NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERBOHONG

William nampak kaget dan syok, matanya memandang ke arah Aurora lalu mengernyitkan dahi.

William menarik nafas panjang lalu mengusap kepala Aurora dengan pelan lalu tersenyum.

"Apa kamu ragu akan kebesaran cintaku, kamu lupa berapa lama kita bersama," ucap William menatap tajam Aurora.

Melihat William menatapnya, Aurora membuang muka lalu matanya berkaca kaca.

William mencium kening Aurora lalu mengelus perutnya dan tersenyum

"Apa perlu aku bilang pada mereka bahwa aku yang telah melakukannya, biar kamu percaya dan tidak meragukan ku."

Aurora tersentak kaget dan menggelengkan kepala dengan pelan lalu menangis kembali dan tangannya mengepal kuat.

"Gak gak gak gak ,,,, gak boleh," aku percaya sama kamu, maaf aku meragukan mu," ucap Aurora dengan terus menggelengkan kepala dan terlihat merasa menyesal karena telah meragukan William.

William nampak tersenyum sumringah melihat Aurora yang akhirnya percaya dengan perkataan William.

"Nenek gimana Will, apa dia baik baik saja?" ucap Aurora melihat William yang lagi memainkan ponsel, entah apa yang dilakukan William dan dia terlihat mengetik.

Sementara William mendengar pertanyaan Aurora lalu menghentikan aktivitasnya dan mulai berfikir.

'Aku harus jawab apa? sejak Aurora ditahan tak sekalipun aku menengoknya,' ucap William dalam hati sambil mencoba berfikir keras.

William berdehem kemudian menjawab dengan tenang sambil memainkan tangan Aurora.

"Nenek sehat apa nanti kamu mau video call, kalau mau nanti sore ya,,,," Nampak William tersenyum, sambil menyembunyikan sesuatu.

Aurora mengangguk dan tersenyum, karena Aurora sangat merindukan nenek Hamida.

Waktu besuk telah selesai, William minta izin untuk pulang, sebelum pulang William memeluk mesra Aurora dengan meneteskan air mata, sementara Aurora tidak bisa membalas pelukannya karena dalam kondisi tangan di borgol.

Setelah kepergian William, Aurora merasa kesepian, dia membayangkan seandainya saja kejadian ini tidak terjadi, pasti dia dan william saat ini sudah hidup bahagia dan tidak terpisah seperti saat ini.

Tanpa terasa air mata Aurora menetes sampai menangis terisak.

Dia tau masa depannya telah hancur, Aurora nampak memandang perutnya yang buncit lalu mengusapnya.

"Maafkan ibu ya nak,,,, maafkan ibu jika kamu harus lahir dalam kondisi seperti ini, ini bukan mau ibu nak namun kita harus terima dengan ikhlas kamu juga harus kuat kita lalui sama sama, kamu adalah penyemangatku," ucap Aurora yang pandangannya masih tetap ke perutnya lalu memejamkan mata dan menangis kembali.

Clarisa telah sampai di kantor Devandra dengan balutan gaun warna biru laut, ber high heels mewah senada dengan gaunnya.

Rambut yang terurai panjang, lurus, hitam legam nampak bahwa badannya benar benar terawat.

Saat dia melangkah banyak karyawan mengangguk dan menyapanya. Bukan rahasia umum lagi karena mereka semua tau bahwa dia adalah calon istri dari pemilik perusahaan.

Menurut mereka, Devandra sangat cocok dengan Clarisa sama sama berpendidikan tinggi dan berpengaruh dalam usaha bisnis.

Apalagi Devandra merupakan laki laki tampan, berwibawa dan sukses dalam bisnisnya.

"Devandra,,,,,Vannn, Vannnn," ucap Clarisa membuka pintu ruangan Devandra namun terlihat kosong.

Dia mencoba masuk dan mengetuk ngetuk kamar mandi namun tidak ada jawaban, sampai akhirnya dia memberanikan diri membuka pintu kamar mandi namun nihil, sama sekali tidak nampak orang yang dicari.

Clarisa duduk di kursi tamu, lalu mengambil ponsel di dalam tas jinjing bewarna hitam mewah yang bermerk seharga mobil.

Clarisa tampak menekan nama di ponselnya lalu menelpon

"John,,,,,,, Devan kemana?, aku sekarang di ruangannya namun gak ada siapa siapa disini," tanya Clarisa sambil melihat sekelilingnya.

John nampak mengangkat alisnya kemudian menjawab

"Kita di kantin, tunggu di,,,,,," belum selesai John bicara namun panggilannya terputus.

' Kebiasaan,' batin John sambil cemberut lalu meletakkan ponselnya di samping kopi hangatnya.

"Clarisa mau kesini pak" ucap John sambil melihat ekspresi Devandra.

Devandra mengangkat bahu dan mengerucutkan bibirnya dan menjawab

"Terserah dia ajalah," ucap Devandra sambil mengambil kopi lalu menyeruputnya.

"Tuuh yang dibicarakan nongol," imbuh Devandra sambil menunjuk Clarisa dengan kepalanya.

John menoleh kebelakang dan melihat Clarisa yang nampak anggun dan mempesona.

"Hallo Van,,, hallo John," Clarisa sambil menyeret kursi untuk tempat duduknya.

Clarisa tersenyum lalu memegang tangan Devandra.

Sementara Devandra dan John nampak tersenyum dengan terpaksa.

"Van,,, boleh gak aku ikut kamu ke luar negeri nanti," Clarisa nampak berharap sambil mengedipkan mata.

John menoleh ke tempat Devandra sementara Devandra nampak kurang suka dengan permintaan Clarisa.

"Gak boleh,,, aku disana kerja bukan untuk main main," ucap Devandra cuek dan memalingkan muka.

Clarisa tersenyum getir mendengar jawaban Devandra namun tanpa sengaja pandangannya bertatapan dengan William.

Clarisa mengangkat tangan dan memanggil William.

"Will,,,,,sini donk," Clarisa sambil berbicara pelan.

Mendengar dia dipanggil oleh Clarisa, William begitu sumringah dan menghampiri tempat duduk mereka bertiga.

"Hallo pak, saya William manager di bagian pemasaran disini," ucap William sopan dan sambil berjabat tangan dengan John dan Devandra.

Devandra dan John menerima uluran tangan tersebut lalu mengangguk.

Nampak John menaruh rasa curiga, bagaimana bisa seorang Clarisa mengenal William.

Clarisa merasa tahu dengan apa yang dipikirkan Devandra dan John lalu di tersenyum.

"Kalian heran kan aku kenal William dimana, aku kenalnya saat di pesta dulu hingga akhirnya kita dekat dan jadi teman," ucap Clarisa menerangkan.

"Maaf jika Bapak merasa kurang berkenan dengan kehadiran saya, saya akan kembali ke tempat duduk saya," ucap William sambil menunjuk tempat duduknya tadi.

"Gak apa apa Wil, kamu beh bergabung," ucap Devandra.

Devandra sama sekali merasa tidak keberatan dan tersenyum.

"Will aku cantik gak," tanya Clarisa tiba tiba membuat tiga cowok di depannya merasa kaget.

Devandra melirik Clarisa yang lagi menopang dagunya sambil melihat kearah William.

Sementara John pandangannya ke arah Clarisa kemudian menoleh ke William menunggu jawabannya.

Sementara William nampak tersedak mendengar pertanyaan Clarisa.

William batuk lalu berdehem pelan.

"Cantik kok," jawab William singkat sambil melirik Devandra.

Clarisa nampak tersenyum malu lalu melihat ekspresi Devandra.

"Percuma cantik Will, tapi Devan sama sekali gak ngelirik aku, ya kan Van?" tanya Clarisa yang terlihat nampak sedih dan sambil memandang Devandra.

Devandra diam lalu memalingkan wajah.

Sedangkan William dan John terlihat kikuk dengan situasi yang terjadi saat ini.

"Apa kamu masih belum melupakan wanita itu, dia udah meninggal Van,,,,," timpa Clarisa kembali.

William nampak kaget mendengar penyataan Clarisa namun mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Cukup," ucap Devandra sambil menggebrak meja.

Hal itu membuat para pengunjung di kantin terhenyak kaget, namun mereka mencoba untuk tidak ikut campur dan pura pura tidak tau, karena yang sedang marah saat ini adalah atasan mereka.

"Dia meninggal dalam keadaan hamil, dan apa kamu tau yang menabrak dia adalah seorang wanita yang sangat keji, dimana saat dia tau ada yang tergeletak kesakitan dan butuh pertolongan dia malah kabur dan tidak mengakuinya," ucap Devandra mengepalkan tangan dan emosi mengingat wajah Aurora.

Sementara William yang lagi meneguk air putih tiba tiba tersedak mendengar hal tersebut dan langsung berdiri.

Kini Devandra, Clarisa dan John langsung melihat kearah William dengan tatapan heran.

"Kamu kenapa?" ucap John dengan memicingkan mata.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!