Racun mematikan yang dipersiapkan oleh keluarga Lancaster. Wanita yang akan menjadi "Ratu Boneka" kerajaan Windland selanjutnya. Anak haram keluarga Lancaster yang disembunyikan.
The Poison of Winter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lylindaceae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 Queen Anna
Masa penaklukan monster digunakan oleh Duke Lancaster untuk mendekatkan Winter dengan Ratu Anna. Sudah bukan rahasia umum Ratu Anna yang berasal dari Keluarga Rafael merupakan keluarga jauh Lancaster.
Ratu Anna yang awalnya merupakan selir Raja mampu menduduki tahta sebagai Ratu berkat dukungan Lancaster.
Selama 20 tahun pernikahannya, Ratu Anna memiliki 2 orang putri. Kedua putrinya telah dijodohkan dengan bangsawan tinggi sejak kecil.
Oleh karena itu Harry sebagai satu-satu pangeran mendapatkan posisi mutlak sebagai Putra Mahkota kerajaan. Hal ini yang membuat Lancaster bersikeras menjadikan Winter sebagai Putri Mahkota. Sekarang saatnya Ratu Anna membalas budi kepada Lancaster melalui Winter.
"Saya menyapa bulan kerajaan, semoga Anda selalu mendapatkan berkah Aether."
"Kamu cantik seperti yang dirumorkan."
"Terima kasih atas pujian Yang Mulia. Saya merasa tersanjung mendapatkan kehormatan untuk menghadiri undangan teh yang diadakan oleh Yang Mulia Ratu."
"Apakah begitu? Bukankah kamu sudah mengantisipasi akan bertemu denganku."
"Betapa beraninya saya memikirkan hal itu, sudah menjadi keputusan mutlak Yang Mulia Ratu untuk mengundang siapapun dalam pestanya."
"Hmmm, kamu gadis yang pintar."
Ratu Anna mengeluarkan kipasnya dan tertawa mendengar penjelasan Winter. Namun sudut bibirnya yang terhalangi oleh kipas tampak berkedut.
Dia mengira Winter yang tidak pernah keluar hanyalah gadis bodoh yang akan mencari perlindungannya begitu memasuki istana. Dia akan mudah mengendalikan Winter jika hal itu terjadi.
Namun sosok dihadapannya tampak berbeda. Etikanya sangat sempurna dan mampu menatap matanya secara langsung. Dia mampu berkata dengan lugas dan memiliki pertimbangan yang matang. Dia terlihat sangat berhati-hati.
Akan menjadi masalah jika Winter menjadi penguasa istana begitu dia masuk istana. Lancaster akan membuang orang-orang yang dianggap tidak berguna lagi.
"Apakah kamu sering berkirim surat dengan Harry?"
"Kami belum memiliki hubungan sedekat itu Yang Mulia."
Winter menundukkan kepalanya sambil tersenyum seolah malu.
"Benarkah? Bahkan rumor kedekatan kalian sudah terdengar sampai istana."
"Sejujurnya kami hanya pernah bertemu 3 kali."
"Lalu, apakah kamu mencintai Harry?”
"Ah..."
Winter segera mengangkat kepalanya. Mata Winter membesar saat mendengar pertanyaan Ratu. Namun dia hanya tersenyum rendah dan tidak bisa menjawab apapun.
Ratu Anna yang memahami artinya segera menyesap teh yang ada dihadapannya.
"Lady Winter..."
"Ya, Yang Mulia."
"Kamu tau cerita tentangku bukan?"
Winter yang terdiam selama beberapa saat mengangguk lemah. Duke Lancaster sudah menjelaskan proses masuknya Ratu Anna. Dan bagaimana Ratu Anna akan membantu Winter menduduki jabatan Putri Mahkota. Tentu saja cerita yang diketahuinya dari sudut pandang Lancaster.
"Kami menikah atas dasar hubungan politik tanpa ada rasa cinta sedikitpun. Mungkin kami terlihat cukup baik di depan umum. Tapi kami tidak bisa mengisi kekosongan hati masing-masing."
Ratu Anna melihat ke arah jendela dengan pandangan jauh.
"Terutama saat salah satu dari kami menemukan cinta yang lain. Posisi tertinggi adalah posisi dimana kalian harus merelakan segala hal yang kalian cintai. Harga yang dibayar mahal dan itu akan terasa sangat berat. Jadi Winter..."
Ratu menoleh ke arah Winter. Dia menarik tangan Winter ke arahnya dan memegangnya dengan erat.
"Akan lebih baik jika kalian berdua menikah atas dasar cinta. Tentu aku akan selalu membantumu untuk mendapatkan posisi di sebelah Harry. Tapi aku tidak ingin kamu berjalan di jalan yang berat sepertiku. Aku berharap orang yang kamu cintai adalah Harry. Tapi aku ingin kamu tau bahwa aku akan mendukung seluruh keputusanmu, bahkan jika orang yang kamu cintai bukanlah Harry.”
“...”
“Tolong, pikirkan baik-baik jalan yang akan kamu tempuh. Kebahagiaanmu jauh lebih penting dari apapun.”
Genggaman tangan Ratu semakin erat. Wajahnya menunjukkan wajah sedih, seolah selama ini dia tidak bahagia dengan pernikahannya meskipun menduduki tahta tertinggi.
"..Terima kasih, Yang Mulia. Saya akan mengingat semua nasihat Yang Mulia."
Keharuan terlihat di mata Winter yang bergetar, dia lalu tersenyum dengan lembut ke arah Ratu Anna. Setelah beberapa percakapan dan nasihat yang diberikan oleh Ratu, Winter akhirnya pergi.
...***...
Ratu Anna menyesap tehnya kembali. Ketika cangkir itu kosong, pria berumur 30-an yang cukup tampan dengan pakaian ajudan di sebelahnya segera mengisi cangkir kosong itu dengan teh yang baru.
"Apa yang selama ini dilakukan Lancaster hingga membesarkan putri sepolos itu? Aku sempat waspada saat melihat kecerdasannya dan takut dia akan susah ditaklukan seperti Lancaster lainnya. Tapi setelah mengenalnya, dia ternyata sangat naif."
"Untunglah Anda sangat pandai menilai orang, Yang Mulia."
"Itu yang membuatku bisa berada di posisi ini. Akan lebih mudah bagiku jika Putri Mahkota bukan Lady Lancaster."
"Tapi Duke Lancaster akan tetap membuat Lady Winter menjadi Putri Mahkota."
"Itu benar. Oleh karena itu aku akan mengendalikannya melalui Harry. Jika dia tertarik pada Harry itu akan menjadi kelemahannya. Kebencian Harry sudah mendarah daging kepada Lancaster. Kita bisa memanfaatkan rasa benci itu untuk mengendalikan Winter yang haus kasih sayang."
"Anda sangat pintar, Yang Mulia."
Melihat ajudan itu tersenyum dengan indah, Ratu Anna perlahan bangkit. Dia lalu mendekati pelayan itu hingga pipi mereka seolah berhimpitan. Melihat telinga pria itu memerah, dia segera berbisik pelan.
"Mengapa kamu tersenyum secantik itu, kamu tau kesabaranku tidak banyak."
"Maafkan saya, Yang Mulia. Silahkan hukum saya sesuka Yang Mulia."
Melihat wajah malu-malu pria yang berkebalikan dengan perkataannya, membuat wajah Ratu Anna tersenyum lebar. Dia lalu menarik tangan ajudan itu dan membawanya. Ajudan itu mengikutinya hingga keduanya menghilang dari ruang tamu.
...-BERSAMBUNG-...
Good luck Lily!