Kisah ini tampak normal hanya dipermukaan.
Tanggung jawab, Hutang Budi(bukan utang beneran), Keluarga, cinta, kebencian, duka, manipulasi, permainan peran yang tidak pada tempatnya.
membuat kisah ini tampak membingungkan saat kalian membacanya setengah.
pastikan membaca dari bab perbab.
Di kisah ini ada Deva Arjuno yang menikahi keponakan Tirinya Tiara Lestari.
Banyak rahasia yang masing-masing mereka sembunyikan satu sama lain.
____________
Kisah ini sedang berjuang untuk tumbuh dari benih menjadi pohon.
Bantu aku untuk menyiraminya dengan cara, Like, Komen dan Subscribe kisah ini.
Terimakasih
Salam cinta dari @drpiupou 🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadaan Deva
Di sebuah rumah minimalis yang dikelilingi taman kecil, Yasmin menatap Deva dengan cemas.
Deva duduk meringkuk di sofa, lutut ditekuk dan dipeluk erat. Ia meracau, mengucapkan kalimat-kalimat putus-putus tentang masa lalu.
Pakaiannya kusut dan rambutnya acak-acakan. Kondisinya jauh lebih buruk dari yang Yasmin bayangkan.
"Deva, minum ini dulu," Yasmin berkata lembut, menyodorkan segelas air. Tidak ada respons.
Mata Deva kosong, menunduk dalam, dan napasnya terdengar berat.
Yasmin mendesah pelan, mengetahui bahwa yang Deva butuhkan bukanlah air, melainkan Kana.
Tak lama kemudian, sebuah ketukan terdengar di pintu.
Yasmin bergegas membukanya, dan di sana berdiri Kana dengan wajah tegang.
Tanpa banyak bicara, Kana masuk dan pandangannya langsung terpaku pada Deva.
Hatinya mencelos melihat kondisi suaminya yang begitu rapuh.
"Deva..." bisik Kana, langkahnya melambat saat mendekati sofa. Ia berlutut di hadapan Deva, mencoba meraih tangannya, tetapi Deva beringsut menjauh tubuhnya gemetar, dan racauannya semakin keras.
"Jangan sentuh aku!" teriak Deva tiba-tiba, suaranya parau. "Kamu... kamu semua jahat! Kalian ingin membunuhku seperti kalian membunuh orang tuaku!"
Kana terkejut, namun ia tidak menyerah. Ini bukanlah Deva. Ini adalah efek dari obat halusinogen yang dicampurkan oleh Barbara.
Kana mendapatkan informasi itu dari Yasmin yang memang paham dengan ciri-ciri obat terlarang itu.
Kana melirik Yasmin dan mengangguk, isyarat yang langsung dipahami. Yasmin keluar, memberi mereka ruang.
"Aku tidak akan menyakitimu, Mas," kata Kana, suaranya menenangkan. "Ini aku, Kana. Istrimu."
Kana perlahan merangkulnya, memeluk Deva dengan erat.
Awalnya, Deva berontak, tetapi kehangatan pelukan Kana perlahan meredakan amarah dan ketakutannya.
Tangisnya pecah, dan ia menenggelamkan wajahnya di bahu Kana.
"Mereka ingin membunuhku... mereka ingin mengambil segalanya dariku..." isak Deva.
"Aku di sini, Mas. Aku akan melindungimu," bisik Kana. "Tidak ada yang bisa menyentuhmu. Aku janji."
Deva terdiam dan memejamkan matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan pelukan Kana.
Lama mereka berdua dalam posisi itu, hingga Deva mulai tenang dan napasnya kembali teratur. Kana merogoh tasnya dan mengeluarkan obat penenang.
"Minum ini ya, Mas. Setelah ini, kamu akan merasa lebih baik," kata Kana, menyodorkan obat dan segelas air yang sudah disiapkan Yasmin.
Deva menatap Kana dengan mata sayu, lalu mengangguk pelan.
Setelah menelan obat itu, matanya mulai terasa berat. Kelelahan semalaman suntuk akhirnya mengambil alih, dan ia tertidur lelap di pangkuan Kana.
Dengan hati-hati, Kana membaringkan Deva di sofa, mengelus lembut rambutnya yang basah oleh keringat.
Ada rasa lega di wajahnya, tetapi juga kekhawatiran.
Masalah mereka belum berakhir.
Kana tahu, ini hanyalah awal dari pertarungan yang lebih besar.
Ia harus menghadapi Barbara dan semua rencana jahatnya.
Ia bertekad, ia akan menyembuhkan penyakit Deva, dan akan membuat Barbara membayar semua perbuatan yang dia lakukan pada Deva, Yasmin, Sera dan dirinya.
Tiba-tiba, Yasmin masuk ke dalam ruangan, membawa semangkuk bubur dan segelas teh hangat. "Bagaimana keadaannya?" tanyanya, suaranya pelan.
"Dia sudah tidur. Efek halusinogennya mulai menghilang," jawab Kana. "Terima kasih, Yasmin. Aku tidak tahu harus bagaimana tanpamu."
Yasmin tersenyum. "Kita teman, Na. Aku akan selalu ada untukmu."
Mereka berdua duduk di samping sofa, menatap Deva yang terlelap tanpa mengucapkan apapun.
Dan Kana memutuskan bermalam dirumah Yasmin.
____
Keesokan harinya, Deva terbangun dengan kepala terasa berat, tetapi ia tidak lagi dihantui halusinasi.
Kana, yang tertidur dengan posisi duduk di sampingnya, langsung terjaga begitu melihat Deva membuka mata.
"Mas... kamu sudah sadar?" tanya Kana, suaranya terdengar lega.
Deva mengangguk pelan. "Aku... aku baik-baik saja." Ia berusaha bangkit, namun tubuhnya masih terasa lemah. "Kana, apa yang terjadi?"
Kana membantu Deva bersandar di sofa. "Aku menyuruh Yasmin membawamu keluar dari rumah keluarga Alfod. Penyakit mu kambuh... Apa kamu mengingat sesuatu Mas?"tanya Kana, ingin memastikan ingatan Deva.
Raut wajah Deva berubah menjadi marah. Ia mengepalkan tangannya erat, matanya memancarkan api dendam. "Barbara... aku tidak akan memaafkannya, dia menyuruh Tiara untuk meracuniku. Aku tak sengaja mendengar obrolan mereka saat aku ingin keruang tamu.
Kana tertegun, tangannya mengepal mendengar penjelasan Deva.
Kana jadi tau Deva tidak memiliki ingatan selain kejadian sebelum dia di beri obat.
Kana menghembuskan nafasnya.
"Syukurlah jika Deva belum mengingat peristiwa itu Kana berharap Deva tak akan mengingatnya, agar Deva tak kembali trauma.
Sementara itu, di kediaman Alfod, Barbara mengamuk.
Ia melempar vas bunga yang ada di depannya.
Karena belum juga menemukan Deva.
Kemarin dia menyuruh anak buahnya melacak keberadaan Deva tapi hasilnya nihil.
...----------------...
Terima kasih sudah membaca Novel "Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku"
Aku harap kalian suka dan terus support aku.
Love you all💋🌹
Keren Thor... semangat terus ya