagi mengenai Dhafian dan mungkin saja kita akan mendapatkan informasi yang jelas," ucap pria tersebut yang tiba-tiba saja mendapatkan ide.
"Apa maksud kamu? Kamu ingin saya menggunakan keponakan saya sebagai mata-mata?" tebak Lucky.
"Maaf tuan, saya tidak bermaksud untuk menyampaikan apa yang saya pikirkan. Hanya saja berpikir jika ini jalan satu-satunya dan lagi pula bukankah keponakan bapak berada di rumah itu dan pasti bisa mendapatkan sesuatu hal yang menguntungkan kita," ucap pria tersebut yang menyampaikan pendapatnya.
"Ini adalah urusan kepolisian dengan Dhafian. Saya tidak ingin keluarga saya terlibat dan apalagi keponakan saya. Kamu jangan pernah sesekali mengeluarkan ide seperti itu!" tegas Lucky yang ternyata tidak setuju jika Aliza harus dikorbankan dalam hal seperti itu.
"Saya minta maaf yang tidak bermaksud sama sekali," ucap pria tersebut menundukkan kepala.
"Kamu lakukan perintah yang saya katakan dan jangan mengambil tindakan sebelum mendapatkan perintah dari saya .... kamu juga kerahkan beberapa tim untuk mengamankan para pendemo yang ada di kantor pemerintahan!" tegas Lucky yang membuat pria itu mengganggukan kepala dan langsung berlalu dari hadapan Lucky.
"Aku tidak mungkin menggunakan Aliza sebagai mata-mata di rumah itu," ucap Lucky yang menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
****
Toko Bakeri.
Aliza yang terlihat berjalan-jalan melihat kue-kue yang ada di sana dengan suasana hatinya yang tampak begitu sangat bahagia yang terlihat dari pancaran matanya mengeluarkan senyum.
"Nona Aliza!" Aliza membalikan tubuh ketika namanya dipanggil.
"Apa pesanan saya sudah selesai?" tanya Aliza.
"Kami selalu mendahulukan pesanan Nona. Ini kue coklat strawberry yang Nona pesan," jawab pelayan tersebut yang memberikan kotak kue tersebut yang membuat Aliza tersenyum.
"Alhamdulillah!" ucap Aliza yang merasa sangat bersyukur.
"Terima kasih sudah membuatkan pesanan saya. Saya takut sekali saat telat memberitahu akan mengambil kuenya dan ternyata Alhamdulillah kuenya bisa selesai tepat waktu," ucap Aliza.
"Nona adalah langganan kami dan kami akan berusaha untuk membuat kuenya tepat waktu, walau kue ini sangat sulit sekali dibuat dan memang harus dipesan terlebih dahulu," ucap pelayan tersebut.
"Apapun itu saya mengucapkan terima kasih banyak," ucap Aliza yang membuat pelayan tersebut menganggukkan kesalahan dan langsung pergi dari hadapan Aliza.
Bersambung....